A. Definisi Gangguan Kebutuhan Kenyamanan
1 Definisi Kenyamanan: Kenyamanan Fisik
Kenyamanan merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara mental, fisik atau sosial. Kenyamanan fisik adalah rasa nyaman atau sejahtera dan atau bebas dari rasa nyeri (Herdman, 2015).
Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Manusia menilai kondisi lingkungan berdasarkan rangsangan yang masuk ke dalam dirinya melalui keenam indera melalui syaraf dan dicerna oleh otak untuk dinilai (Satwiko, 2009).
Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Manusia menilai kondisi lingkungan berdasarkan rangsangan yang masuk ke dalam dirinya melalui keenam indera melalui syaraf dan dicerna oleh otak untuk dinilai (Satwiko, 2009).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kenyamanan adalah suatu kontinum perasaan dari paling nyaman sampai dengan paling tidak nyaman yang dinilai berdasarkan persepsi masing-masing individu.
2 Definisi Nyeri
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Keadaan psikis jugasangat mempengaruhi nyeri, misalnyaemosi dapat menimbulkan sakit kepala atau memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri. Nyeri merupakan suatu perasaan subyektif pribadi dan ambang toleransi nyeri setiap orang berbeda-beda (Tjay, 2007).
Nyeri dikelompokkan sebagai nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut biasanya datang tiba-tiba, umumnya berkaitan dengan cidera spesifik, jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan penyembuhan. Nyeri akut didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung beberapa detik hingga enam bulan (Brunner & Suddarth, 1996 dalam Smeltzer 2001).
B. Epidemiologi
Virus dengue dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 100 negara, terutama di daerah perkotaan yang berpenduduk padat dan pemukiman di Brazil dan bagian lain Amerika Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India. Jumlah orang yang terinfeksi diperkirakan sekitar 50 sampai 100 juta orang, setengahnya dirawat di rumah sakit dan mengakibatkan 22.000 kematian setiap tahun; diperkirakan 2,5 miliar orang atau hampir 40 persen populasi dunia, tinggal di daerah endemis DBD yang memungkinkan terinfeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk setempat (Knowlton, 2009). Kasus penyakit yang gejala utamanya demam diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD). Selama bulan Januari 2015 di Provinsi Jawa Timur KLB DBD terjadi di 37 Kabupaten/Kota, dengan total jumlah kasus sebanyak 3.136 kasus DBD dan angka kematian sebanyak 52 kasus (Kemenkes RI, 2015).
Gambar 1. Gambaran Penyakit DHF yang Menyerang Manusia Akibat
Gigitan Nyamuk Aides Aygepty
A. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi gangguan kenyamanan fisik utamanya nyeri, antaralain:
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya kerusakan jaringan dari iritasi secara langsung pada reseptor.
2. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya pada edema akibat terjadinya penekanan pada reseptor nyeri.
3. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.
4. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi pada blockade pada arceria koronaria yang menstimulasi resptor nyeri akibat tumpukan asam laktat.
Secara psikis, nyeri kepala ini dapat timbul akibat reaksi tubuh terhadap stress, kecemasan, depresi maupun konflik emosional. Sedangkan secara fisik, posisi kepala yang menetap yang mengakibatkan kontraksi otot-otot kepala dan leher dalam jangka waktu lama, tidur yang kurang, kesalahan dalam posisi tidur dan kelelahan juga dapat menyebabkan nyeri kepala tegang otot ini. Selain itu, posisi tertentu yang menyebabkan kontraksi otot kepala dan leher yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan-kegiatan yang membutuhkan peningkatan fungsi mata dalam jangka waktu lama misalnya membaca dapat pula menimbulkan nyeri kepala jenis ini
B. Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala dari gangguan kenyamanan utamanya nyeri, antaralain:
1. Nyeri dirasakan kadang-kadang atau terus menerus;
2. Nyeri pada awalnya dirasakan di leher bagian belakang kemudian menjalar ke kepala bagian belakang selanjutnya menjalar ke bagian depan;
3. Nyeri menjalar ke bahu;
4. Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, rasa kencang pada daerah bitemporal dan bioksipital, atau seperti diikat di sekeliling kepala;
5. Nyeri tidak berdenyut;
6. Anoreksia;
7. Insomnia;
8. Nafas pendek;
9. Konstipasi;
10. Berat badan menurun;
11. Palpitasi; dan
12. Gangguan haid.
C. Patofisiologi dan Clinical Pathway
E.1 Patofisiologi
Perjalanan nyeri termasuk suatu rangkaian proses neurofisiologis kompleks yang disebut sebagai nosiseptif (nociception) yang merefleksikan empat proses komponen yang nyata yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi, dimana terjadinya stimuli yang kuat diperifer sampai dirasakannya nyeri di susunan saraf pusat (cortex cerebral). Rangsang nyeri bisa disebabkan oleh adanya tekanan, traksi, displacement maupun proses kimiawi dan inflamasi terhadap nosiseptor-nosiseptor pada struktur peka nyeri di kepala.
E.1.1 Proses Transduksi
Proses dimana stimulus noksius diubah ke impuls elektrikal pada ujung saraf. Suatu stimuli kuat (noxion stimuli) seperti tekanan fisik kimia, suhu dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf perifer (nerve ending) atau organ-organ tubuh (reseptor meisneri, merkel, corpusculum paccini, golgi mazoni). Kerusakan jaringan karena trauma baik trauma pembedahan atau trauma lainnya menyebabkan sintesa prostaglandin, dimana prostaglandin inilah yang akan menyebabkan sensitisasi dari reseptor-reseptor nosiseptif dan dikeluarkannya zat-zat mediator nyeri seperti histamin, serotonin yang akan menimbulkan sensasi nyeri. Keadaan ini dikenal sebagai sensitisasi perifer.
E.1.2 Proses Transmisi
Proses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan proses transduksi melalui serabut A-delta dan serabut C dari perifer ke medulla spinalis, dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh tractus spinothalamicus dan sebagian ke traktus spinoretikularis. Traktus spinoretikularis terutama membawa rangsangan dari organ-organ yang lebih dalam dan viseral serta berhubungan dengan nyeri yang lebih difus dan melibatkan emosi. Selain itu juga serabut-serabut saraf disini mempunyai sinaps interneuron dengan saraf-saraf berdiameter besar dan bermielin. Selanjutnya impuls disalurkan ke thalamus dan somatosensoris di cortex cerebri dan dirasakan sebagai persepsi nyeri.
E.1.3 Proses Modulasi
Proses perubahan transmisi nyeri yang terjadi disusunan saraf pusat (medulla spinalis dan otak). Proses terjadinya interaksi antara sistem analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis merupakan proses ascenden yang dikontrol oleh otak. Analgesik endogen (enkefalin, endorphin, serotonin, noradrenalin) dapat menekan impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis. Dimana kornu posterior sebagai pintu dapat terbuka dan tertutup untuk menyalurkan impuls nyeri untuk analgesik endogen tersebut. Inilah yang menyebabkan persepsi nyeri sangat subjektif pada setiap orang.
E.1.4 Proses Persepsi
Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses tranduksi, transmisi dan modulasi yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu proses subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri, yang diperkirakan terjadi pada thalamus dengan korteks sebagai diskriminasi dari sensorik
A. Penatalaksanaan Medis
F.1 Penatalaksanaan Medis Farmakologis
Untuk menangani masalah nyeri, kolaborasi pemberian obat Antinyeri (Analgesik) sangat dianjurkan. Adapun jenis analgesic yang dapat digunakan untuk nyeri, antaralain:
F.1.1 Analgesik Multimodal
Analgesik multimodal menggunakan dua atau lebih obat analgetik yang memiliki mekanisme kerja yang berbeda untuk mencapai efek analgetik yang maksimal tanpa dijumpainya peningkatan efek samping dibandingkan dengan peningkatan dosis pada satu obat saja. Analgesik multimodal merupakan suatu pilihan yang dimungkinkan dengan penggunaan parasetamol dan AINS sebagai kombinasi dengan opioid atau anestesi lokal untuk menurunkan tingkat intensitas nyeri pada pasien-pasien yang mengalami nyeri paska pembedahan ditingkat sedang sampai berat.
F.1.2 Analgesik Preemptif
Analgesik preemptif artinya mengobati nyeri sebelum terjadi, terutama ditujukan pada pasien sebelum dilakukan tindakan operasi. Analgesik preemptif mencegah kaskade neural awal yang dapat membawa keuntungan jangka panjang dengan menghilangkan hipersensitifitas yang ditimbulkan oleh rangsangan luka.
F.1.3 PCA (Patient Control Analgesia)
Pasien dikontrol nyerinya dengan memberikan obat analgesik itu sendiri dengan memakai alat (pump), dosis diberikan sesuai dengan tingkatan nyeri yang dirasakan. PCA bisa diberikan dengan cara Intravenous Patient Control Analgesia (IVPCA) atau Patient Control Epidural Analgesia (PCEA).
F.1.4 Parasetamol
Parasetamol banyak digunakan sebagai obat analgetik dan antipiretik. Parasetamol memiliki efek anti inflamasi yang sedikit dibandingkan dengan obat AINS lainnya. Akan tetapi parasetamol bekerja dengan mekanisme yang sama dengan obat AINS lainnya (menghambat sintesa prostaglandin). Parasetamol juga lebih baik ditoleransi dibandingkan aspirin dan obat AINS lainnya pada pasien-pasien dengan sekresi asam lambung yang berlebihan atau pasien dengan masa perdarahan yang memanjang.
F.1.5 Ketorolac
Ketorolak atau ketorolak trometamin merupakan obat golongan anti inflamasi non steroid, yang masuk kedalam golongan derivate heterocyclic acetic acid dimana secara struktur kimia berhubungan dengan indometasin. Ketorolak menunjukkan efek analgesia yang poten tetapi hanya memiliki aktifitas anti inflamasi yang sedang bila diberikan secara intramuskular atau intravena. Ketorolak dapat dipakai sebagai analgesia paska pembedahan sebagai obat tunggal maupun kombinasi dengan opioid, dimana ketorolak mempotensiasi aksi nosiseptif dari opioid.
F.2 Penatalaksanaan Nonfarmakologis
Penatalaksanaan nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri dapat berupa:
1. Teknik relaksasi nafas dalam
2. Teknik distraksi-relaksasi
3. Guided imagery
4. Distraksi spiritual
B. Penatalaksanaan Keperawatan
G.1 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
Nyeri akut b.d agen injury (biologi, kimia, fisik, psikologis) ditandai dengan pasien mengatakan bahwa kepalanya sakit dan pusing di sebelah kiri depan, perubahan selera makan, dan pasien tampak gelisah,
G.2 Perencanaan/Nursing Care Plan
Perencanaan keperawatan dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Perencanaan Keperawatan/Nursing Care Plan
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Rencana Keperawatan
|
Rasional
| |
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
| |||
1.
|
Nyeri akut b.d agen injury (biologi, kimia, fisik, psikologis) ditandai dengan pasien mengatakan bahwa kepalanya sakit dan pusing di sebelah kiri depan, perubahan selera makan, dan pasien tampak gelisah,
|
NOC: Pain Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien dapat:
a. Mengenal faktor-faktor penyebab
b. Mengenal onset/waktu kejadian nyeri
c. Melakukan manajemen nyeri non-farmakologis
d. Menggunakan analgetik
e. Melaporkan gejala-gejala kepada tim kesehatan
f. Nyeri terkontrol
|
NIC: Pain Management
a. Kaji secara menyeluruh tentang nyeri (PQRST)
b. Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan
c. Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
d. Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup
e. Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien terhadap ketidaknyamanan.
f. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis: distraksi-relaksasi
g. Berikan analgetik sesuai anjuran tim medis
|
a. Untuk mengetahui gambaran rasa nyeri yang dialami oleh pasien
b. Menggali kualitas nyeri yang dirasakan oleh pasien dan memvalidasi gambaran nyeri yang dirasakan oleh pasien
c. Membina hubungan saling percaya dengan pasien agar pasien dapat leluasa mengungkapkan keluhannya.
d. Mengkaji kebutuhan lain yang belum terpenuhi akibat nyeri.
e. Meminimalkan ketidaknyamanan klien atas lingkungan yang kurang mendukung perbaikan kebutuhan kenyamanannya.
f. Mengurangi rasa nyeri tanpa penggunaan obat.
g. Mengurangi rasa nyeri jika teknin non-farmakologis kurang efektif.
|
C. Daftar Pustaka
Andriyani, Rika dkk. 2015. Buku Ajar Biologi Reproduksi dan Perkembangan Ed. 1. Yogyakarta: Deepublish.
Bare BG., Smeltzer SC. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Kemenkes RI. 2015. KLB Demam Berdarah Dengue di Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Sumatera Selatan. [place unknown]: Kemenkes RI; 4 Februari 2015.
Library of Congress Cataloging-in-Publication Data. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): measurement of health outcomes; 5th ed. United States: Elsevier.
Library of Congress Cataloging-in-Publication Data. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC); 6th ed. United States: Elsevier.
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan: konsep, proses, dan praktik Ed. 4. Jakarta: EGC.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya Ed. 6. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar