LP (Laporan Pendahuluan) Keperawatan Lengkap

Kumpulan Laporan Pendahuluan Keperawatan, Asuhan Keperawatan Lengkap,SAP Dan Leaflet, Tugas-Tugas Kuliah Keperawatan Lainnya

03/03/17

Laporan Pendahuluan Fraktur Cruris

I.        PENGERTIAN
      Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000)

II.     JENIS FRAKTUR
a.       Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.
b.       Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
c.       Fraktur tertutup:  fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
d.       Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.
e.       Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak.
f.        Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
g.       Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
h.       Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
i.         Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
j.         Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang  oleh ligamen atau tendo pada daerah perlekatannnya.

III. ETIOLOGI
a.       Trauma
b.       Gerakan pintir  mendadak
c.       Kontraksi otot ekstem
d.       Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma

IV.  PATOFISIOLOGI

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya 
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
  1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
  1. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.

V.     PATYWAYS

VI.  MANIFESTASI KLINIS

a.       Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema
b.       Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
c.       Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat  diatas dan dibawah tempat fraktur
d.       Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
e.       Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

VII.          PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.       Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
b.       Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c.       Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d.       Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal

VIII.  PENATALAKSANAAN
a.       Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin  untuk kembali seperti letak semula.
b.       Imobilisasi fraktur
      Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
c.       Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
Ø       Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan
Ø       Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
Ø Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau
Ø Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah




IX.        KOMPLIKASI
a. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
c. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali

X.     STADIUM PENYEMBUHAN FRAKTUR

Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:


1.         Stadium Satu-Pembentukan Hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali. 
stadium penyembuhan tulang

2.         Stadium Dua-Proliferasi Seluler      
Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan bone marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yg menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.  
stadium penyembuhan tulang

3.         Stadium Tiga-Pembentukan Kallus
Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu. 
stadium penyembuhan tulang
  
4.         Stadium Empat-Konsolidasi
Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan  osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal. 
stadium penyembuhan tulang

5.         Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.
stadium penyembuhan tulang


Fase Penyembuhan Tulang

Gambar 9.Fase Penyembuhan Tulang

XI.  PENATALAKSANAAN MEDIS

Empat tujuan utama dari penanganan fraktur adalah :
1.         Untuk menghilangkan rasa nyeri.
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut. Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri dan juga dengan tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang fraktur). Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips.
Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.

Pembidaian

Pemasangan gips
Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah. Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :
Ø  Immobilisasi dan penyangga fraktur
Ø  Istirahatkan dan stabilisasi
Ø  Koreksi deformitas
Ø  Mengurangi aktifitas
Ø  Membuat cetakan tubuh orthotik

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :
Ø  Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
Ø  Gips patah tidak bisa digunakan
Ø  Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien
Ø  Jangan merusak / menekan gips
Ø  Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
Ø  Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama

Gips


2.         Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.
Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang lama. Untuk itu diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, atau fiksasi internal tergantung dari jenis frakturnya sendiri.
a.              Penarikan (traksi) :
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah. Metode pemasangan traksi antara lain :
Ø   Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergency

Traksi mekanik, ada 2 macam :
Ø  Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
Ø  Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal.
Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :
Ø  Mengurangi nyeri akibat spasme otot
Ø  Memperbaiki & mencegah deformitas
Ø  Immobilisasi
Ø  Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)
Ø  Mengencangkan pada perlekatannya
Prinsip pemasangan traksi :
Ø  Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik
Ø  Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat dipertahankan
Ø  Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus
Ø  Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol
Ø  Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai
Traksi



  1. Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang.
Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan paku.
Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :
Ø  Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah
Ø  Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada didekatnya
Ø  Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
Ø  Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain
Ø  Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-kasus yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal selama penatalaksanaan dijalankan
1.             FIKSASI INTERNA
Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur lainnya kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol rotasi. Nailing diindikasikan jika hasil pemeriksaan radiologi memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami interposisi di antara ujung tulang karena hal ini hampir selalu menyebabkan non-union.
Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan stabilitas longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta membuat penderita dápat dimobilisasi cukup cepat untuk meninggalkan rumah sakit dalam waktu 2 minggu setelah fraktur. Kerugian meliput anestesi, trauma bedah tambahan dan risiko infeksi.
Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengan trauma yang minimal, tetapi paling sesuai untuk fraktur transversal tanpa pemendekan. Comminuted fracture paling baik dirawat dengan locking nail yang dapat mempertahankan panjang dan rotasi.
Fiksasi internal


2.             FIKSASI EKSTERNA
Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus terlihat pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu ke enam, cast brace dapat dipasang. Fraktur dengan intramedullary nail yang tidak memberi fiksasi yang rigid juga cocok untuk tindakan ini.
Fiksasi eksternal
3.             Agar terjadi penyatuan tulang kembali
Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun terkadang terdapat gangguan dalam penyatuan tulang, sehingga dibutuhkan graft tulang.
4.             Untuk mengembalikan fungsi seperti semula
Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan kakunya sendi. Maka dari itu diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin.

XII.                      PENGKAJIAN
1.       Pengkajian primer
-          Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk
-          Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
-          Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
2.       Pengkajian sekunder
a.Aktivitas/istirahat
Ø    kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
Ø    Keterbatasan mobilitas
b.       Sirkulasi
Ø    Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
Ø    Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
Ø    Tachikardi
Ø    Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
Ø    Cailary refil melambat
Ø    Pucat pada bagian yang terkena
Ø    Masa hematoma pada sisi cedera
c.       Neurosensori
Ø  Kesemutan
Ø  Deformitas, krepitasi, pemendekan
Ø  kelemahan
d.       Kenyamanan
Ø  nyeri tiba-tiba saat cidera
Ø  spasme/ kram otot
e.              Keamanan
Ø  laserasi kulit
Ø  perdarahan
Ø  perubahan warna
Ø  pembengkakan local

XIII.  DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1.                  PRE OPERASI
3.2 ANALISA DATA
No
Data
Etiologi
Masalah keperawatan
1.
DS :








DO :
Pasien mengatakan nyeri
P :   Nyeri saat melakukan aktivitas
Q :  Nyeri seperti dipukul-pukul
R :  Kaki sebelah kiri
S :  Skala 7
T :  Saat gerak sewaktu-waktu
-   Ekspresi wajah tampak meringis jika melakukan aktivitas.
-   Ekspresi wajah tampak tegang
TD  : 110/70 mmHg
N    : 88 x/menit
Fraktur femur tertutup kerusakan jaringan pasca operasi
 



Nyeri
2.
DS :


DO :
Pasien mengatakan bekas luka operasi sudah agak kering
1.   Luka operasi sepanjang 20 cm
2.   Luka tampak agak kering tidak ada PUS dan darah.
S : 360C
N : 88 x/menit
3.   Leukosit : 8.000 H/mm3
Luka post operasi

Resti infeksi
3.
DS :
Pasien mengatakan dalam beraktivitas pasien tidak bisa mandiri dan membutuhkan bantuan orang lain dan alat
Fraktur femur

Terputusnya hubungan tulang
 

Immobilisasi
Hambatan mobilitas fisik
4.
DS:

DO: 
Klien jarang mandi, mandi jika hanya dibantu keluarga.
Klien tampak lusuh. Rambut berantakan, baju tidak ganti
fraktur femur

Kelemahan fisik ekstrimitas bawah

Defisit perawatan diri
Defisit perawatan diri


3.3 Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri b.d kompresi saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal, pergerakan fragmen tulang
2.      Resiko infeksi b.d  port de entry luka pasca bedah,  pemasangan alat fiksasi invasive
3.      Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan muskuloskeletal, pergerakan fragmen tulang
3.4 intervensi
Nyeri b.d kompresi saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal, pergerakan fragmen tulang
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam nyeri berkurang atau teradaptasi
1.      Kriteria Hasil : Pasien menyatakan nyeri berkurang
2.      Skala nyeri 0-1 (0-5)
3.      Dapat mengidentifikasikan aktifitas yang dapat menurunkan nyeri
4.      Pasien tidak gelisah
Intervensi
Rasional
Kaji nyeri dengan skala 0-4
Nyeri merupakan respons subyektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di atas tingkat cedera
Lakukan manajemen nyeri keperawatan
1. atur posisi immobilisasi pada paha
Immobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri pada paha.
2. manajemen lingkungan: lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan istirahatkan klien
Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi o2 ruangan
3. Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam ketika nyeri muncul.
Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan nyeri sekunder akibat iskemia
4. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri
Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorfin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri agar tidak dikirimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan presepsi nyeri
5. Lakukan manajemen sentuhan
Manajemen sentuhan pa. da saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan nyeri. Masase ringan dapat meningkatkan aliran darah dan membantu suplai darah dan oksigen ke area nyeri.
6. Berikan kesempatan waktu istirahat jika terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman, misalnya waktu tidur, bagian belakangnya dipasang bantal kecil
Istirahat akan merelaksasikan semua jaringan sehingga meningkatkan kenyamanan
Kolaborasi
pemberian analgetik
Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang
pemasngan traksi tulang
Traksi yang efektif akan memberikan dampak pada penurunan pergeseran fragmen tulang dan memberikan posisi yang baik untuk penyatuan tulang
Operasi untuk pemasangan fiksasi interna
Fiksasi interna dapat membantu imobilisasi fraktur femur sehingga pergerakan fragmen berkurang.

Resiko infeksi b.d  port de entry luka pasca bedah,  pemasangan alat fiksasi invasive
Tujuan: dalam waktu 12x24 jam terjadi perbaikan pada intregitas jaringan lunak dan tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil:
1.      pada hari ke-12 tidak ada tanda-tanda infeksi dan peradangan pada area luka pembedahan.
2.      Leukosit dalam batas normal
3.      Ttv dalam batas normal
Intervensi
Rasional
Kaji faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya infeksi yang masuk ke port de entree
Faktor port de entree fraktur femur adalahluka terbuka dari fraktur, luka pasca-bedah, sisi luka dari traksi tualng, setiap sisi besi pada fiksasi eksterna. Faktor-faktor ini ini harus dipantau oleh perawat dan dilakukan perawatan luka steril
Lakukan perawatan luka secara steril
Teknik perawatan luka secara steril dapat mengurangi kontaminasi kuman
Pantau/ batasi kunjungan
Mengurangi resiko kontak infeksi dari orang lain
Tingkatkan asupan nutrisi tinggi kalori dan protein
Meningkatkan imunitas tubuh secara umum dan membantu menurunkan resiko infeksi
Bantu perawatan diri dan keterbatasan aktivitas sesuai toleransi. Bantu program latihan
Menunjukkan kemampuan secara umum dan kekuatan otot dan meransang pengembalian sistem imun
Kolaborasi:
Beri antibiotik sesuai indikasi
Satu atau beberapa agens diberikan yang bergantung pada sifat patogen dan infeksi yang terjadi.

Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan muskuloskeletal, pergerakan fragmen tulang
Tujuan : dalam 2 x 24 jam pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal meski degan bantuan.
Kriteria hasil :
1.      penampilan yang seimbang.
2.      melakukan pergerakkan dan perpindahan.
3.      mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :
0 = mandiri penuh
1 = memerlukan alat Bantu.
2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.
4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

Intervensi
Rasional
Kaji mobilitas yang ada dan observasi peningkatan kerusakan . kaji secara teraur fungsi motorik
Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
Atur posisi imobilisasi pada paha
Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri pada paha
Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit
Gerakan aktif memberikan massa, tonus, dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
Bantu klien melakukan latihan rom, perawatan diri sesuai  toleransi
Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitas dapat dicapai dengan latihan fisik dari tim ahli fisioterapi

Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan fisik ekstremitas bawah
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam, klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri
Kriteria hasil: klien mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan, mengidentifikasi personel yang dapat membantu
Intervensi
Rasional
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam melakukan ADL
Membantu dalam mengantipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual 
Hindari apa yang tidak bisa dilakukan klien dan bantu jika perlu
Klien dalam keadaan cemas dan bergantung, hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan meningkatkan harga diri klien
Dekatkan alat dan sarana yang dibutuhkan klien
Memudahkan klien dan meningkatkan kemandirian klien
Pertahankan dukungan pola pikir, izinkan klien melakukan tugas , beri umpan balik positif untuk usahanya
Meningkatkan harga diri klien, memandirikan klien, dan menganjurkan klien terus mencoba
Identifikasi kebiasaan defekasi , anjurkan minum dan tingkatkan aktifitas
Meningkatkan latihan dan menolong mencegah konstipasi

Tidak ada komentar: