Fraktur cruris adalah terputusnya
kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang
tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar
dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000)
II. JENIS FRAKTUR
a.
Fraktur komplet : patah pada
seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.
b.
Fraktur tidak komplet: patah
hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
c.
Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
d.
Fraktur terbuka: fraktur dengan
luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.
e.
Greenstick: fraktur dimana
salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak.
f.
Transversal: fraktur sepanjang
garis tengah tulang
g.
Kominutif: fraktur dengan tulang
pecah menjadi beberapa frakmen
h.
Depresi: fraktur dengan fragmen
patahan terdorong ke dalam
i.
Kompresi: Fraktur dimana tulang
mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
j.
Patologik: fraktur yang terjadi
pada daerah tulang oleh ligamen atau
tendo pada daerah perlekatannnya.
III. ETIOLOGI
a.
Trauma
b.
Gerakan pintir mendadak
c.
Kontraksi otot ekstem
d.
Keadaan patologis :
osteoporosis, neoplasma
IV. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup
mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal
yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma
pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.
Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam
korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan
terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula
tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan
yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel
darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan
tulang nantinya
Faktor-faktor yang mempengaruhi
fraktur
- Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari
luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, waktu, dan arah
tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
- Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang
terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti
kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau
kekerasan tulang.
V. PATYWAYS
VI.
MANIFESTASI KLINIS
a.
Nyeri terus menerus dan
bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema
b.
Deformitas karena adanya
pergeseran fragmen tulang yang patah
c.
Terjadi pemendekan tulang yang
sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat
diatas dan dibawah tempat fraktur
d.
Krepitasi akibat gesekan antara
fragmen satu dengan lainnya
e.
Pembengkakan dan perubahan
warna lokal pada kulit
VII.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
Pemeriksaan foto radiologi dari
fraktur : menentukan lokasi, luasnya
b.
Pemeriksaan jumlah darah
lengkap
c.
Arteriografi : dilakukan bila
kerusakan vaskuler dicurigai
d.
Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban
kreatinin untuk klirens ginjal
VIII. PENATALAKSANAAN
a.
Reduksi fraktur terbuka atau
tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat
mungkin untuk kembali seperti letak
semula.
b.
Imobilisasi fraktur
Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna
atau interna
c.
Mempertahankan dan
mengembalikan fungsi
Ø Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan
Ø Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
Ø Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan
gerakan) dipantau
Ø Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan
atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah
IX.
KOMPLIKASI
a.
Malunion : tulang patah
telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
b.
Delayed union : proses
penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari
keadaan normal.
c.
Non union : tulang yang tidak
menyambung kembali
X.
STADIUM PENYEMBUHAN FRAKTUR
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh
yang lain. Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan
jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk
oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:
1.
Stadium Satu-Pembentukan
Hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah
fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan
sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung
24 – 48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.
2.
Stadium Dua-Proliferasi
Seluler
Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi
sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan bone
marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini
terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast
beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah
tulang baru yg menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini
berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung
frakturnya.
3.
Stadium Tiga-Pembentukan
Kallus
Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang
kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan
mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh
kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel
tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago,
membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. Sementara
tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada
tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.
4.
Stadium Empat-Konsolidasi
Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut,
anyaman tulang berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan
memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur,
dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara
fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin
perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.
5.
Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang
padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang
oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang
lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang
tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk
struktur yang mirip dengan normalnya.
Gambar 9.Fase Penyembuhan Tulang
XI.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Empat tujuan utama dari penanganan fraktur adalah :
1.
Untuk menghilangkan rasa
nyeri.
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya
sendiri, namun karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut.
Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri dan
juga dengan tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang fraktur). Tehnik
imobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips.
Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah
sekeliling tulang.
Pemasangan gips
Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang
patah. Gips yang ideal
adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan
pemasangan gips adalah :
Ø Immobilisasi dan penyangga fraktur
Ø Istirahatkan dan stabilisasi
Ø Koreksi deformitas
Ø Mengurangi aktifitas
Ø Membuat cetakan tubuh orthotik
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemasangan gips adalah :
Ø Gips yang pas tidak akan menimbulkan
perlukaan
Ø Gips patah tidak bisa digunakan
Ø Gips yang terlalu kecil atau terlalu
longgar sangat membahayakan klien
Ø Jangan merusak / menekan gips
Ø Jangan pernah memasukkan benda asing ke
dalam gips / menggaruk
Ø Jangan meletakkan gips lebih rendah dari
tubuh terlalu lama
2.
Untuk menghasilkan dan
mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.
Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam
waktu yang lama. Untuk itu diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti
pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, atau fiksasi internal tergantung
dari jenis frakturnya sendiri.
a.
Penarikan (traksi) :
Secara umum traksi dilakukan
dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan
disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang
tulang yang patah. Metode pemasangan traksi antara lain :
Ø Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan
dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergency
Traksi mekanik, ada 2 macam :
Ø Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem
skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu
dan beban < 5 kg.
Ø Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif
pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk
menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang /
jaringan metal.
Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :
Ø Mengurangi nyeri akibat spasme otot
Ø Memperbaiki & mencegah deformitas
Ø Immobilisasi
Ø Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk
nyeri tulang sendi)
Ø Mengencangkan pada perlekatannya
Prinsip pemasangan traksi :
Ø Tali utama dipasang di pin rangka sehingga
menimbulkan gaya tarik
Ø Berat ekstremitas dengan alat penyokong
harus seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat dipertahankan
Ø Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya
diberi lapisan khusus
Ø Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol
Ø Pemberat harus cukup tinggi di atas
permukaan lantai
- Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang
logam pada pecahan-pecahan tulang.
Pada saat ini metode
penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin adalah pembedahan.
Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada umumnya
insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang
anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan
fragmen-fragmen tulang yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian
direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah
direduksi, fragmen-fragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik
berupa pen, sekrup, pelat, dan paku.
Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan
antara lain :
Ø Ketelitian reposisi fragmen tulang yang
patah
Ø Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah
dan saraf yang berada didekatnya
Ø Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang
cukup memadai
Ø Tidak perlu memasang gips dan alat-alat
stabilisasi yang lain
Ø Perawatan di RS dapat ditekan seminimal
mungkin, terutama pada kasus-kasus yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan
mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal selama
penatalaksanaan dijalankan
1.
FIKSASI INTERNA
Intramedullary nail ideal
untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur lainnya kurang cocok. Fraktur
dapat dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya dengan nail,
tetapi fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol rotasi. Nailing diindikasikan
jika hasil pemeriksaan radiologi memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami
interposisi di antara ujung tulang karena hal ini hampir selalu
menyebabkan non-union.
Keuntungan intramedullary nailing adalah
dapat memberikan stabilitas longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta
membuat penderita dápat dimobilisasi cukup cepat untuk meninggalkan rumah sakit
dalam waktu 2 minggu setelah fraktur. Kerugian meliput anestesi, trauma bedah
tambahan dan risiko infeksi.
Closed nailing memungkinkan
mobilisasi yang tercepat dengan trauma yang minimal, tetapi paling sesuai untuk
fraktur transversal tanpa pemendekan. Comminuted fracture paling
baik dirawat dengan locking nail yang dapat mempertahankan
panjang dan rotasi.
2.
FIKSASI EKSTERNA
Bila fraktur yang dirawat dengan
traksi stabil dan massa kalus terlihat pada pemeriksaan radiologis, yang
biasanya pada minggu ke enam, cast brace dapat dipasang.
Fraktur dengan intramedullary nail yang tidak memberi fiksasi
yang rigid juga cocok untuk tindakan ini.
3.
Agar terjadi penyatuan
tulang kembali
Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam
waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun
terkadang terdapat gangguan dalam penyatuan tulang, sehingga dibutuhkan graft
tulang.
4.
Untuk mengembalikan fungsi
seperti semula
Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya
otot dan kakunya sendi. Maka dari itu diperlukan upaya mobilisasi secepat
mungkin.
XII.
PENGKAJIAN
1.
Pengkajian primer
-
Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh
adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk
-
Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas,
timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi
-
Circulation
TD dapat normal atau
meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung
normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin,
sianosis pada tahap lanjut
2.
Pengkajian sekunder
a.Aktivitas/istirahat
Ø kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
Ø Keterbatasan mobilitas
b.
Sirkulasi
Ø Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
Ø Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
Ø Tachikardi
Ø Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
Ø Cailary refil melambat
Ø Pucat pada bagian yang terkena
Ø Masa hematoma pada sisi cedera
c.
Neurosensori
Ø Kesemutan
Ø Deformitas, krepitasi, pemendekan
Ø kelemahan
d.
Kenyamanan
Ø nyeri tiba-tiba saat cidera
Ø spasme/ kram otot
e.
Keamanan
Ø laserasi kulit
Ø perdarahan
Ø perubahan warna
Ø pembengkakan local
XIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN
INTERVENSI
1.
PRE OPERASI
3.2 ANALISA DATA
No
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah keperawatan
|
|
1.
|
DS :
DO :
|
Pasien mengatakan nyeri
P : Nyeri saat melakukan aktivitas
Q : Nyeri seperti dipukul-pukul
R : Kaki sebelah kiri
S : Skala 7
T : Saat gerak sewaktu-waktu
- Ekspresi wajah tampak meringis jika
melakukan aktivitas.
- Ekspresi wajah tampak tegang
TD : 110/70 mmHg
N : 88 x/menit
|
Fraktur femur tertutup kerusakan jaringan
pasca operasi
|
Nyeri
|
2.
|
DS :
DO :
|
Pasien mengatakan bekas luka
operasi sudah agak kering
1. Luka operasi
sepanjang 20 cm
2. Luka tampak
agak kering tidak ada PUS dan darah.
S : 360C
N : 88 x/menit
3. Leukosit :
8.000 H/mm3
|
Luka
post operasi
|
Resti infeksi
|
3.
|
DS :
|
Pasien mengatakan dalam beraktivitas pasien tidak bisa mandiri dan
membutuhkan bantuan orang lain dan alat
|
Fraktur
femur
Terputusnya hubungan tulang
Immobilisasi
|
Hambatan mobilitas fisik
|
4.
|
DS:
DO:
|
Klien jarang mandi, mandi jika hanya dibantu
keluarga.
Klien tampak lusuh. Rambut berantakan, baju
tidak ganti
|
fraktur femur
Kelemahan fisik ekstrimitas bawah
Defisit perawatan diri
|
Defisit perawatan diri
|
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d
kompresi saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal, pergerakan fragmen tulang
2. Resiko infeksi
b.d port de entry luka pasca bedah, pemasangan alat fiksasi invasive
3. Hambatan
mobilitas fisik b.d kerusakan muskuloskeletal, pergerakan fragmen tulang
3.4 intervensi
Nyeri b.d kompresi saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal, pergerakan
fragmen tulang
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam nyeri
berkurang atau teradaptasi
1. Kriteria
Hasil : Pasien menyatakan nyeri berkurang
2. Skala nyeri 0-1 (0-5)
3. Dapat mengidentifikasikan aktifitas yang dapat menurunkan nyeri
4. Pasien tidak gelisah
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji nyeri dengan skala 0-4
|
Nyeri merupakan respons subyektif yang dapat
dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di
atas tingkat cedera
|
Lakukan manajemen nyeri keperawatan
1. atur posisi immobilisasi pada paha
|
Immobilisasi yang adekuat dapat mengurangi
pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri pada paha.
|
2. manajemen lingkungan: lingkungan tenang,
batasi pengunjung, dan istirahatkan klien
|
Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri
eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi o2
ruangan
|
3. Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam
ketika nyeri muncul.
|
Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan
nyeri sekunder akibat iskemia
|
4. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri
|
Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorfin
dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri agar tidak dikirimkan ke
korteks serebri sehingga menurunkan presepsi nyeri
|
5. Lakukan manajemen sentuhan
|
Manajemen sentuhan pa. da saat nyeri berupa
sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan nyeri. Masase ringan
dapat meningkatkan aliran darah dan membantu suplai darah dan oksigen ke area
nyeri.
|
6. Berikan kesempatan waktu istirahat jika
terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman, misalnya waktu tidur, bagian
belakangnya dipasang bantal kecil
|
Istirahat akan merelaksasikan semua jaringan
sehingga meningkatkan kenyamanan
|
Kolaborasi
pemberian analgetik
|
Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri
akan berkurang
|
pemasngan traksi tulang
|
Traksi yang efektif akan memberikan dampak pada
penurunan pergeseran fragmen tulang dan memberikan posisi yang baik untuk
penyatuan tulang
|
Operasi untuk pemasangan fiksasi interna
|
Fiksasi interna dapat membantu imobilisasi
fraktur femur sehingga pergerakan fragmen berkurang.
|
Resiko infeksi b.d port de entry
luka pasca bedah, pemasangan alat
fiksasi invasive
Tujuan: dalam waktu 12x24 jam terjadi perbaikan pada intregitas
jaringan lunak dan tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil:
1. pada hari ke-12 tidak ada
tanda-tanda infeksi dan peradangan pada area luka pembedahan.
2. Leukosit dalam batas normal
3. Ttv dalam batas normal
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya
infeksi yang masuk ke port de entree
|
Faktor port de entree fraktur femur adalahluka
terbuka dari fraktur, luka pasca-bedah, sisi luka dari traksi tualng, setiap
sisi besi pada fiksasi eksterna. Faktor-faktor ini ini harus dipantau oleh
perawat dan dilakukan perawatan luka steril
|
Lakukan perawatan luka secara steril
|
Teknik perawatan luka secara steril dapat
mengurangi kontaminasi kuman
|
Pantau/ batasi kunjungan
|
Mengurangi resiko kontak infeksi dari orang lain
|
Tingkatkan asupan nutrisi tinggi kalori dan protein
|
Meningkatkan imunitas tubuh secara umum dan
membantu menurunkan resiko infeksi
|
Bantu perawatan diri dan keterbatasan aktivitas
sesuai toleransi. Bantu program latihan
|
Menunjukkan kemampuan secara umum dan kekuatan
otot dan meransang pengembalian sistem imun
|
Kolaborasi:
Beri antibiotik sesuai indikasi
|
Satu atau beberapa agens diberikan yang
bergantung pada sifat patogen dan infeksi yang terjadi.
|
Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan muskuloskeletal, pergerakan fragmen
tulang
Tujuan : dalam 2 x 24 jam pasien akan
menunjukkan tingkat mobilitas optimal meski degan bantuan.
Kriteria hasil :
1. penampilan yang
seimbang.
2. melakukan pergerakkan
dan perpindahan.
3. mempertahankan mobilitas
optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :
0 = mandiri penuh
1 = memerlukan alat
Bantu.
2 = memerlukan bantuan
dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.
3 = membutuhkan bantuan
dari orang lain dan alat Bantu.
4 = ketergantungan;
tidak berpartisipasi dalam aktivitas.
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji mobilitas yang ada dan observasi
peningkatan kerusakan . kaji secara teraur fungsi motorik
|
Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas
|
Atur posisi imobilisasi pada paha
|
Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi
pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri pada paha
|
Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak
aktif pada ekstremitas yang tidak sakit
|
Gerakan aktif memberikan massa, tonus, dan
kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
|
Bantu klien melakukan latihan rom, perawatan
diri sesuai toleransi
|
Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai
kemampuan
|
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan
fisik klien
|
Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi
ekstremitas dapat dicapai dengan latihan fisik dari tim ahli fisioterapi
|
Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan fisik
ekstremitas bawah
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam, klien dapat menunjukkan perubahan gaya
hidup untuk kebutuhan merawat diri
Kriteria hasil: klien mampu melakukan aktifitas perawatan diri
sesuai dengan tingkat kemampuan, mengidentifikasi personel yang dapat membantu
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam
melakukan ADL
|
Membantu dalam mengantipasi dan merencanakan
pertemuan kebutuhan individual
|
Hindari apa yang tidak bisa dilakukan klien dan
bantu jika perlu
|
Klien dalam keadaan cemas dan bergantung, hal
ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan meningkatkan harga diri klien
|
Dekatkan alat dan sarana yang dibutuhkan klien
|
Memudahkan klien dan meningkatkan kemandirian
klien
|
Pertahankan dukungan pola pikir, izinkan klien
melakukan tugas , beri umpan balik positif untuk usahanya
|
Meningkatkan harga diri klien, memandirikan
klien, dan menganjurkan klien terus mencoba
|
Identifikasi kebiasaan defekasi , anjurkan minum
dan tingkatkan aktifitas
|
Meningkatkan latihan dan menolong mencegah
konstipasi
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar