LP (Laporan Pendahuluan) Keperawatan Lengkap

Kumpulan Laporan Pendahuluan Keperawatan, Asuhan Keperawatan Lengkap,SAP Dan Leaflet, Tugas-Tugas Kuliah Keperawatan Lainnya

05/03/17

Laporan Pendahuluan Down syndrome

BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang
Down syndrome adalah abnormalitas kromosom yang ditandai dengan berbagai derajat retardasi mental dan efek fisik yang berhubungan;dikenal juga sebagai trisomi21 (Donna L. Wong;654). Down syndrome dinamai sesuai nama dokter berkebangsaan Inggris bernama Langdon Down, yang pertama kali menemukan tanda-tanda klinisnya pada tahun 1866. Pada tahun 1959 seorang ahli genetika Perancis Jerome Lejeune dan para koleganya, mengidentifikasi basis genetiknya.Manusia secara normal memiliki 46 kromosom, sejumlah 23 diturunkan oleh ayah dan 23 lainnya diturunkan oleh ibu. Para individu yang mengalami down syndrome hampir selalu memiliki 47 kromosom, bukan 46.
Masalah ini penting, karena seringkali terjadi di berbagai belahan dunia, sebagaimana menurut catatan Indonesia Center for Biodiversity dan Biotechnology (ICBB) Bogor,di Indonesia terdapat lebih dari 300 ribu anak pengidap down syndrome. Sedangkan angka kejadian penderita down syndrome di seluruh dunia diperkirakan mencapai 8 juta jiwa (Aryanto, 2008). Angka kejadian kelainan down syndrome mencapai 1dalam 1000 kelahiran. Di Amerika Serikat, setiap tahun lahir 3000 sampai 5000 anak dengan kelainan ini. Sedangkan di Indonesia prevalensinya lebih dari 300 ribu jiwa (Sobbrie, 2008).

1.2      Rumusan Masalah
a.     Apa definisi down syndrome ?
b.   Apa etiologi down syndrome ?
c.   Bagaimana patofisiologi down syndrome ?
d.   Apa manifestasi klinis down syndrome ?
e.   Apa komplikasi down syndrome ?
f.    Apa saja pemeriksaan diagnostik down syndrome ?
g.   Apa saja penatalaksanaan down syndrome ?
h.   Bagaimana asuhan keperawatan anak dengan down syndrome ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah keperawatan anak dan  menambah ilmu pengetahuan tentang rencana asuhan keperawatan  pada anak dengan down syndrome bagi para penulis dan pembaca.
1.3.2  Tujuan Khusus
a.    Mengetahui definisi Sindrom Down.
b.         Mengetahui etiologi Sindrom Down.
c.         Mengetahui patofisiologi Sindrom Down.
d.        Mengetahui tentang manifestasi klinis Sindrom Down.
e.         Mengetahui pemeriksaan penunjang Sindrom Down.
g.    Mengetahui penatalaksanaan Sindrom Down.
h.         Mengetahui asuhan keperawatan Sindrom Down.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat makalah ini penulis ingin memberikan suatu gambaran ataupun penjelasan yang lebih mendalam mengenai manajemen asuhan keperawatan pada anak dengan down syndrome.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Down Sindrom (Down syndrome) adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Down syndrome adalah abnormalitas kromosom yang ditandai dengan berbagai derajat retardasi mental dan efek fisik yang berhubungan;dikenal juga sebagai trisomi21 (Donna L. Wong;654). 
Sindroma Down (Trisomi 21, Mongolisme) adalah suatu kelainan kromosom yang menyebabkan keterbelakangan mental (retardasi mental) dan kelainan fisik (medicastore) (Rezki, 2010).
Sindrom Down adalah suatu kumpulan gejala akibat dari abnormalitas kromosom, biasanya kromosom 21, yang tidak berhasil memisahkan diri selama meiosis sehingga terjadi individu dengan 47 kromosom (Cahyono, 2009).
Syndrom Down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan (Saharso, 2008).
IQ anak down syndrome biasanya dibawah 50, sifat-sifat atau ciri-ciri fisiknya adalah berbeda, ciri-ciri jasmaniahnya sangat mencolok, salah satunya yang paling sering diamati adalah matanya yang serong ke atas.

Sedangkan, dari segi sitologi, down syndrome dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu:
a.    Syndroma Down Triplo-21 atau Trisomi 21, sehingga penderita memiliki 47 kromosom. Penderita laki-laki= 47,xy,+21, sedangkan perempuan= 47,xx,+21. Kira-kira 92,5% dari semua kasus syndrome down tergolong dalam tipe ini.
b.    Syndrome Down Translokasi, yaitu peristiwa terjadinya perubahan struktur kromosom, disebabkan karena suatu potongan kromosom bersambungan dengan potongan kromosom lainnya yang bukan homolog-nya.

2.2 ETIOLOGI
2.2.1   Non disjungtion (pembentukan gametosit)
a. Genetik 
Diperkirakan terdapat predisposisi terhadap “Non disjunctional”. Bukti yang mendukung teori ini adalah berdasarkan atas hasil penelitian epidemiologi yang menyebabkan adanya peningkatan risiko berulang bila dalam keluarga terdapatanak dengan sindrom down.
b. Radiasi
Radiasi dikatakan merupakan salah satu penyebab utama terjadinya “Nondisjunctional” pada Sindrom Down. Uchida 1981 membicarakan bahwa sekitar 30% ibu melahirkan anak dengan Sindrom Down, pernah mengalami radiasi didaerah perut sebelum terjadinya konsepsi. Sedangkan penelitian lain tidak menetapkan adanya hubungan antara radiasi dengan penyimpangan kromosom.
c.  Infeksi
Infeksi juga dikatakan kerupakan salah satu penyebab terjadinya Sindrom Down.Sampai saat ini belum ada peneliti yang mampu memastikan bahwa virus dapat mengakibatkan terjadinya “Non disjunctional”.

d. Autoimun
Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang nerkaitan dengan tiroid. PenelitianFialkaw 1966, secara konsisten mendapatkan perbedaan autoantibodi tiroid padaibu yang melahirkan anak dengan Sindrom Down dengan ibu kontrol yangumurnya sama.
e. Umur ibu
 Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “non dijunction” pada kromosom. Perubahan endokrin sepertikonsentrasi reseptor hormon dan peningkatan kadar LH dan FSH secara tiba-tibasebelum dan selama menopause. Selain itu kelainan kehamilan juga berpengaruh.
f. Umur ayah
  Penelitian sutogenik pada orang tua dengan Sindrom Down mendapatkan bahwa20  –  30% kasus ekstra kromosom 21 bersumber dari ayahnya. Tetapi korelasinyatidak setinggi dengan umur ibu.

2.2.2  Gangguan intragametik yaitu gangguan pada gamet, kemungkinan terjadi translokasi kromosom 21 dan 15.
2.2.3  Organisasi nukleus yaitu sintesis protein yang abnormal sehingga menyebabkan kesalahan DNA menuju ke RNA.
2.2.4  Bahan kimia juga dapat menyebabkan mutasi gen janin pada saat dalam  kandungan.
2.2.5  Frekuensi koitus akan merangsang kontraksi uterus, sehingga dapat berdampak pada janin.


2.3 PATOFISIOLOGI
Down Syndrome disebabkan adanya kelainan pada perkembangan kromosom. Kromosom merupakan serat khusus yang terdapat pada setiap sel tubuh manusia dan mengandung bahan genetik yang menentukan sifat-sifat seseorang. Pada bayi normal terdapat 46 kromosom (23 pasang) dimana kromosom nomor 21 berjumlah 2 buah (sepasang). Bayi dengan penyakit down syndrome memiliki 47 kromosom karena kromosom nomor 21 berjumlah 3 buah. Kelebihan 1 kromosom (nomor 21) atau dalam bahasa medisnya disebut trisomi-21 ini terjadi akibat kegagalan sepasang kromosom 21 untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. 

Trisomi21 menyebabkan fisik penderita down syndrome tampak  berbeda  dengan orang-orang umumnya. Selain ciri khas pada wajah, mereka juga mempunyai tangan yang lebih kecil, jari-jari pendek dan kelingking bengkok. Keistimewaan lain yang dimiliki oleh penderita down syndrome adalah adanya garis melintang yang unik di telapak tangan mereka. Garis yang disebut simiancrease ini juga terdapat di kaki mereka, yaitu antara telunjuk dan ibu jari mereka yang berjauhan (sandal foot).



(APLIKASI NANDA NICNOC, 2013)
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Berat pada bayi yang baru lahir dengan penyakit sindrom down pada umumnya kurang dari normal, diperkirakan 20% kasus dengan sindrom down ini lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Anak-anak yang menderita sindroma down memiliki penampilan yang khas:
1.   Bentuk tulang tengkoraknya asimetris atau ganjil dengan bagian belakang kepalanya mendatar (sutura sagitalis terpisah).
2.  Lesi pada iris mata (bintik Brushfield), matanya sipit ke atas dan kelopak mata berlipat-lipat (lipatanepikantus) serta jarak pupil yang lebar.
3.  Kepalanya lebih kecil daripada normal (mikrosefalus) dan bentuknya abnormal serta leher pendek dan besar.
4.  Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa Congenital Heart Failure (kelainan jantung bawaan), kelainan ini yang biasanya berakibat fatal di mana bayi dapat meninggal dengan cepat.
5.   Hidungnya datar (Hidung kemek/Hipoplastik), lidahnya menonjol, tebal dan kerap terjulur serta mulut yang selalu terbuka.
6.   Tangannya pendek dan lebar dengan jari-jari tangan yang pendek dan seringkali hanya memiliki satu garis tangan pada telapak tangannya.
7.   Jarak ibu jari kaki dengan jari kedua lebar.
8.   Jari kelingking hanya terdiri dari dua buku dan melengkung ke dalam (Plantar Crease).
9.   Telinganya kecil dan terletak lebih rendah
10. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (hampir semua penderita Sindrom Down tidak pernah mencapai tinggi rata-rata orang dewasa)
11. Keterbelakangan mental.
12. Hiper fleksibilitas
13. Bentuk palatum yang tidak normal
14. Kelemahan otot

2.6 KOMPLIKASI

1. Penyakit Alzheimer’s (penyakit kemunduran susunan syaraf pusat)
2. Leukimia (penyakit dimana sel darah putih melipat ganda tanpa terkendalikan)

2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan diagnostik digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan sindrom down, ada beberapa pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosa ini, antara lain:
1.    Pemeriksaan fisik penderita
2.    Pemeriksaan kromosom (Kariotip manusia biasa hadir sebagai 46 autosom+XX atau 46 autosom+XY, menunjukkan 46 kromosom dengan aturan XX bagi betina dan 46 kromosom dengan aturan XY bagi jantan, tetapi pada sindrom down terjadi kelainan pada kromosom ke 21 dengan bentuk trisomi atau translokasi kromosom 14 dan 22). Kemungkinan terulang pada kasus (trisomi adalah sekitar 1%, sedangkan translokasi kromosom 5-15%)
3.    Ultrasonograpgy (didapatkan brachycephalic, sutura dan fontela terlambat menutup, tulang ileum dan sayapnya melebar)
4.    Echocardiogram untuk mengetahui ada tidaknya kelainan jantung  bawaan mungkin terdapat ASD atau VSD.
5.    Pemeriksaan darah (percutaneus umbilical blood sampling) salah satunya adalah  dengan adanya leukemia akut menyebabkan penderita semakin rentan terkena infeksi, sehingga penderita ini memerlukan monitoring serta pemberian terapi pencegah infeksi yang adekuat.
6.    Penentuan aspek keturunan
Dapat ditegakkan melalui pemeriksaan cairan amnion atau korion pada kehamilan minimal 3 bulan, terutama kehamilan diusia diatas 35 tahun keatas
7.    Pemeriksaan dermatoglifik yaitu lapisan kulit biasanya tampak keriput.




2.8 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi kelainan ini. Pada tahap perkembangannya penderita syndrome down juga dapat mengalami kemunduran dari sistim tubuhnya. Dengan demikian penderita harus mendapatkan support maupun informasi yang cukup serta kemudahan dalam menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai berkaitan dengan kemunduran perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Hal yang dapat dilakukan antara lain :

1.    Penanganan Secara Medis
a.    Pembedahan
Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi adanya defek pada jantung, mengingat sebagian besar penderita lebih cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan pada jantung tersebut.
b.    Pemeriksaan Dini
·      Pendengaran
Biasanya terdapat gangguan pada pendengaran sejak awal kelahiran, sehingga dilakukan pemeriksaan secara dini sejak awal kehidupannya.
·      Penglihatan
Sering terjadi gangguan mata, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan secara rutin oleh dokter ahli mata
c. Pemeriksaan Nutrisi
Pada perkembangannya anak dengan sindrom down akan mengalami gangguan pertumbuhan baik itu kekurangan gizi pada masa bayi dan prasekolah ataupun kegemukan pada masa sekolah dan dewasa, sehingga perlu adanya kerjasama dengan ahli gizi.
d. Pemeriksaan Radiologis
Diperlukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa keadaan tulang yan dianggap sangat mengganggu atau mengancam jiwa (spina servikalis)




2.    Pendidikan
a.    Pendidikan khusus
Program khus untuk menangani anak dengan sindrom down adalah membuat desain bangunan dengan menerapkan konsep rangsangan untuk tempat pendidikan anak-anak down's syndrome. Ada tiga jenis rangsangan, yakni fisik, akademis dan sosial.Ketiga rangsangan itu harus disediakan di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Hal ini diharapkan anak akan mampu melihat dunia sebagai sesuatu yang menarik untuk mengembangkan diri dan bekerja.
b.    Taman bermain atau taman kanak – kanak
Rangsangan secara motorik diberikan melalui pengadaan ruang berkumpul dan bermain bersama (outdoor) seperti :
·         Cooperative Plaza untuk mengikis perilaku pemalu dan penyendiri.
·         Mini Zoo dan Gardening Plaza adalah tempat bagi anak untuk bermain bersama hewan dan tanaman
c. Intervensi dini.
Pada akhir – akhir ini terdapat sejumlah program intervensi dini yang dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberikan lingkungan bagi anak dengan sindrom down.Akan mendapatkan manfaat dari stimulasi sensori dini, latihan khusus untuk motorik halus dan kasar dan petunjuk agar anak mau berbahasa. Dengan demikian diharapkan anak akan mampu menolong diri sendiri, seperti belajar makan, pola eliminasi, mandi dan yang lainnya yang dapat membentuk perkembangan fisik dan mental.

3.    Penyuluhan terhadap orang tua
Diharapkan penjelasan pertama kepada orang tua singkat, karena kita memandang bahwa perasaan orang tua sangat beragam dan kerena kebanyakan orang tua tidak menerima diagnosa itu sementara waktu, hal ini perlu disadari bahwa orang tua sedang mengalami kekecewaan. Setelah orang tua merasa bahwa dirinya siap menerima keadaan anaknya, maka penyuluhan yang diberikan selanjutnya adalah bahwa anak dengan sindrom down itu juga memiliki hak yang sama dengan anak normal lainnya yaitu kasih sayang dan pengasuhan.



Pada pertemuan selanjutnya penyuluhan yang diberikan antra lain : Apa itu sindrom down, karakteristik fisik dan antisipasi masalah tumbuh kembang anak. Orang tua juga harus diberi tahu tentang fungsi motorik, perkembangan mental dan bahasa.Demikian juga penjelasan tentang kromosom dengan istilah yang sederhana, informasi tentang resiko kehamilan berikutnya.

2.9 ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian

a) Biodata (pasien, penanggungjawab)
b) Riwayat kesehatan (sekarang, dahulu, imunisasi, persalinan)
c) Lakukan pengkajian  fisik
d) Lakukan pengkajian perkembangan
  e) Dapatkan riwayat keluarga, terutama yang berkaitan dengan usia ibu atau anak lain mengalami keadaan serupa
  f) Observasi adanya manifestasi Sindrom Down:
1) Karakeristik Fisik (Paling sering terlihat)
a. Tengkorak bulat kecil dengan oksiput datar
b. Lipatan epikantus bagian dalam dan fisura palpebra serong  (mata miring ke atas dan keluar)
c. Hidung kecil dengan batang hidung tertekan kebawah (hidung sadel)
d. Lidah menjulur kadang berfisura
e. Mandibula hipoplastik (membuat lidah tampak besar)
f. Palatum berlengkung tinggi
g. Leher pendek tebal
h. Muskulatur Hipotonik (perut buncit, hernia umbilikus)
i. Sendi hiperfleksibel dan lemas
j. Tangan dan kaki lebar, pandek tumpul.
k. Garis simian (puncak transversal pada sisi telapak tangan
2)  Intelegensia / pemikiran
a. Bervariasi dan retardasi hebat sampai intelegensia normal rendah
b. Umumnya dalam rentang ringan sampai sedang
c. Kelambatan bahasa lebih berat daripada kelambatan kognitif

3) Anomaly congenital (peningkatan insiden)
a.   Penyakit jantung congenital (paling umum)
b. Defek lain meliputi: agenesis renal, atresia duodenum, penyakit hiscprung, fistula esophagus, subluksasi pinggul. Ketidakstabilan vertebra servikal pertama dan kedua (ketidakstabilan atlantoaksial)
4) Masalah Sensori (seringkali berhubungan)
a. Kehilangan pendengaran konduktif (sangat umum)
b. Strabismus
c. Myopia
d. Nistagmus
e. Katarak
f. Konjungtivitis
5) Pertumbuhan dan perkembangan seksual
a. Pertumbuhan tinggi badan dan BB menurun, umumnya obesitas
b. Perkembangan seksual terhambat, tidak lengkap atau keduanya
c. Infertile pada pria, wanita dapat fertile
d. Penuaan premature umum terjadi, harapan hidup rendah

2. Masalah Keperawatan

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Resiko cedera
c. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
d. Defisiensi pengetahuan

3. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kesulitan pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan mulut terbuka
2. Risiko tinggi cedera b.d  kelemahan otot
3. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d pembentukan organ yang kurang sempurna
4. Defisiensi pengetahuan orang tua b.d perawatan pada anak dengan down syndrome



4. Intervensi dan Implementasi Keperawatan

a.  Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan b.d kesulitan pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan palatum yang tinggi.
    Tujuan     : kesulitan pemberian makan pada masa bayi menjadi minimal
               Intervensi :
1) Hisap hidung setiap kali sebelum pemberian makan, bila perlu
    Rasional : Untuk menghilangkan mucus
2)  Jadwalkan pemberian makan sedikit tapi sering: biarkan anak untuk beristirahat selama pemberian makan
    Rasional : Karena menghisap dan makan sulit dilakukan dengan pernapasan mulut
3) Berikan makanan padat dengan mendorongnya ke mulut bagian belakang dan samping
     Rasional : Karena refleks menelan pada anak dengan sindrom down kurang baik
4) Hitung kebutuhan kalori untuk memenuhi energy berdasarkan tinggi dan berat badan
    Rasional : Memberikan kalori kepada anak sesuai dengan kebutuhan
5) Pantau tinggi dan BB dengan interval yang teratur
    Rasional : Untuk mengealuasi asupan nutrisi
6) Rujuk ke spesialis untuk menentukan masalah makanan yang spesifik
    Rasional : Mengetahui diit yang tepat

b. Risiko tinggi cedera b.d kelemahan otot
Tujuan : Mengurangi risiko terjadinya cedera pada pasien dengan sindrom down
Intervensi:
1) Anjurkan aktivitas bermain dan olahraga yang sesuai dengan maturasi fisik anak, ukuran, koordinasi dan ketahanan
    Rasional : Untuk menhindari cedera
2) Anjurkan anak untuk dapat berpartisipasi dalam olahraga yang dapat melibatkan tekanan pada kepala dan leher
    Rasional : Menjauhkan anak dari factor resiko cedera



3)    Ajari keluarga dan pemberi perawatan lain (mis: guru, pelatih) gejala instabilitas atlatoaksial
       Rasional : Memberikan perawatan yang tepat
4)    Laporkan dengan segera adanya tanda-tanda kompresi medulla spinalis (nyeri leher menetap, hilangnya ketrampilanmotorik stabil dan control kandung kemih/usus, perubahan sensasi)
       Rasional : Untuk mencegah keterlambatan pengobatan

c.  Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d pembentukan organ yang kurang sempurna
    Tujuan: pasien mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
    Intervensi:
1)     Kaji faktor penyebab gangguan pertumbuhan perkembangan anak
Rasional : mengetahui faktor penyebab gangguan tumbuh kembang anak
2)     Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan anak yang optimal.
Rasional : sumber pendidikan yang tepat dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak
3)     Berikan perawatan yang konsisten
Rasional : untuk mencapai tumbuh kembang anak yang optimal
4)     Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil
Rasional : untuk membuat anak down syndrome aktif
5)     Berikan intruksi berulang dan sederhana
Rasional : untuk membuat anak down syndrome memahami intruksi yang diberikan
6)     Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak
Rasional : untuk membuat anak merasa dihargai
7)     Dorong anak melakukan perawatan sendiri
Rasional : untuk menunjang tumbuh kembang anak
8)     Manajemen perilaku anak yang sulit
Rasional : untuk mengatasi perilaku anak yang sulit
9)     Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok
Rasional : untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak
10)  Ciptakan lingkungan yang aman
Rasional : lingkungan aman dapat meningkatkan tumbuh kembang anak
4. Defisiensi pengetahuan orang tua b.d perawatan pada anak dengan down syndrome
Tujuan : keluarga dapat mengetahui cara merawat anak dengan down syndrome
Intervensi :
1)      Jelaskan patofisiologi, tanda gejala, dan penyebab dari down syndrome
Rasional : keluarga dapat memberikan perawatan yang tepat
2)      Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
Rasional : keluarga dapat mengetahui tingkat kesehatan pasien
3)      Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi dan proses pengontrolan penyakit
Rasional : menghindari timbulnya komplikasi
4)      Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
Rasional : penanganan yang tepat dapat meningkatkan status kesehatan pasien


5. Evaluasi Keperawatan

a.  Kebutuhan nutrisi pasien seimbang dan terpenuhi
b.  Pasien tidak mengalami cedera
c.  Tumbuh kembang pasien dengan down syndrome dapat optimal
d. Keluarga dapat memahami dan menjelaskan tentang down syndrome serta melakukan  perawatan dengan tepat











(Doengoes, 2000)


BAB III
PENUTUP


3.1 SIMPULAN

Down Sindrom (Down syndrome) adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan yakni biasanya pada kromosom nomor 21 sehingga sering disebut trisomi21.
Diagnosa keperawatan pada anak dengan down syndrome adalah
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kesulitan pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan mulut terbuka
2. Risiko tinggi cedera b.d  kelemahan otot
3. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d pembentukan organ yang kurang sempurna
4. Defisiensi pengetahuan orang tua b.d perawatan pada anak dengan down syndrome

3.2 SARAN

Dalam melakukan perawatan pada anak dengan syndrome down, seorang perawat harus mempu mengajak keluarga untuk aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan keperawatan.Hal ini ditujukan untuk memberikan pendidikan kepada keluarga karena setelah keluar dari rumah sakit maka keluargalah yang dituntut untuk bisa melakukan perawatan home care.


DAFTAR PUSTAKA

Behrman (2000), Nelson  Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta
Doengoes (2000), Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta

NANDA NICNOC (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA Jilid 1

Sacharin, Rosa M (2000), Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC, Jakarta

Soetjiningsih, (2000),Tumbuh Kembang Anak , EGC, Jakarta

Supatini, Yupi (2004), Buku  Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta

Wong, Donna L, (2003), Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatrik Edisi 4, EGC, Jakarta


Tidak ada komentar: