A. PENGERTIAN
Ischialgia
merupakan salah satu manisfestasi dari nyeri punggung bawah yang dikarenakan
karena adanya penjebitan nerves ischiadicus. Ischialgia adalah nyeri yang
menjalar kebawah sepanjang perjalanan akar saraf ischiadikus. Ischialgia itu
sendiri adalah Sebuah gejala yaitu bahwa pasien merasakan nyeri pada tungkai
yang menjalar dari akar saraf kea rah distal perjalanan nervus ischiadikus
sampai tungkai bawah (Cailliet,1994 cit Kurniawati 2010).
Ischialgia adalah
rasa nyeri yang menjalar sepanjang perjalanan n. Ischiadicus dan kedua
cabangnya yaitu nervus peroneus comunis & nervus tibialis. Keluhan yang
khas adalah kram atau nyeri di pantat atau di area otot hamstring, nyeri
ischialgia di kaki tanpa nyeri punggung, dan gangguan sensorik maupun motorik
sesuai distribusi nervus ischiadicus. Keluhan pasien dapat pula berupa nyeri
yang semakin menjadi saat membungkuk, berlama-lama duduk, bangun dari duduk,
atau saat merotasi internal paha, juga nyeri saat miksi/defekasi dan
dispareunia. Ischialgia dalam istilah kedokteran merujuk pada
keadaan jaringan yang abnormal pada saraf ischiadicus. Hal ini
dapat terjadi karena proses beberapa penyakit seperti trauma fisik, elektris,
infeksi, dan masalah metabolisme, dan autoimun. Ischialgia meningkat
frekuensinya seiring dengan banyaknya aktivitas yang dikerjakan. Orang awam
pada umumnya menginterpretasikan ischialgia dengan rasa sakit
dan nyeri pada pantat (Minaryanti, 2009).
Ischialgia merupakan
suatu mono neuritis, dimana ada rasa nyeri yang menjalar sepanjang
perjalanan N. ischialgia dan kedua cabangnya yaitu N. Peroneus
Comunis dan N. Tibilais. Akibat terjadi penekanan pada
sarafnya diikuti adanya keterbatasan LGS pada trunk, adanya spasme otot pada
vertebara, adanya kelemahan otot yang disarafinya (Rois, 2007)
Ischialgia adalah
nyeri redikular akibat iritasi pada radiks saraf yang dirasakan sepanjang
tungkai karena nyeri menjalar sepanjang perjalanan n.ischiadikus dan lanjutnya
ke perifer. Nyeri radikuler dirasakan sebagai nyeri tumpul, rasa terbakar/
tajam, disertai dengan sensasi tajam seperti tersengat listrik yang intermiten.
sedangkan jika iritasi saraf terletak di servikal disebut brachialgia karena
nyeri dirasakan sepanjang lengan (Sylvia, 2007).
Nyeri daerah pinggang pada dasarnya
dapat berupa:
1. Nyeri
radikuler (sering) Penderita dengan nyeri radikuler memperlihatkan low back
pain serta nyeri radikuler sepanjang nervus ischiadicus.
2. Nyeri
alih (referet pain)
3. Nyeri
tidak menjalar
B. KLASIFIKASI
Menurut
Sidharta (1999) dalam Hartanto Sumarno
Ervan (2011),
ischialgia dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Iskhialgia
sebagai perwujudan neuritis iskhiadikus primer
Iskhialgia
akibat neuritis iskhiadikus primer adalah ketika nervus iskhiadikus terkena
proses radang. Tanda dan gejala utama neuritis iskhiadikus primer adalah nyeri
yang dirasakan bertolak dari daerah sakrum dan sendi panggul, tepatnya di
foramen infra piriformis atau incisura iskhiadika dan menjalar sepanjang
perjalanan nervus iskhiadikus dan lanjutannya pada nervus peroneus dan
tibialis. Nyeri tekan ditemukan pada incisura iskhiadika dan sepanjangspasium
poplitea pada tahap akut. Juga tendon archiles dan otot tibialis anterior dan
peroneus longus terasa nyeri pada penekanan. Kelemahan otot tidak seberat nyeri
sepanjang tungkai. Karena nyeri itu maka tungkai di fleksikan, apabila
diluruskan nyeri bertambah hebat. Tanda-tanda skoliosis kompensatorik sering
dijumpai pada iskhialgia jenis ini.
Diagnosa
neuritis iskhiadikus primer ditetapkan apabila nyeri tekan pada otot tibialis
anterior dan peroneus longus. Dan pada neuritis sekunder nyeri tekan
disepanjang nervus iskhiadikus, tetapi di dekat bagian nervus iskhiadikus yang
terjebak saja. Timbul nyerinya akut dan tidak disertai adanya nyeri pada
punggung bawah merupakan ciri neuritis primer berbeda dengan iskhialgia yang
disebabkan oleh problem diskogenik. Reflek tendon archiles dan tendon lutut
biasanya tidak terganggu.
2. Iskhialgia
sebagai perwujudan entrapment radikulitis atau radikulopati
Pada
iskhialgia radikulopati merupakan akibat dari jebakan oleh tumor, nukleus
pulposus yang menjebol ke dalam kanalis vertebralis maupun osteofit atau
peradangan (rematois spondilitis angkilopoetika, herpes zoster, tuberkulosa)
yang bersifat menindihi, menjerat dan sebagainya terjadi radikulopati.
Pola umum
iskhialgia adalah nyeri seperti sakit gigi atau nyeri hebat yang dirasakan
bertolak dari vertebra lumbosakralis dan menjalar menurut perjalanan nervus
iskhiadikus dan lanjutannya pada nervus peroneus atau nervus tibialis. Makin
jauh ke tepi nyeri makin tidak begitu hebat, namun parestesia atau hipoastesia
sering dirasakan.
Pada data
anamnestik yang bersifat umum antara lain : nyeri pada punggung bawah selalu
mendahului iskhialgia, kegiatan yang menimbulkan peninggian tekanan intra
spinal seperti batuk, bersin dan mengejan memprofokasi adanya iskhialgia,
faktor trauma hampir selamanya dapat ditelusuri, kecuali kalau proses neoplasmik
atau infeksi yang bertanggung jawab. Adapun data diagnostik non fisik yang
bersifat umum adalah : kurva lordosis pada lumbosakral yang mendatar, vertebra
lumbosakral memperlihatkan fiksasi, nyeri tekan pada salah satu ruas vertebra
lumbosakralis hampir selalu ditemukan, test lasegue hampir selalu positif pada
derajat kurang dari 70, tesr naffziger dan valsava hampir selalu positif. Data
anamnestik dan diagnostik fisik yang bersifat spesifik berarti informasi yang
mengarahkan ke suatu jenis proses patologik atau yang mengungkapkan lokasi di
dalam vertebra lumbosakralis atau topografi radiks terhadap lesi yang
merangsangnya.
3. Iskhialgia
sebagai perwujudan entrapment neuritis
Unsur-unsur
nervus iskhiadikus yang dibawakan oleh nervi L4, L5, S1, S2 dan S3 menyusun
pleksus lumbosakralis yang berada di fasies pelvina os sakri. Di situ pleksus
melintasi garis sendi sakroiliaka dan sedikit lebih distal membentuk nervus
iskhiadikus, yang merupakan saraf perifer terbesar. Selanjutnya dalam
perjalanannya ke tepi nervus iskhiadikus dapat terjebak dalam bangunan-bangunan
yang dilewatinya. Pada pleksus lumbosakral dapat diinfiltrasi oleh sel-sel
karsinoma ovarii, karsinoma uteri atau sarkoma retroperineal. Di garis
persendian sakroiliaka komponen-komponen pleksus lumbosakralis sedang membentuk
nervus iskhiadikus dapat terlibat dalam proses radang (sakroilitis). Di foramen
infra piriformis nervus iskhiadikus dapat terjebak oleh bursitis otot
piriformis. Dalam trayek selanjutnya nervus iskhiadikus dapat terlibat dalam
bursitis di sekitar trochantor major femoris. Dan pada trayek itu juga, nervus
iskhiadikus dapat terganggu oleh adanya penjalaran atau metastase karsinoma
prostat yang sudaj bersarang pada tuber iskhii. Simtomatologi entrapment
neuritis iskhiadika sebenarnya sederhana yaitu pada tempat proses patologik
yang bergandengan dengan iskhiagia
C. ETIOLOGI
Ischialgia
timbul karena terangsangnya serabut-serabut sensorik dimana nervus ischiadicus
berasal yaitu radiks posterior L4, L5, S1, S2, S3. Penyebab ischialgia dapat
dibagi dalam:
1. Ischialgia
diskogenik, biasanya terjadi pada penderita hernia nukleus pulposus (HNP).
2. Ischialgia
mekanik terbagi atas :
Spondiloarthrosis
defermans.
Spondilolistetik.
Tumor
caud.
Metastasis
carsinoma di corpus vertebrae lumbosakral.
Fraktur
corpus lumbosakral.
Fraktur
pelvis, radang atau neoplasma pada alat- alat dalam rongga panggul sehingga
menimbulkan tekanan pada pleksus lumbosakralis.
3. Ischailgia
non mekanik (medik) terbagi atas:
Radikulitis
tuberkulosa
Radikulitas
luetika
Adhesi
dalam ruang subarachnoidal
Penyuntikan
obat-obatan dalam nervus ischiadicus
Neuropati
rematik, diabetik dan neuropati lainnya.
Penyebab
terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain: kontraksi/ radang
otot-otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang belakang atau adanya keadaan
yang disebut dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP). Untuk mengetahui penyebab
pasti perlu dilakukan pemeriksaan fisik secara seksama oleh dokter, jika perlu
dilakukan pemeriksaan tambahan radiologi/ Rontgen pada tulang belakang.
D. ANATOMI DAN FISIOLOGI
TULANG BELAKANG
Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar klinisi dapat menentukan
elemen apa yang terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah. Tulang vertebrae merupakan struktur
komplek yang secara garis besar terbagi atas 2 bagian. Bagian anterior tersusun
atas korpus vertebra, diskus intervertebralis (sebagai artikulasi), dan
ditopang oleh ligamnetum longitudinale anterior dan posterior. Sedangkan bagian
posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus
tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung
kolumna vertebrale.
Bagian posterior vertebra antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial
(faset).Stabilitas vertebrae tergantung pada integritas korpus vertebra dan
diskus intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum
(pasif) dan otot (aktif). Untuk menahan beban yang besar terhadap kolumna
vertebrale ini stabilitas daerah pinggang sangat bergantung pada gerak
kontraksi volunter dan reflek otot-otot sakrospinalis, abdominal, gluteus
maksimus, dan hamstring.
Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nucleus pulposusnya
adalah bangunan yang tidak peka nyeri. Dari gambar di atas, tampak bahwa yang
merupakan bagian peka nyeri adalah:
Lig.
Longitudinale anterior
Lig.
Longitudinale posterior
Corpus
vertebra dan periosteumnya
Articulatio
zygoapophyseal
Lig.
Supraspinosum.
Fasia
dan otot
E. PATOFISIOLOGI
Vertebrae
manusia terdiri dari cervikal, thorakal, lumbal, sakral, dan koksigis. Bagian
vertebrae yang membentuk punggung bagian bawah adalah lumbal 1-5 denagn discus
intervertebralis dan pleksus lumbalis serta pleksus sakralis. Pleksus lumbalis
keluar dari lumbal 1-4 yang terdiri dari nervus iliohipogastrika, nervus
ilioinguinalis, nervus femoralis, nervus genitofemoralis, dan nervus
obturatorius. Selanjutnya pleksus sakralis keluar dari lumbal4-sakral4 yang
terdiri dari nervus gluteus superior, nervus gluteus inferior, nervus
ischiadicus, nervus kutaneus femoris superior, nervus pudendus, dan ramus
muskularis. Nervus ischiadicus adalah berkas saraf yang meninggalkan pleksus
lumbosakralis dan menuju foramen infrapiriformis dan keluar pada permukaan
tungkai di pertengahan lipatan pantat. Pada apeks spasium poplitea nervus
ischiadicus bercabang menjadi dua yaitu nervus perineus komunis dan nervus
tibialis. Ischialgia timbul akibat perangsangan serabut-serabut sensorik yang
berasal dari radiks posterior lumbal 4 sampai sakral 3, dan ini dapat terjadi
pada setiap bagian nervus ischiadicus sebelum sampai pada permukaan belakang
tungkai.
Kesalahan
postur dan sikap dapat menyebabkan cedera pada tulang belakang yang
lama-kelamaan akan menyebabkan proses penulangan, oleh karena adanya proses
degenerasi yang terus menerus maka nucleus pulposus akan terhimpit, sehingga
anolus fibrosus mengalami penekanan dan sering menonjol ke bagian lateral.
Penonjolan ini mengakibatkan penekana pada medulla spinalis. Jika keadaan
seperti ini tidak segera diobati maka lama – kelamaan akanmengakibatkan adanya
nyeri menjalar pada sepanjang tungkai oleh karena adanya penekanan pada nervus
ischiadicus (Ischialgia). Ischialgia yang disebakan oleh beberapa factor
etiologi dan sindroma yang biasanya dikenal sebagai sindroma stenois lumbal dan
entropmentneuritis , nyeri yang bertolak dari vertebra lumbosakralis sesisi dan
menjalar sepanjang tungkai sampai ujung kaki harus dicurigai sebagai nyeri
saraf akibat perangsangan di dalam Vertebra Lumbosakralis. Nyeri saraf yang
bertolak dari tuber
F. GEJALA YANG DI TIMBULKAN
ISCHIALGIA
Sciatica atau
ischialgia biasanya mengenai hanya salah satu sisi. Yang
bisa menyebabkan rasa seperti ditusuk jarum, sakit nagging, atau nyeri seperti
ditembak. Kekakuan kemungkinan dirasakan pada kaki. Berjalan, berlari, menaiki
tangga, dan meluruskan kaki memperburuk nyeri tersebut, yang diringankan dengan
menekuk punggung atau duduk.
Gejala yang sering ditimbulkan
akibat Ischialgia adalah:
Nyeri punggung bawah
Nyeri daerah bokong
Rasa kaku/ terik pada punggung bawah
Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum, yang di rasakan daerah
bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung bagian
saraf mana yang terjepit.
Rasa nyeri sering di timbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan,
terutama banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan.
Rasa
nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat.
Jika
dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota badan bawah/
tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah
tersebut.
Dapat
timbul gejala kesemutan atau rasa baal.
Pada
kasus berat dapat timbul kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon patella
(KPR) dan Achilles (APR).
Bila
mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan
fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang memerlukan
tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen.
Nyeri
bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto
rontgen lumbosakral
2. Elektromielografi
3. Myelografi
4. CT scan
5. MRI
H. CARA PENYEMBUHAN PENYAKIT
ISCHIALGIA
Penatalaksanaan penyakit ischialgia
yaitu sebagai berikut :
1. Obat – obatan : analgetik, NSAID, muscle relaxan, dsb.
2. Program Rehabilitasi Medik.
3. Operasi : di lakukan pada kasus yang berat/ sangat mengganggu aktifitas dimana
dengan obat – obatan dan Program Rehabilitasi Medik tidak membantu.
Program Rehabilitasi Medik bagi penderita adalah:
1. Terapi Fisik: Diatermi, Elektroterapi, Traksi lumbal, Terapi
manipulasi, Exercise, dsb.
2. Terapi Okupasi: Mengajarkan proper body mechanic, dsb.
3. Ortotik Prostetik: Pemberian korset lumbal, alat bantu jalan, dsb.
4. Advis:
Hindari banyak membungkukkan badan.
Hindari sering mengangkat barang-barang berat.
Segera istirahat jika telah merasakan nyeri saat berdiri atau berjalan.
Saat duduk lama diusahakan kaki disila bergantian kanan dan kiri atau
menggunakan kursi kecil untuk menumpu kedua kaki.
menggunakan kursi kecil untuk menumpu kedua kaki.
Saat menyapu atau mengepel lantai pergunakan gagang sapu atau pel yang
panjang, sehingga saat menyapu atau mengepel punggung tidak membungkuk.
Jika hendak mengambil barang dilantai, usahakan punggung tetap lurus, tapi
tekuk kedua lutut untuk menggapai barang tersebut.
Lakukan Back Exercise secara rutin, untuk memperkuat otot-otot punggung
sehingga mampu menyanggah tulang belakang secara baik dan maksimal.
ASUHAN
KEPERAWATAN PENYAKIT ISHIALGIA
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
Keluhan utama, riwayat perawatan
sekarang, Riwayat kesehatan dahulu, Riwayat kesehatan keluarga.
Yang harus diperhatiakan dalam
anamnesa antara lain:
a. Lokasi
nyeri, sudah berapa lama, mula nyeri, jenis nyeri (menyayat, menekan,
dll), penjalaran nyeri, intensitas nyeri, pinggang terfiksir, faktor
pencetus, dan faktor yang memperberat rasa nyeri.
b. Kegiatan
yang menimbulkan peninggian tekanan didalam subarachnoid seperti batuk, bersin
dan mengedan memprivakasi terasanya ischialgia diskogenik
c. Faktor
trauma hampir selalu ditemukan kecuali pada proses neoplasma atau infeksi
2. Pemeriksaan
fisik
Untuk mengetahui seorang pasien mengalami ishialgia ato tidak biasanya ahli
fisioterapi memberikan beberapa tes salah satunya terapis mengagkat kaki yang
mengalami nyeri jika nyeri dirasakan bertambah hebat pada sudut 60 – 70 derajat
orang tersebut dikatakjan positif ischialgia. Tes ini disebut Straight Leg
Rising. Dan masih ada tes tes yang lain bisa dikonsultasi dengan Kang Arjuno
disini.
Inspeksi
: Perhatikan keadan tulang belakang, misalnya skoliosis, hiperlordosis atau
lordosis lumbal yang mendatar.
Palpasi
: Nyeri tekan pada tulang belakang atau pada otot-otot di samping tulang
belakang.
Perkusi
: Rasa nyeri bila prosesus diketok.
Reflek
:
o KPR
↓ dan atau APR ↓
o Laseque,
patrick, antipatrick, naffziger.
3. pemeriksaan
penunjang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
YANG MUNCUL
1. Nyeri
akut/ kronis b.d Kompresi saraf, spasme otot.
2. Gangguan
mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif
dan kerusakan neuromuskulu.
3. Kurang
pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai kondisi,
prognosis dan tindakan pengobatan.
RENCANA KEPERAWATAN
|
|||
NO DX
|
DIANGOSA KEPERAWATAN
DAN KOLABORASI
|
TUJUAN (NOC)
|
INTERVENSI (NIC)
|
1
|
Nyeri akut/ kronis b.d Kompresi
saraf, spasme otot
|
NOC :
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam rentang normal
|
NIC :
Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
4. Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
6. Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
|
2
|
Gangguan mobilitas fisik b.d
nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan
kerusakan neuromuskulu
|
NOC :
Joint Movement : Active
Mobility Level
Self care : ADLs
Transfer performance
Kriteria Hasil :
Klien meningkat dalam
aktivitas fisik
Mengerti tujuan dari
peningkatan mobilitas
Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
Memperagakan
penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)
|
NIC :
Exercise therapy : ambulation
Monitoring vital sign
sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi
sesuai dengan kebutuhan
Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan
cegah terhadap cedera
Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik
ambulasi
Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.
Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan
jika diperlukan
|
3
|
Kurang pengetahuan b.d kurangnya
informasi mengenai kondisi, prognosis dan tindakan
pengobatan
|
NOC :
Kowlwdge : disease process
Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
1.
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
2.
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar
3.
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
|
NIC :
Teaching : Disease Process
z. Berikan
penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
spesifik
Jelaskan patofisiologi dari penyakit
dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara
yang tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
Gambarkan proses penyakit, dengan cara
yang tepat
Identifikasi kemungkinan penyebab,
dengna cara yang tepat
Sediakan informasi pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang tepat
Hindari harapan yang kosong
Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang tepat
Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat
|
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, W. 2010. Penatalaksanaan
Fisioterapi Pada Ischialgia Dekstra Di RS Dr Ramelan Surabaya. Surkarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Carpenito, LJ. 2001. Buku
Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing
Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Liswoko, G. 2012. Korelasi Lama
Menyupir Dengan Terjadinya Ischialgia Et Causa Spasme Otot
Piriformis Pada Sopir Angkutan Umum Banyumanik Semarang. Surkarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Kurniawati. 2010. Penatalaksanaan
Fisioterapi Pada Kondisi Ischialgia Dextra Di Rumah Sakit Dr.
Soedjono Magelang. Surkarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita
Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all.
1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Minaryanti, RN. 2009. Karya Tulis
Ilmiah Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Ischialgia Dengan Short Wave
Diathermy Dan Terapi Latihan Di RSUD Sragen. Surkarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Santosa, Budi. 2007. Panduan
Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar