Laporan Pendahuluan Bronchopneumoni
A. Pengertian
Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia
yang memiliki pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi di dalam bronchi & meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 ).
B. Klasifikasi
Pneumonia
Berikut merupakan klasifikasi pneumonia :
Berikut merupakan klasifikasi pneumonia :
1.
Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit pernafasan umum
& dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia. Pneumonia Streptococal ialah
suatu organisme penyebab umum. Type pneumonia ini umumnya menimpa
kalangan anak-anak atau kalangan orang lanjut usia
2.
Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia nosokomial.
Organisme seperti ini ialah suatu aeruginisa pseudomonas. Klibseilla /
aureus stapilococcus, ialah bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.
3.
Lobar & Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi
infeksi. Saat Ini ini pneumonia diklasifikasikan berdasarkan organisme, bukan
cuma menurut lokasi anatominya.
4.
Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan dari agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk dapat mengidentifikasikan
organisme perusak.( Reeves, 2001).
C. Etiologi
Umumnya individu yg terserang
bronchopneumonia diakibatkan karena adanya penurunan mekanisme pertahanan daya
tahan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yg normal dan sehat
mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yg terdiri atas
: reflek glotis & batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yg
menggerakkan kuman ke arah keluar dari organ, & sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia biasanya
disebabkan oleh virus, jamur, protozoa, bakteri, mikobakteri, mikoplasma,
dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1.
Virus : Legionella pneumoniae
2.
Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
3.
Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
4.
Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5.
Terjadi karena kongesti paru yang lama.
D. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari
bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur, bakter, virus) & sebagian kecil
oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin, minyak tanah, &
sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas).
Awalnmya mikroorganisme dapat masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi
ini dapat masuk ke saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi imunologis
dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, di mana ketika terjadi
peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin
menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit & pasien
dapat merasa sesak. Tidak Hanya terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret
dapat sampai ke alveolus paru & mengganggu sistem pertukaran gas di paru. Tidak
Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga menginfeksi saluran
cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal
dalam usus menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract.
Pathway
E. Gejala Klinis
Pnemonia bakteri
Gejala :
a. Anoreksia
b. Rinitis ringan
c. GelisahBerlanjut sampai:
a.Nafas cepat dan dangkal.
b.Demam
c. Malaise
(tidak nyaman)
d. Ekspirasi berbunyi.
e. Leukositosis
f. Foto thorak pneumonia lebar
g. Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
h. Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
Pnemonia Virus
Gejala awal :
a. Rhinitis
b. BatukBerkembang sampai
a. Ronkhi basah.
b. Emfisema obstruktif
c. Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam
tinggi batuk hebat dan lesu.
Pneumonia mikroplasma
Gejala :
a. Anoreksia
b. Menggigil
c. Sakit kepala
d. DemamBerkembang sampai
a. Rhinitis alergi
b. Sakit tenggorokan batuk kering berdarah
c. Area konsolidasi pada penatalaksanaan pemeriksa
thorak.
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
a. Leukosit meningkat mencapai 15.000-40.000/mm3
b. Laju endap darah meningkat mencapai 100mm
c. Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat
adanya albumin urin ringan lantaran adanya peningkatan suhu tubuh.
d. ASTO meningkat pada adanya infeksi streptococcus.
e. GDA menunjukkan adanya hipoksemia tanpa hiperkapnea
atau sebuah retensi CO2
Pemeriksaan Radiologi
Tampak adanya bercak- bercak pada bronkus hingga
lobus.
E. Penatalaksanaan
Terapi oksigen (O2)
Antibiotic seperti ; penisilin, kindomisin, eritromicin, dan sefalosforin.
Nebulizer, agar dapat mengencerkan dahak yang kental
dan pemberian bronkodilator.
Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan
therapy eritromicin 4x 500 mg / hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.
Istirahat yang cukup
F. Komplikasi
Emfisema : Terdapatnya pus pada rongga pleura.
Atelektasis
:Pengembangan paru yang tidak sempurna.
Abses paru
:pengumpulan pus pada jaringan paru yg mengalami peradangan.
Meningitis
: Peradangan pada selaput otak.
Infeksi sistomik
Endokarditis
:peradangan pada endokardium.
G. PENCEGAHAN
PADA ANAK
Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi
dan tempat keramaian yang berpotensi terjadinya penularan.
Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA
Membiasakan melakukan pemberian ASI
Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan
pilek, terlebih disertai suara sesak dan sesak pada anak.
Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus
influenza.
H. ASUHAN
KEPERAWATAN.
1. PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
a. Identitas.
b. Riwayat Keperawatan.
1) Keluhan
utama.
Biasanya anak sangat gelisah, terjadi dispnea,
pernapasan cepat dan dangkal, diserai adanya pernapasan cuping hidupng, serta
sianosis disekitar hidung & mulut. Kadang disertai muntah serta diare,
tinja berdarah dengan atau tanpa adanya lendir, dan anoreksia
2) Riwayat
penyakit sekarang.
Bronkopneumonia umumnya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan pada bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh bisa saja
meningkat sangat mendadak mencapai 39-40oC dan kadang pula disertai adanya
kejang akibat demam yang tinggi.
3) Riwayat
penyakit dahulu.
Biasanya pernah menderita penyakit infeksi yang
menyebabkan menurunnya sistem imun
4) Riwayat
kesehatan keluarga.
Apabila ada anggota keluarga yg menderita penyakit
ispa mka keluarga lain dapat tertular.
5) Riwayat kesehatan lingkungan.
Pneumonia umumnya sering terjadi pada musim hujan dan
awal musim semi. Selain itu pemeliharaan kesehatan & kebersihan lingkungan
yg kurang juga dapat menyebabkan anak menderita sakit.
6) Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap sangat
beresiko tinggi untuk mendapat penyakit ispa atas atau bawah lantaran sistem
pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk dapat melawan infeksi sekunder.
d. Pemeriksaan
persistem.
1) Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
2) Sistem pernapasan.
Adanya sesak napas, retraksi dada, pernapasan cuping
hidung, , takipnea, ronki, wheezing, batuk produktif atau non produktif, pernapasan tidak teratur/ireguler, pergerakan
dada asimetris, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, terdapat
adanya sputum/sekret.
3) Sistem pencernaan.
Anak biasanya malas minum/makan, muntah, berat badan
mengalami penurunan, lemah.
4) Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang
tua mungkin belum bisa memahami mengenai alasan anak menderita diare sampai
terjadi adanya dehidrasi (ringan sampai berat).
5) Sistem saraf.
Biasanya anak mengalami demam, kejang, sakit kepala
yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau malas minum.
6) Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
7) Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan atau masalah.
8) Sistem
integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis,
pucat, akral hangat, kulit kering.
9) Sistem penginderaan.
Tidak ada masalah attau kelainan.
2. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, perubahan
pola nafas, kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan produksi mukus pada
paru dn ketidak efektifan batuk.
b. Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan
infeksi virus.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran oksigen.
d. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan yang berlebihan dampak dari usaha peningkatan proses
bernafas.
e. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan
kurangnya informasi mengenai proses penyakit dan perawatan di rumah.
3. INTERVENSI
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, perubahan
pola nafas, kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan produksi mukus pada
paru dn ketidak efektifan batuk.
Tujuan : Bersihkan jalan nafas, pola nafas, perubahan
pola nafas, kerusakan pertukaran gas efektif dengan kriteria pernafsan spontan
suara nafas Vesikuler, frekuensi pernafasan normal (30-60 X/menit pada bayi dan
15-30 X/menit pada anak). Tidak sesak dan tidak sianosis, batuk spontan, AGD
normal (Pa O2 80 – 100 dan CO2 35 – 45).
Intervensi
1) Lakukan Auskultasi Suara 2 – 4 Jam
R/ mengetahui obstruksi pada saluran nafas dan
manifestainya pada suara nafas.
2) Berikan posisi kepala lebih tinggi dari posisi
badan dan kaki.
R/ penurunan diafragma dapat membantu ekspansi paru
lebih maximal.
3) Latih dan anjurkan klien untuk lebih efektif
R/ batuk merupakan mekanisme alamiah untuk
mengeluarkan benda asing dari saluran nafas dengan baik dan benar.
4) Ubah posisi klien sesering mungkin tiap 2 jam
R/ Posisi klien yang tetap secara terus menerus dapat
mengakibatkan akumulasi sekret dan cairan pada lobus yang berada di bagian
bawah.
5) Lakukan suction bila perlu
R/ peningkatan mucus/lendir di saluran nafas dapat
menyumbat jalan nafas.
6) Monitor tanda vital tiap 4 jam
R/ peningkatan frekwensi nafas mengindikasikan tingkat
keparahan.
7) Lakukan kolaborasi pemberian O2
R/ kebutuhan oksigen yang masuk ke tubuh dapat dibantu
dengan tambahan oksigen yang diberikan.
8) Lakukan pemijatan dinding dada dan perut serta
pemberian nebulizer hati. Hati pada anak yang sesak dan suhu tubuh yang tinggi.
R/ getaran dan pemijatan membantu melepaskan sekret
yang menempel pada dinding saluran nafas, nebulizer merangkang batuk efektif
klien.
9)Berikan obat ekspektoran, broncodilator, mukolitik
dan pemeriksaan penunjang.
R/ pelebaran saluran nafas, sekret yang mudah keluar
akan mempermudah klien bernafas, deteksi sejauh mana kebutuhan O2 dapat
diberikan dengan pemeriksaan penunjang.
b. Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan
infeksi virus
Tujuan : Suhu tubuh dan tanda vital dalam batas normal
dengan kriteria suhu tubuh normal 365 – 375 o C (bayi) 36-37 (anak) nadi normal
120 140 X/menit (bayi) 100-120 X/menit (anak) Respirasi normal 30-60 X/ment
(bayi) 30-40X/menit (anak).
Intervensi :
1) Monitor suhu tubuh tiap 2-4 Jam
R/ perubahan suhu tubuh dapat mengetahui adanya
infeksi.
2) Berikan kompres hangat
R/ kompres hangat menurunkan panas dengan cara
konduksi yaitu kontak langsung dengan obyek.
3) Berikan antipiretik, analgetik sesuai program
dokter
R/ menurunkan panas di pusat hepotalamus.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran oksigen
Tujuan :
klien mampu meningkatkan aktivitas fisiknya dengan kriteria mampu
melaksanakan aktifitas ringan dan mampu mempertahankan gerak.
Intervensi
1) Rencanakan periode istirahat sering pada klien
untuk penghematan energi.
R/ istirahat yang cukup dapat mengembalikan tenaga
klien secara bertahap dan mencegah pengeluaran yang berlebihan.
2) Ciptakan lingkungan yang tenang tanpa stress
R/ Lingkungan yang tenang dapat memberikan rasa nyaman
pada klien.
3) Ubah posisi secara bertahap dan tingkatkan
aktivitas sesuai toleransi
R/ membantu mobilisasi secara bertahap
4) Sertakan orang tua dalam meningkatkan kebutuhan istirahat
R/ istirahat tidur lebih efektif dengan peran serta
orang tua.
d. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan yang berlebihan dampak dari usaha peningkatan proses
bernafas.
Tujuan :
volume cairan tubuh sumbang antara intake dan output dengan kriteria
kebutuhan cairan terpenuhi, urine normal, turgor kulit baik dan membran mukosa
lembab, tidak demam.
Intervensi :
1) Tingkatkan frekwensi pemasukan cairan melalui oral
R/ Membantu mengencerkan sekresi pernafasan dan
mencegah status cairan tubuh
2) Monitor pengeluaran urine tiap 8 jam
R/ mengetahui perbandingan antara pemasukan dan
pengeluaran cairan.
3) Berikan cairan infus sesuai program dokter
R/ memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
4) Kolaborasi tentang pemberian antipiretik
R/ mencegah timbulnya demam
e. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan
kurangnya informasi mengenai proses penyakit dan perawatan di rumah.
Tujuan :
Secara verbal keluarga dapat menjelaskan proses penyakit, penyebab dan
penyegahan penyakit dengan kriteria keluarga menunjukkan pemahaman menganai
instruksi evaluasi dan mengatakan rencana keperawatan untuk istirahat cairan
diet dan perawatan evaluasi.
Intervensi :
1) Berikan penjelasan pada keluarga tentang perlunya
istirahat
R/ Meminimalkan gerak sehingga klien tidak kelelahan
2) Jelaskan perlunya diet bergizi sesuai dengan usia
dan cairan tambahan
R/ Diet bergizi dapat menimbilkan kebutuhan nutrisi
klien terpenuhi
3) Diskusikan tanda dan gejala distres pernafasan
R/ keluarga mengetahui lebih dini gejala distres
pernafasan
4) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan keperawatan
yang akan dilakukan
R/ Keluarga dapat melakukannya.
5) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan keperawatan
yang akan dilakukan.
R/ menghindari kesalah pahaman dalam tindakan dan
membantu peran aktif keluarga.
6) Ajarkan nama antibiotik dan antibiotik, dosis waktu
pemberian dan tujuan serta efek sampingnya pada keluarga.
R/ Keluarga
dapat memberikan obat yang tepat sesuai kondisi klien.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar