PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
A. LATAR BELAKANG
Masyarakat di jaman sekarang tidak lepas dari yang namanya sakit. Sakit merupakan ketidak seimbangan dalam tubuh tidak hanya fisik tapi juga psikologinya.
Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit misalnya personal hygiennya(kebersihan diri sendiri), jika personal hygiennya kurang terpenuhi maka orang tersebut mungkin lebih rentan terkena penyakit.
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih. ISK merupakan salah satu kasus yang sering terjadi dalam masyarakat. Walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin tidak mengandung bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan berkembang biak dalam urin, terjadilah ISK. Jenis ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai sistitis. Gejala yang dapat timbul dari ISK yaitu perasaan tidak enak berkemih (disuria, Jawa: anyang-anyangen). Tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak menimbulkan gejala disebut sebagai ISK asimtomatis. (Coyle & Prince, 2005)
ISK dapat disebabkan oleh kebiasaan yang tidak baik (kurang minum, menahan kemih), kateterisasi, dan penyakit serta kelainan lain. serta berhubungan dengan gonta ganti pasangan..yang kita tidak tau juga kalau pasangan itu membawa bakteri dari pasangan lain. terutama kalau sistem ketahanan tubuh sudah berkurang, apa saja jenis bakteri akan sangat gampang sekali masuk ke dalam tubuh. Menurut WHO Indonesia menduduki peringkat ke-3 dunia tentang ISK yaitu dengan persentase 30%. Belgia menduduki posisi pertama dengan persentase 55%, disusul oleh Amerika Serikat diposisi ke-2 dengan persentase 44%.
Ada beberapa masyarakat yang belum mengetahui tentang pencegahan dan pengobatan ISK, atas latar belakang diatas penulis tertarik untuk menyususun makalah tentang askep Gangguan Eliminasi Urinarius.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Adapun tujuan penulisan makalah yang berjudul asuhan keperawatan pada anak dengan infeksi saluran kemih adalah untuk mengetahui konsep dan asuhan keperawatan yang diberikan pada anak dengan masalah perkemihan yaitu dengan penyakit infeksi saluran kemih.
b. Tujuan Khusus
Adapun tujan khusus dari makalah ini adalah sebagai berikut :a) Mahasiswa mengetahui definisi dari infeksi saluran kemih.
b) Mahasiswa mengetahui etiologi atau penyebab terjadinya infeksi saluran kemih.
c) Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala dari penyakit infeksi saluran kemih.
d) Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien saluran kemih.
e) Mahasiswa mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada anak dengan infeksi saluran kemih.
f) Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan pada anak dengan infeksi saluran kemih.
g) Mahasiswa mengetahui diagnosa yang muncul pada kasus infeksi saluran kemih pada anak.
h) Mahasiswa mengetahui rencana asuhan keperawatan pada anak dengan infeksi saluran kemih.
i) Mahasiswa dapat mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan pada anak dengan infeksi saluran kemi..
j) Mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada pasien.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)
Infeksi saluran kemih adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktis urinarius, dengan atau tanpa disertai tanda dan gejala (Brunner & Suddarth, 2002).
B. KLASIFIKASI
Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:
- Kandung kemih (sistitis)
- Uretra (uretritis)
- Prostat (prostatitis)
- Ginjal (pielonefritis)
1. ISK Primer
Berdasarkan adanya gejala sistemik, ISK primeMacam-macam ISK :r dibagi menjadi dua:
a. ISK lokal, diterapi dengan antibiotika lokal.
b. ISK dengan gejala sistemik, diterapi dengan antibiotika sistemik. Antibiotika yang sering digunakan yaitu amoksisilin.
2. ISK sekunder
SK ini merupakan akibat dari penyakit atau kelainan yang lain. ISK berulang merupakan pertanda dari ISK sekunder, karena penanganan ISK yang tidak tepat. Penatalaksanaan ISK sekunder sesuai dengan penyebab ISK tersebut. Penyebab ISK sekunder biasanya adalah obstruksi saluran kemih (seperti batu saluran kemih, pembesaran prostat, dan striktur uretra).
Bakteriuriuria asimtomatik:
Ditemukan bakteri sebanyak > 100.000 per ml air seni dari sediaan air seni “mid stream” Angka kejadian Bakteriuria Asimptomatik dalam kehamilan sama seperti wanita usia reproduksi yang seksual aktif dan non-pregnan sekitar 2 – 10%
Infeksi Saluran Kemih (ISK), berdasarkan regionya dibedakan menjadi:
1.Infeksi Saluran Kemih Bawah
a. Perempuan :
sistitis, infeksi kandung kemih disertai bakteriuria bermakna
sindrom uretra akut, presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril)
b. Laki-laki
sistitis, prostatitis, epidimidis dan uretritis.
2. Infeksi Saluran Kemih Atas
a. Pielonefritis Akut ( PNA) adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri. Dapat terjadi melalui infeksi hematogen.
b. Pielonefritis Kronis (PNK), akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain atau refluks vesikoureter.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:
1. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c. Gangguan daya tahan tubuh
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang memproduksi urease.
C. ETIOLOGI
Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur dan virus juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering adalah yang disebabkan E.coli, organisme yanag sering ditemukan di daerah anus.
ISK sering terjadi pada wanita. Penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah memperoleh akses ke kandung kemih, kecenderungan untuk menahan urin, iritasi kulit lubang uretra pada wanita sewaktu berhubungan kelamin.
Organisme penyebab ISK yang paling sering ditemukan adalah escheriucia (80 % kasus). E. Coli merupakan penghuni normal dari kolon. Organisme-organisme lain yang juga dapat menyebabkan ISK adalah: golongan proteus, klebsiela, pseudomonas, enterokokus danstophylokokus.
Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
- Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektif
- Mobilitas menurun
- Nutrisi yang sering kurang baik
- Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
- Adanya hambatan pada aliran urin
- Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
D. PATOFISIOLOGI
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:
- masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
- Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
- Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
- Mobilitas menurun
- Nutrisi yang sering kurang baik
- System imunnitas yng menurun
- Adanya hambatan pada saluran urin
- Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensi yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
E. PATHWAY
F. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah :
1. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
2. Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
3. Hematuria
4. Nyeri punggung dapat terjadi
Tanda dan gejala ISK bagian atas :
1. Demam
2. Menggigil
3. Nyeri panggul dan pinggang
4. Nyeri ketika berkemih
5. Malaise
6. Pusing
7. Mual dan muntah
G. KOMPLIKASI
Tergantung tipe :
1. ISK sederhana (uncomplicated). ISK akut tipe sederhana (sistitis) yaitu non obstruksi dan bukan perempuan hamil merupakan penyakit ringan (self limited disease) dan tidak menyebabkan akibat lanjut jangka lama.
2. ISK tipe berkomplikasi (complicated).
• ISK selama kehamilan :
O BAS (Basiluria Asimtomatik) tidak diobati resiko potensial pielonefritis, bayi premature, anemia, pregnancy induced hypertension.
O ISK trimester III: resiko potensial bayi mengalami retardasi mental, pertumbuhan bayi lambat, cerebral palsy, fetal death.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic adalah penilaian klinis tentang respon individu,keluarga,dan komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan actual maupun potensial. Nettina (1996).
Urinalisis :
1) Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih
2) Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.
Bakteriologis :
1) Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
102 – 103 organisme koliform/mL urin plus piuria.
2) Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik.
I. Penatalaksanaan
1. Terapi antibiotik, dengan urinalisis berulang setelah pemberian obat.
2. Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
3. Wanita dan gadis dianjurkan untuk sering mium dan pergi buang air kecil sesuai kebutuhan untuk membilas mikro organisme yang mungkin merayap naik ke uretra.
Tatalaksana umum : atasi demam, muntah, dehidrasi dll. Anjurkan untuk banyak minum dan jangan membiasakan menahan kencing.
Untuk mengatasi disuria dapat diberikan fenazopiridin (pyridium) 7-10 mg/kgBB/hari.
Tatalaksana khusus ditujukan terhadap 3 hal yaitu :
1) Pengobatan Infeksi Akut : pada keadaan berat atau demam tinggi dan keadaan umum lemah segera berikan antibiotik tanpa menunggu hasil biakan urin dan uji resistensi kuman. Obat pilihan pertama adalah ampisilin, kotrimoksazol, sulfisoksazol, asam nalidiksat, nitrofurantoin dan sefaleksin. Terapi diberikan selama 7 hari.
2) Pengobatan dan pencegahan infeksi berulang : 30%-50% akan mengalami infeksi berulang dan sekitar 50% diantaranya tanpa gejala. Perlu dilakukan biakan ulang pada minggu pertama sesudah selesai pengobatan fase akut, kemudian 1 bulan, 3 bulan, dan seterusnya setiap 3 bulan selama 2 tahun.
Setiap infeksi berulang harus diobati seperti pengobatan pada fase akut dan bila reinfeksi terjadi lebih dari 2 kali, pengobatan dilanjutkan dengan terapi profilaksis menggunakan obat antisepsis saluran kemih ( nitrofurantoin, kotrimaksazol, sefaleksin) umumnya diberikan ¼ dosis normal, 1x sehari pada malam hari selama 3 bulan. Bila ISK disertai kelainan anatomis, pemberian obat disesuaikan dengan hasil uji resistensi dan terapi profilaksis dilanjutkan selama 6 bulan billa perlu 2 tahun.
3). Koreksi bedah : bila pemeriksaan radiologis ditemukan obstruksi,
perlu dilakukan koreksi bedah. Penanganan refluks tergantung stadium.
Refluks stadium I sampai III biasanya akan menghilang dengan pengobatan terhadap infeksi. Stadium IV dan V perlu dilakukan koreksi bedah dengan reimplantasi ureter pada kandung kemih.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A KASUS TERKAIT
Bp. A seorang perawat, datang ke UGD RS.Soeradji mengantar anak perempuannya yang masih berumur 5th karena anaknya menangis terus-menerus sejak kemarin sore dikarenakan febris dan disuria. Bp.A juga mengatakan, An.K di rumah dirawat oleh pembantunya sehingga untuk personal higiennya biasanya dibantu oleh pembantunya.
Selain itu An.K juga mengatakan sulit dan sakit pada perut seperti diremas – remas dan perih saat mau buang air kecil, sehingga An.K jadi takut jika mau BAK padahal buang air kecilnya lebih sering dari biasanya, oleh sebab itu An.K mengatakan takut untuk banyak minum.
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic dan adanya hematuria, selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan terasa gatal. Karena sakit pada perut bagian bawah, An.K merasa tidak kuat untuk berjalan sendiri sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, An.K digendong oleh ayahnya.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil TTV :
RR : 28x/menit
S : 40 ºC
N : 108x/menit
Saat di UGD An.K dilakukan pemasangan infus RL, 20 tts/mnt dengan abocat ukuran 24 dan diberikan terapi obat :
Ceftriaxone 2x500mg
Ketorolax 2x 0,5mg/kg/BB
B. DOKUMENTASI ASKEP
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Nama perawat : Agus
Tgl pengkajian : 10 April 2018
Jam pengkajian : 15.00 WIB
b. Identitas Pasien
Nama Pasien : An. K
Agama : Islam
Umur : 12 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Almat : Jln. Ringroad Utara
Tanggal masuk RS : 10 April 2018
Diagnosa medis : Infeksi Saluran Kemih
No rekam medis :
Jam masuk : 15.00 WIB
Suku :
Bangsa : Indonesia
c. Penanggung jawab
Orang tua/wali : Bp. A
Umur : 36 tahun
Agama :Islam
Pendidikan : tidak terkaji
Pekerjaan : Perawat
Status Pernikahan : Menikah
Hubungan dengan klien : Bapak kandung
Alamat :
Suku :
Bangsa :Indonesia
2. Keluhan Utama
Bp. A mengatakan anaknya mengeluh nyeri saat kencing sudahh sejak 3 hari yang lalu.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit sekarang
Klien masuk RS melalui UGD tanggal 5 oktober 2014 pukul 10 diantar keluarga dengan keluhan nyeri saat berkemih sejak 3 hari yang lalu. Di sertai dengan pengeluaran urine yang berwarna seperti putih susu. Klien mengatakan nyerinya seperti tersayat sayat dengan skala nyeri 4. Nyerinya dirasakan pada perut bagian bawah. Nyeri timbul setiapa kali berkemih. Sebelumnya klien sempat berobat ke puskesma terdekat. Saat dipuskesmas klien mendapatkan obat oral fenazopiridin unuk memperlancar proses berkemih. Karena tidak ada perubahan klien lalu dirujuk ke RS. Saat di UGD klien dipasang infus RL 20tetes/menit dengan abocat ukuran 24 selama 4 hari, cek darah dan cek urinalisis. Pasien juga mendapatkan obat antibiotik. Setelah itu klien dibawa keruag rawat inap
b. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Penyakit yang pernah dialami: klien sering mengalami nyeri abdomen
a) Kecelakaan : tidak terkaji
b) Pernah dirawat di RS : Bpk.A mengatakan, pada usia 4 tahun An.K pernah dirawat di RS karena mengalami malaria
c) Operasi : Bpk.A mengatakan An.K tidak pernah dioperasi
2. Alergi : Bpk.A mengatakan bahwa An.K alergi terhadap ikan
3. Vaksin : Bpk.A mengatakan bahwa An.K baru saja di vaksin Hepatitis B 3bulan yang lalu
4. Kebiasaan : An.K mengatakan bahwa ia suka jajan di sembarang tempat
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Sebelum An.K mengalami gangguan eliminasi urinarius, nenek dari An.K yaitu Ny. T sudah pernah mengalami gangguan eliminasi urinarius selama lebih kurang satu minggu.
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Aktivitas dan latihan
An. K sebelum sakit masih bisa melakukan aktifitas seperti anak seusianya seperti bermain bersama teman-temannya, tetapi setelah mengalami ISK An. K menjadi pendiam karena menahan rasa sakit perutnya. Selama sakit An. K dirumah melakukan aktifitas dan dirawat oleh pembantunya sehingga untuk personal hygen biasanya dibantu oleh pembantunya.
b. Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit Bp. A mengatakan An. K tidak ada masalah dalam masalahnya, A.n K biasanya tidur 9 jam saat malam dan 2 jam saat siang, saat sakit Bp. A mengatakan An. K mengalami sulit tidur dan sering terbangun saat tidur dikarenakan perut bagian bawah terasa nyeri dan sangat sakit, A.n K hanya bissa tidur 6 jam ssaat malam dan tidak bisa tidur saat siang.
c. Kenyamanan dan nyeri
1).Palliative/profokatif
Klien mengatakan nyeri berkurang setelah klien melakukan teknik relaksasi yang diberikan oleh perawat/ pada saat BAK klien merasakan nyeri
2). Quality
klien mengatakan sangat nyeri ketika akan berkemih dan terasa sedikit berkurang nyerinya sesudah berkemih
3). Region
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian perut bagian bawah.
Scale
Dari skala 1-10 klien mengatakan skala sakitnya sekitar angka 4.
4). Time
Klien merasa nyeri datang pada saat ingin BAK.
5). Nutrisi
Sebelum klien mengalami gangguan eliminasi, klien mempuyai nafsu makan sehingga selalu makan 3 porsi sehari, tetapi pada saat mengalami gangguan eliminasi urine, nafsu makan klien menjadi berkurang, sehingga hanya makan 1 porsi sehari
6). Cairan elektrolit dan asam basa
Pada saat klien mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya minum 4 gelas standar 250 cc dan dibantu dengan Suport IV Line cairan RL 20tts/mnt, sebelum sakit klien minum 8 gelas standar 250cc perhari .
7). Oksigenasi
Sebelum dan sesudah mengalami ganguan eliminasi urin, Klien tidak mengalami sesak nafas dan tidak ada sputum.
8.) Eliminasi Bowel
Sebelum sakit klien mengatakan BAB lancar fases berwarna kuning 2x sehari, saat mengalami gangguan eliminasi urin klien merasakan perut terasa diremas-remas dan warna fases cokelat.
9). Eliminasi urine
Sebelum mengalami ganguan eliminasi urin klien mempunyai frekuensi berkemih 500cc/hr, selama mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya berkemih 250cc/hr dan warna urine merah terdapat hematuria dan klien mengatakan nyeri pada saat BAK.
Sensori,persepsi dan kognitif
Setelah melakukan pengkajian klien tidak mengalami gamgguan pada Sensori, persepsi dan kognitif.
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien saat ini adalah cemas dengan hasil pemeriksaan Vital Sign :
N : 108xmnt
RR : 28x/mnt
S : 400c
b. Kepala:
Pada saat dilakukan inspeksi dan palpasi tidak terdapat benjolan yang terdapat di kepala, bentuk tengkorak semetris dengan bagian frontal menghadap kedepan dan bagian pariental menghadap kebelakang. Kulit kepala tidak mengalami peradangan, tumor, maupun bekas luka.
c. Leher:
Setelah dilakukan inspeksi, palpasi dan teknik gerakan leher klien dapat melakukan gerakan leher secara terkoordinasi tanpa gangguan.
d. Dada: paru & jantung
Pada saat inspeksi klien tidak terlihat sesak napas, yaitu frekuensi pernapasan 20x/menit pada saat dilakukan palpasi getaran pada dinding dada sebelah kanan lebih keras dari pada dinding dada sebelah kiri. Pada saat dilakukan perkusi suara paru klien normal yaitu terdengar bunyi resonan.
e. Abdomen:
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik abdomen normal,pada saat inspeksi tdak ada pembengkakkan, dan semetris. Pada saat dilakukan auskultasi terdengar suara bising usus, secara normal terdengar setiap bising usus normal terdengar 10 kali/menit
6. Psiko sosio budaya dan spiritual
a. Psikologis
Klien mengatakan Takut jika mau BAK, karena merasa nyeri pada saat ingin BAK.
b. Sosial
Klien berkomunikasi dengan bahasa jawa dan bahasa Inonesia, nada bicara klien sopan.
c. Budaya
Tidak terkaji
d. Spiritual
Tidak terkaji
7. Pemeriksaan penunjang
Data Pemeriksaan Laboratorium :
- WBC : 12.109/L
- MCV : 75 fl
- Hb : 10 g/dL
- Bakteri pada urin : 100.000/ml
ANALISA DATA
Nama klien : An.K No.Register :
Umur : 12 tahun Diagnosa Medis : ISK
Ruang Rawat : Tulip Alamat : Jl. Ringroad Utara
TGL/JAM
|
DATA FOKUS
|
ETIOLOGI
|
PROBLEM
|
01/02/2018
09.00 WIB
|
DS :
1. Bapak klien mengatakan suhu badan anaknya teraba panas.
DO :
1. N : 108x/menit
2. S : 40
3. RR : 28x/menit
4. Teraba panas
|
Proses infeksi
|
Hypertermi
|
01/02/2018
09.00 WIB
|
DS :
1. An.K mengatakan sulit dan
Sakit pada perut seperti
diremas-remas dan perih saat mau buang air kecil, sehingga An.K jadi takut jika mau BAK padahal buang air kecilnya lebih sering daripada biasanya, oleh sebab itu An.K mengatakan takut untuk banyak minum.
2. Bp.A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic dan adanya hematuria, selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan terasa gatal. Kira-kira skala nyerinya mencapai 9.
DO :
1. Klien tampak terlihat pucat dan lemas.
2. Klien terlihat memegangi perut bagian bawah.
|
Agen cidera biologis
|
Nyeri akut
|
01/02/2018
09.00 WIB
|
DS :
1. An.K mengatakan sulit dan
Sakit pada perut seperti
diremas-remas dan perih saat mau buang air kecil, sehingga An.K jadi takut jika mau BAK padahal buang air kecilnya lebih sering daripada biasanya, oleh sebab itu An.K mengatakan takut untuk banyak minum.
DO :
1. Klien terlihat kesakitan dan takut saat buang air kecil.
|
Infeksi saluran kemih
|
Gangguan Eliminasi urinarius
|
1/02/2018
09.00 WIB
|
DS :
1. An. K mengatakan sulit dan sakit pada perut seperti diremas-remas dan perih saat mau buang air kecil sehingga An. K menjadi takut jika mau BAK. Oleh sebab itu, An. K mengatakan takut untuk banyak minum.
DO :
1. Wajah klien tampak terlihat murung.
2. Sikap klien berubah menjadi pendiam.
|
Status kesehatan
|
Ansietas
|
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi saluran kemih
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
3. Hyperthermy berhubungan dengan proses infeksi
RENCANA ( INTERVENSI ) KEPERAWATAN
Nama klien : An.K No.Register :
Umur : 5 tahun Diagnosa Medis : ISK
Ruang Rawat : Tulip Alamat : Jl. Ringroad Utara
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan & Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Nama & TTD
|
1
|
Eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi saluran kemih
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam maka eliminasi urinarius An. K berkurang dengan kriteria hasil sbb:
1. Eliminasi lancar.
2. Urin berwarna kuning cerah tetapi sedikit pucat.
3. Volume pengeluaran urine 900-2100 CC/hari.
|
1. Pantau eliminasi urin contohnya frekuensi urin, volume urin, konsistensi urin dengan tepat.
2. Ajarkan klien tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
3. Instruksikan klien atau keluarga untuk mencatat keluaran urin.
| |
2
|
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam maka nyeri yang dialami oleh An.K berkurang dengan kriteria hasil sbb:
1. Selera makan klien kembali normal.
2. Klien sudah tidak mengalami gelisah.
3. Klien dapat beraktivitas kembali seperti biasanya.
4. Skala nyeri klien 1.
|
1. Ajarkan klien tekhnik relaksasi nafas dalam.
2. Beri kompreshangat pada bagian yang nyeri.
3. Kolaborasi dalam pemberian analgesik Ketorolax 2x 0,5mg/kg/BB
| |
3
|
Hyperthermy berhubungan dengan proses infeksi
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maka An. K tidak mengalami hipertermi dengan kriteria hasil sbb :
1. RR klien normal16-24/menit.
2. Suhu tubuh klien dalam rentang 36,5-37,5
3. Nadi klien normal (60-100x/menit).
4. Tubuh klien tidak teraba panas.
|
1. Observasi keadaan umum klien.
2. Monitor vital sign klien (suhu &nadi).
3. Beri kompres hangat pada klien.
4. Anjurkan pada klien untuk meningkatkan istirahat.
5. Kolaborasi dalam pemberian infus RL, 20 tts/mnt
6. Anjurkan banyak minum air putih.
7. Kolaborasi dalam pemberian injeksi Ceftriaxone 2x500mg
8. Kolaborasi dalam pemberian analgetik paracetamol 10-10-15 mg/kgBB/kali.
|
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : An.K No.Register :
Umur : 12 tahun Diagnosa Medis : ISK
Ruang Rawat : Tulip Alamat : Jl. Ringroad Utara
No. dx
|
Tgl/Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Nama & TTD
|
dx 1
|
3/02/2018
09.00 WIB
09.15 WIB
09.30 WIB
|
1. Memantau eliminasi urin contohnya frekuensi urin, volume urin, konsistensi urin dengan tepat.
2. Mengajarkan klien tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
3. Menginstruksikan klien atau keluarga untuk mencatat keluaran urin.
|
Pukul 11.00 WIB, Tanggal 3/02/2018
S:
1. Bapak klien mengatakan An.K sudah berkurang sakitnya saat kencing.
O :
1. Volume pengeluaran urin normal.
2. Klien sedikit mengerti tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
A : tujuan belum tercapai.
P : lanjutkan intervensi :
1. Memantau eliminasi urin contohnya frekuensi urin, volume urin, konsistensi urin dengan tepat.
2. Mengajarkan klien tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
3. Menginstruksikan klien atau keluarga untuk mencatat keluaran urin.
| |
dx 2
|
3/02/2018
09.15 WIB
09.25 WIB
09.35 WIB
|
1. Mengajarkan klien tekhnik relaksasi nafas dalam.
2. Memberikan kompres hangat pada bagian yang nyeri.
3. Memberikan analgesik Ketorolax 2x 0,5mg/kg/BB
|
Pukul 12.00 WIB, Tanggal 3/02/2018
S :
1. Bapak klien mengatakan anaknya tampak lebih tenang dan sudah tidak merasakan nyeri setelah diberikan kompres hangat.
O :
1. Klien sudah tampak tenang, dan berkurang nyerinya.
2. An. K tampak mendapatkan kompres hangat pada bagian abdomennya.
3. An. K tampak masih kelihatan memegang perutnya karena nyeri.
A : tujuan belum tercapai.
P : lanjutkan intervensi :
9. 1. Mengajarkan klien tekhnik relaksasi nafas dalam.
10. 2. Memberikan kompres hangat pada bagian yang nyeri.
11. 3. Memberikan analgesik Ketorolax 2x 0,5mg/kg/BB
| |
dx 3
|
3/02/2012
10.15 WIB
10.20 WIB
10.30 WIB
|
1. Mengobservasi keadaan umum klien.
2. Memonitor vital sign klien (suhu &nadi).
3. Memberikan kompres hangat pada klien.
4. Menganjurkan pada klien untuk meningkatkan istirahat.
5. Memberikan infus RL, 20 tts/mnt.
6. Memberikan injeksi Ceftriaxone 2x500mg
|
Pukul 12.30 WIB, Tanggal 3/02/2012
S :
1. Bapak klien mengatakan suhu badan anaknya berkurang.
O :
1. Hasil TTV menunjukkan suhu 37,5
2. Nadi An. K 90x/mnt.
3. Tubuh An. K teraba normal,panas berkurang.
4. An. K tampak mendapatkan kompres hangat pada keningnya.
5. An. K tidak tampak terjadi dehidrasi selama adanya demam.
A : tujuan belum tercapai.
P : lanjutkan intervensi :
1. Mengobservasi keadaan umum klien.
2. Memonitor vital sign klien (suhu &nadi).
3. Memberikan kompres hangat pada klien.
4. Menganjurkan pada klien untuk meningkatkan istirahat.
5. Memberikan infus RL, 20 tts/mnt.
6. Memberikan injeksi Ceftriaxone 2x500mg
| |
dx 1
|
4/02/2012
09.15 WIB
09.20 WIB
09.30 WIB
|
1. Memantau eliminasi urin contohnya frekuensi urin, volume urin, konsistensi urin dengan tepat.
2. Mengajarkan klien tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
3. Menginstruksikan klien atau keluarga untuk mencatat keluaran urin.
|
Pukul 11.00 WIB, Tanggal 4/02/2012
S:
1. Bapak klien mengatakan An.K sudah berkurang sakitnya saat kencing.
O :
1. Volume pengeluaran urin normal.
2. Klien sedikit mengerti tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
A : tujuan belum tercapai.
P : lanjutkan intervensi :
1. Memantau eliminasi urin contohnya frekuensi urin, volume urin, konsistensi urin dengan tepat.
2. Mengajarkan klien tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
3. Menginstruksikan klien atau keluarga untuk mencatat keluaran urin.
|
Nato
|
dx 2
|
4/02/2018
10.00 WIB
10.10 WIB
10.30 WIB
|
1. Mengajarkan klien tekhnik relaksasi nafas dalam.
2. Memberikan kompres hangat pada bagian yang nyeri.
3. Memberikan analgesik Ketorolax 2x 0,5mg/kg/BB
|
Pukul 12.00 WIB, Tanggal 4/02/2018
S :
1. Bapak klien mengatakan anaknya tampak lebih tenang dan sudah tidak merasakan nyeri setelah diberikan kompres hangat.
O :
1. Klien sudah tampak tenang, dan berkurang nyerinya.
2. An. K tampak mendapatkan kompres hangat pada bagian abdomennya.
3. An. K tampak masih kelihatan memegang perutnya karena nyeri.
A : tujuan tercapai.
P : pertahankan intervensi :
1. Mengajarkan klien tekhnik relaksasi nafas dalam.
2. Memberikan kompres hangat pada bagian yang nyeri.
3. Memberikan analgesik Ketorolax 2x 0,5mg/kg/BB
|
Eva
|
dx 3
|
4/02/2018
09.25 WIB
09.35 WIB
09.45 WIB
|
1. Mengobservasi keadaan umum klien.
2. Memonitor vital sign klien (suhu &nadi).
3. Memberikan kompres hangat pada klien.
4. Menganjurkan pada klien untuk meningkatkan istirahat.
5. Memberikan infus RL, 20 tts/mnt.
6. Memberikan injeksi Ceftriaxone 2x500mg
|
Pukul 12.30 WIB, Tanggal 4/02/2018
S :
1. Bapak klien mengatakan suhu badan anaknya berkurang.
O :
1. Hasil TTV menunjukkan suhu 37,5
2. Nadi An. K 90x/mnt.
3. Tubuh An. K teraba normal,panas berkurang.
4. An. K tampak mendapatkan kompres hangat pada keningnya.
5. An. K tidak tampak terjadi dehidrasi selama adanya demam.
A : tujuan belum tercapai.
P : lanjutkan intervensi :
1. Mengobservasi keadaan umum klien.
2. Memonitor vital sign klien (suhu &nadi).
3. Memberikan kompres hangat pada klien.
4. Menganjurkan pada klien untuk meningkatkan istirahat.
5. Memberikan infus RL, 20 tts/mnt.
6. Memberikan injeksi Ceftriaxone 2x500mg
| |
dx 1
|
5/02/2018
09.00 WIB
09.15 WIB
09.25 WIB
|
1. Memantau eliminasi urin contohnya frekuensi urin, volume urin, konsistensi urin dengan tepat.
2. Mengajarkan klien tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
3. Menginstruksikan klien atau keluarga untuk mencatat keluaran urin.
|
Pukul 11.00 WIB, Tanggal 5/02/2018
S:
1. Bapak klien mengatakan An.K sudah berkurang sakitnya saat kencing.
O :
1. Volume pengeluaran urin normal.
2. Klien sedikit mengerti tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
A : tujuan belum tercapai.
P : lanjutkan intervensi :
1. Memantau eliminasi urin contohnya frekuensi urin, volume urin, konsistensi urin dengan tepat.
2. Mengajarkan klien tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
3. Menginstruksikan klien atau keluarga untuk mencatat keluaran urin.
|
Erna
|
dx 3
|
5/02/2018
09.50 WIB
10.00 WIB
10.15 WIB
|
1. Mengobservasi keadaan umum klien.
2. Memonitor vital sign klien (suhu &nadi).
3. Memberikan kompres hangat pada klien.
4. Menganjurkan pada klien untuk meningkatkan istirahat.
5. Memberikan infus RL, 20 tts/mnt.
6. Memberikan injeksi Ceftriaxone 2x500mg
|
Pukul 12.30 WIB, Tanggal 5/02/2018
S :
1. Bapak klien mengatakan suhu badan anaknya berkurang.
O :
1. Hasil TTV menunjukkan suhu 37,5
2. Nadi An. K 90x/mnt.
3. Tubuh An. K teraba normal,panas berkurang.
4. An. K tampak mendapatkan kompres hangat pada keningnya.
5. An. K tidak tampak terjadi dehidrasi selama adanya demam.
A : tujuan tercapai.
P : pertahankan intervensi :
1. Mengobservasi keadaan umum klien.
2. Memonitor vital sign klien (suhu &nadi).
3. Memberikan kompres hangat pada klien.
4. Menganjurkan pada klien untuk meningkatkan istirahat.
5. Memberikan infus RL, 20 tts/mnt.
6. Memberikan injeksi Ceftriaxone 2x500mg
| |
dx 1
|
6/02/2018
11.15 WIB
11.20 WIB
11.35 WIB
|
1. Memantau eliminasi urin contohnya frekuensi urin, volume urin, konsistensi urin dengan tepat.
2. Mengajarkan klien tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
3. Menginstruksikan klien atau keluarga untuk mencatat keluaran urin.
|
Pukul 11.00 WIB, Tanggal 6/02/2018
S:
1. Bapak klien mengatakan An.K sudah berkurang sakitnya saat kencing.
O :
1. Volume pengeluaran urin normal.
2. Klien sedikit mengerti tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
A : tujuan tercapai.
P : pertahankan intervensi :
1. Memantau eliminasi urin contohnya frekuensi urin, volume urin, konsistensi urin dengan tepat.
2. Mengajarkan klien tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
3. Menginstruksikan klien atau keluarga untuk mencatat keluaran urin.
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian pada teori maupun kasus, dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih.merupakan salah satu kasus yang sering terjadi dalam masyarakat.
2. Jenis ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai sistitis. Gejala yang dapat timbul dari ISK yaitu perasaan tidak enak berkemih (disuria, Jawa: anyang-anyangen). Tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak menimbulkan gejala disebut sebagai ISK asimtomatis.
3. Faktor penyebab terjadinya infeksi saluran kemih:
1) Bendunganaliran urine:
a. Anatomikonginetal.
b. Batusalurankemih.
c. Oklusi ureter (sebagianatau total).
2) Refluksvesike ureter.
3) Urine sisadalambuli-bulikarena :
a. Neurogenik bladder.
b. Striktururetra.
c. Hipertropiprostat.
4) Gangguanmetabolik.
a. Hiperkalsemia.
b. Hipokalemia
c. Agamaglobulinemia.
5) Instrumentasi
a. Dilatasiuretrasistoskopi.
6) Kehamilan
a. Faktorstatisdanbendungan.
b. PH urine yang tinggisehinggamempermudahpertumbuhankuman.
4. Komplikasi
a. Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
b. Gagal ginjal.
5. Diagnosa yang mungkin muncul adalah
a. Hypertermi berhubungan dengan proses infeksi.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
c. Eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan ketahanan tubuh.
e. Kurang pengetahuan orang tua tentang perawatan klien berhubungan dengan kurangnya informasi.
f. Cemas anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi.
6. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus An.K
a. Hypertermi berhubungan dengan proses infeksi.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
c. Eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit-penyakit dalam keperawatan anak salah satunya infeksi saluran kemih dan juga meningkatkan kemampuan dalam membuat asuhan keperawatan yang baik dan benar.
2. Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat agar dapat meningakatkan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawtan serta pengetahuan sehingga dapat memberikan asuhan keperawtan yang optimal khususnya pada anak yang menderita penyakit infeksi saluran kemih dan perawat mampu menjadi edukator yang baik bagi pasien dan keluarganya.
3. Bagi Dunia Keperawatan
Diharapkan asuhan keperawatan ini dapat terus ditingkatkan kekurangannya sehingga dapat menambah pengetahuan yang lebih baik bagi dunia keperawatan serta, dapat di aplikasikan untuk mengembangakan ketrampilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak yang mengalami infeksi saluran kemih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar