LP (Laporan Pendahuluan) Keperawatan Lengkap

Kumpulan Laporan Pendahuluan Keperawatan, Asuhan Keperawatan Lengkap,SAP Dan Leaflet, Tugas-Tugas Kuliah Keperawatan Lainnya

05/03/17

LAPORAN PENDAHULUAN HIPOSPADIA

A.      Definisi

Hipospadia berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan“spadon“ yang berarti keratan yang panjang.
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih keproksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis). (Arif Mansjoer, 2000 : 374).
Menurut referensi lain, hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra yang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288). Hipospadia adalah kelainan congenital berupa muara uretra yang terletak di sebelah ventral penis dansebelah proksimal ujung penis. Letak meatus uretra bisa terletak pada glandular hingga perineal.( Purnomo, B, Basuki,2003).
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir
Hipospadia sering disertai kelainan bawaan yang lain, misalnya pada skrotum dapat berupa undescensus testis, monorchidism, disgenesis testis dan hidrokele. Pada penis berupa propenil skrotum, mikrophallus dan torsi penile, sedang kelainan ginjal dan ureter berupa fused kidney, malrotasi renal, duplex dan refluk ureter.

B.       Etiologi

Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :

1.      Gangguan dan ketidakseimbangan hormoneHormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur organogenesiskelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone androgennya sendiri di dalamtubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telahterbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akanmemberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesishormone androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama
2.      GenetikaTerjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada genyang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi. Mekanisme genetik yang tepat mungkin rumit dan variabel. Penelitian lain adalah turunanautosomal resesif dengan manifestasi tidak lengkap. Kelainan kromosom ditemukan secarasporadis pada pasien dengan hipospadia.4. PrematuritasPeningkatan insiden hipospadia ditemukan di antara bayi yang lahir dari ibu dengan terapiestrogen selama kehamilan. Prematuritas juga lebih sering dikaitkan dengan hipospadia.
3.      LingkunganBiasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifatteratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.

C.      Patofisiologi
Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatusuretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini,dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang penis,hingga akhirnya di perineum. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topiyang menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee,pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.Hipospadia terjadi dari pengembangan tidak lengkap uretra dalam rahim. Penyebabpasti cacat diperkirakan terkait dengan pengaruh lingkungan dan hormonal genetik (Sugar, 1995). Perpindahan dari meatus uretra biasanya tidak mengganggu kontinensia kemih.Namun, stenosis pembukaan dapat terjadi, yang akan menimbulkan obstruksi parsialoutflowing urin. Hal ini dapat mengakibatkan ISK atau hidronefrosis (Kumor, 1992).Selanjutnya, penempatan ventral pembukaan urethral bisa mengganggu kesuburan padapria dewasa, jika dibiarkan tidak terkoreksi (Jean Weiler Ashwill, 1997, p. 1)

D.      Manifestasi Klinis
1.         Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawahpenis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
2.         Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagianpunggung penis.
3.         Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus danmembentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.
4.         Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
5.         Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
6.         Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.
7.         Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.
8.         Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).
9.         Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
10.     Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar,mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok pada saat BAK.
11.     Pada Hipospadia grandular/ koronal anak dapat BAK dengan berdiri denganmengangkat penis keatas.
12.     Pada Hipospadia peniscrotal/ perineal anak berkemih dengan jongkok.
13.     Penis akan melengkung kebawah pada saat ereksi.

E.       Klasifikasi
Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/ meatus :
1.      Tipe sederhana/ Tipe anterior (60-70%)Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal.Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan inibersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi.
2.      Tipe penil/ Tipe Middle (10-15%)Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal.Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral,sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih.Pada kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap,mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayitidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakanbedah selanjutnya.
3.      Tipe Posterior (20%)Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini, umumnyapertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan skrotum bifida, meatusuretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun.Semakin ke proksimal letak meatus, semakin berat kelainan yang diderita dansemakin rendah frekuensinya. Pada kasus ini, 90% terletak di distal, dimana meatusterletak di ujung batang penis atau pada glans penis. Sisanya yang 10% terletak lebihproksimal yaitu ditengah batang penis, skrotum, atau perineum. Kebanyakankomplikasinya kecil, fistula, skin tag, divertikulum, stenosis meatal atau aliran kencingyang menyebar. Komplikasi ini dapat dikoreksi dengan mudah melalui prosedur minor.

F.       Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan pemeriksaantambahan untuk mendukung diagnosis hipospadi. Tetapi dapat dilakukan pemeriksaanberikut untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan pada ginjal sebagai komplikasimaupun kelainan bawaan yang menyertai hipospadia:
1.      Rontgen
2.      USG sistem kemih kelamin.
3.      BNO-IVP

G.      Komplikasi
1.      Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin dalam 1 jenis kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu).
2.      Infertility.
3.      Resiko hernia inguinalis.
4.      Gangguan psikologis dan psikososial.
5.      Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak segera dioperasi saat dewasa.
Komplikasi paska operasi yang terjadi :
a.       Edema / pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapatbervariasi, juga terbentuknya hematom / kumpulan darah dibawah kulit, yangbiasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi.
b.      Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh angulasidari anastomosis.
c.       Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulangatau pembentukan batu saat pubertas.
d.      Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan sebagaiparameter untuyk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur satu tahap saat iniangka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10 %.
e.       Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak sempurna,dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan skar yangberlebihan di ventral penis walaupun sangat jarang.
f.        Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau adanyastenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.

H.      Tindakan Pembedahan
Tujuan pembedahan :
1.      Membuat normal fungsi perkemihan dan fungsi sosial, serta.
2.      Perbaikan untuk kosmetik pada penis.Ada banyak variasi teknik, yang populer adalah tunneling Sidiq-Chaula, Teknik Horton dan Devine.
1.      Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap:
a.       Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus dibuatkan terowongan yangberepitel pada glans penis. Dilakukan pada usia 1 ½ -2 tahun. Penis diharapkan lurus, tapi meatus masih pada tempat yang abnormal. Penutupan luka operasi menggunakanpreputium bagian dorsal dan kulit penis.
b.      Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca operasi, saat parut sudahlunak. Dibuat insisi paralel pada tiap sisi uretra (saluran kemih) sampai ke glans, laludibuat pipa dari kulit dibagian tengah. Setelah uretra terbentuk, luka ditutup denganflap dari kulit preputium dibagian sisi yang ditarik ke bawah dan dipertemukan padagaris tengah. Dikerjakan 6 bulan setelah tahap pertama dengan harapan bekas lukaoperasi pertama telah matang.
2.      Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, dilakukan pada anak lebih besar denganpenis yang sudah cukup besar dan dengan kelainan hipospadi jenis distal (yang letaknyalebih ke ujung penis). Uretra dibuat dari flap mukosa dan kulit bagian punggung dan ujungpenis dengan pedikel (kaki) kemudian dipindah ke bawah.Mengingat pentingnya preputium untuk bahan dasar perbaikan hipospadia, makasebaiknya tindakan penyunatan ditunda dan dilakukan berbarengan dengan operasihipospadi.

ASUHAN KEPERAWATANA.
A.      Pengkajian
1.      Fisik 
a.         Pemeriksaan genetalia.
b.        Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran padaginjal.
c.         Kaji fungsi perkemihan,
d.        Adanya lekukan pada ujung penis.
e.         Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi.
f.          Terbukanya uretra pada ventral.
g.        Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan, dysuria,drinage.

2.         Mentala.
a.         Sikap pasien sewaktu diperiksa.
b.        Sikap pasien dengan adanya rencana pembedahan.
c.         Tingkat kecemasan.
d.        Tingkat pengetahuan keluarga dan pasien

B.       Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri berhubungan dengan pembedahan.
2.      Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter.
3.      Risiko injuri berhubungan dengan pemasangan kateter atau pengangkatan kateter.
4.      Kecemasan orang tua berhubungan dengan prosedur pembedahan.
5.      Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan diagnosa, prosedurpembedahan dan perawatan setelah operasi.

C.      Implementasi
Diagnosa 1 Tujuan :  meningkatkan rasa nyaman.
a.       Pemberian analgetik sesuai program.
b.      Perhtikan setiap saat yaitu posisi kateter tetap atau tidak.
c.       Monitor adanya (tekukan pada kateter) atau kemacetan.
d.      Pengaturan posisi tidur anak sesuai kebutuhannya

Diagnosa 2 Tujuan : mencegah infeksia.
a.       Pemberian air minum yang adekuat.
b.      Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran).
c.       Kaji gaya gravitasi urine atau berat jenis urine.
d.      Monitor tanda-tanda vital.
e.       Kaji urine, drainage, purulen, bau, warna.
f.        Gunakan teknik aseptik untuk perawatan kateter.
g.      Pemberian antibiotik sesuai program.

         Diagnosa 3 Tujuan : mencegah injuria.
a.       Pastikan kateter pada anak terbalut dengan benar dan tidak lepas
b.      Gunakan “restrain” atau pengaman yang tepat pada saat anak tidur atau gelisah.
c.       Hindari alat-alat tenun atau yang lainnya yang dapat mengkontaminasi kateter danpenis.

Diagnosa 4 dan 5Tujuan : memberikan pengajaran dan penjelasan pada orang tua sebelum operasitentang prosedur pembedahan, perawatan setelah operasi, pengukuran tanda-tandavital, dan pemasangan kateter.
a.       Kaji tingkat pemahaman orang tua.
b.      Gunakan gambar-gambar atau boneka untuk menjelaskan prosedur, pemasangankateter menetap, mempertahankan kateter, dan perawatan kateter, pengosongankantong urin, keamanan kateter, monitor urine, warna dan kejernihan, dan perdarahan.
c.       Jelaskan tentang pengobatan yang diberikan, efek samping dan dosis serta waktupemberian.
d.      Ajarkan untuk ekspresi perasaan dan perhatian tentang kelainan pada penis.
e.       Ajarkan orang tua untuk berpartisipasi dalam perawatan sebelum dan sesudahoperasi (pre dan post)Perencanaan pemulangan
1.      Ajarkan tentang perawatan kateter dan pencegahan infeksi dengan disimulasikan.
2.      Jelaskan tanda dan gejala infeksi saluran kemih dan lapor segera ke dokter atauperawat.
3.      Jelaskan pemberian obat antibiotik dan tekankan untuk kontrol ulang (follow up).

DAFTAR PUSTAKA

1.      Anonim. Hipospadia. 2011. Http://www.bedahugm.net/hipospadia .
2.      De Jong Wim, Samsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. Penerbit BukuKedokteran ECG. Jakarta.
3.      Horton C E, Sadove R, Devine C J et al. Hypospadias, epispadias and Extrophy of the Bladder. Chapter 54. p 1337  – 1348.
4.      Mansjoer, Arif, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Jakarta : MediaAesculapius.
5.      Porter M P, Faizan M K, Grady R W et al. Hypospadias in Washington State: Maternal Risk Factors and Prevalence trend . 2011.http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/115/4/e495 .
6.      Purnomo, B Basuki. (2000). Dasar  – dasar urologi. Jakarta : Infomedika
7.      Schnack T H, Zdravkovic S, Myrup C et al. Familial Aggregation of Hypospadias: A Cohort Study. 2007. www.americanjournalofepidemiology.com .
8.      oms A P, Bullock K N, Berman LH. Descending urethral ultrasound of the nativeand reconstructed urethra in patients with hypospadias. 2003.www.thebritishjournalofradiology.com 

Tidak ada komentar: