A.
DEFINISI
Persalinan
adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Bandiyah, 2009, p.82).
Intensitas
dan frekuensi kontraksi pada persalinan normal meningkat, tetapi tanpa
peningkatan tonus istirahat. Intensitas meningkat pada persalinan lanjut
menjadi 60 mmHg dan frekuensi menjadi 2-4 kontraksi setiap menit. Durasi
kontraksi juga meningkat dari kira-kira 20 detik pada awal persalinan menjadi
40-90 detik pada akhir kala pertama dan kala kedua (Llewellyn, 2001, p.68).
B.
TEORI
MULAINYA PERSALINAN
Beberapa
teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan menurut Manuaba (2009,
p.142).
1.
Teori Estrogen-Progesteron
Pada
1-2 minggu sebelum persalinan dimulai, terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan
progesteron. Progesteron bekerja
sebagai penenang otot-otot polos rahim dan penurunan progesteron akan
menyebabkan konstriksi pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar
progesteron turun.
2.
Teori Oksitosin
Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesteron
menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan
oleh hipofise part posterior dapat
menimbulkan kontraksi dalam bentuk Braxton Hicks.
3.
Teori Distensi Rahim
Rahim
yang menjadi besar dan meregang menyebabkan
iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenta.
4.
Teori Iritasi Mekanik
Di
belakang serviks terletak ganglion
servikal (Fleksus Frankenhauser). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul
kontraksi uterus.
5.
Teori Prostaglandin
Konsentrasi
prostaglandin yang dikeluarkan oleh
desidua meningkat sejak umur hamil
15 minggu. Prostaglandin dianggap dapat memicu persalinan, semakin tua
umur kehamilan maka konsentrasi prostaglandin makin meningkat sehingga dapat
menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan.
6.
Teori Hipotalhamus-Pituitari dan Glandula
Suprarenal
Teori
ini menunjukkan bahwa pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi
keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipothalamus dan glandula suprarenal yang merupakan pemicu
terjadinya persalinan.
7.
Induksi Persalinan (Induction of Labour)
Partus yang ditimbulkan dengan jalan :
a.
Memecahkan ketuban ( amniotomi)
Pemecahan
ketuban akan mengurangi keregangan otot rahim sehingga kontraksi segera dapat
dimulai.
b.
Induksi persalinan secara
hormonal/kimiawi
Dengan
pemberian oksitosin drip/prostaglandin
dapat mengakibatkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat
dikeluarkan.
c.
Induksi persalinan dengan mekanis
Dengan
menggunakan beberapa gagang laminaria
yang dimasukkan dalam kanalis servikalis
dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser.
d.
Induksi persalinan dengan tindakan operasi
Dengan
cara seksio caesaria.
C.
FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN
Menurut Mochtar (2003, p.65), faktor yang
mempengaruhi persalinan diantaranya :
1.
Passage (Jalan Lahir)
Merupakan
jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar
panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat melalui jalan
lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal.
2.
Power
Power
adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau
kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer
atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi
otot-otot rahim.
Kekuatan yang mendorong janin keluar
(power) terdiri dari :
a.
His (kontraksi otot uterus)
His
adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan
sempurna. Pada waktu kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal
dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan
kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
b.
Kontraksi otot-otot dinding perut
c.
Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan
mengejan
d.
Ketegangan dan ligmentous action terutama
ligamentum rotundum
3.
Passanger
a.
Janin
Bagian yang paling besar
dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat
mempengaruhi jalan persalinan.
b.
Sikap (habitus)
Menunjukkan
hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang
punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi, di mana kepala, tulang punggung,
dan kaki dalam keadaan fleksi, serta lengan bersilang di dada.
c.
Letak janin
Letak
janin adalah bagaimana sumbu panjang janin berada terhadap sumbu ibu, misalnya
letak lintang di mana sumbu janin sejajar dengan dengan sumbu panjang ibu; ini
bisa letak kepala, atau letak sungsang.
d.
Presentasi
Presentasi
digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian bawah rahim yang
dapat dijumpai pada palpasi atau pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala,
presentasi bokong, presentasi bahu, dan lain-lain.
e.
Posisi
Posisi
merupakan indikator untuk menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah
kanan, kiri, depan atau belakang terhadap sumbu ibu (maternal pelvis). Misalnya
pada letak belakang kepala (LBK) ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, UUK kanan
belakang.
f.
Placenta
Placenta
juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai penumpang atau
pasenger yang menyertai janin namun placenta jarang menghambat pada persalinan
normal.
4.
Psikis (psikologis)
Perasaan
positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi
realitas kewanitaan sejati yaitu munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau
memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan
yang semula dianggap sebagai suatu
keadaan yang belum pasti sekarang menjadi hal yang nyata.
5.
Penolong
Peran
dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung
dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.
D.
MEKANISME
PERSALINAN
Menurut
Prawirohardjo (2008, p.310), pada minggu- minggu terakhir kehamilan, segmen
bawah lahir meluas untuk menerima kepala janin, terutama pada primipara. Supaya
janin dapat dilahirkan, janin harus beradaptasi dengan jalan lahir selama
proses penurunan. Putaran dan penyesuaian lain yang terjadi pada proses
kelahiran disebut mekanisme persalinan, yang terdiri dari :
1.
Engagement
Apabila
diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul, kepala dikatakan telah
menancap (engaged) pada pintu atas
panggul. Pada wanita multipara hal ini terjadi sebelum persalinan aktif dimulai
karena otot-otot abdomen masih tegang, sehingga bagian presentasi terdorong ke
dalam panggul.
2.
Penurunan (decent)
Penurunan
adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan terjadi akibat
tiga kekuatan, yaitu :
a.
Tekanan dari cairan amnion
b.
Tekanan langsung kontraksi fundus pada
janin
c.
Kontraksi diafragma dan otot-otot abdomen
ibu pada tahap kedua persalinan
Pada
kehamilan pertama, penurunan berlangsung lambat, tetapi kecepatan sama.
3.
Fleksi
Segera
setelah kepala yang turun tertahan oleh
serviks, dinding panggul, atau dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi
terjadi dan dagu didekatkan ke arah dada janin. Dengan fleksi, suboksipitobregmatika yang
berdiameter lebih kecil (9,5 cm) dapat masuk ke dalam pintu bawah panggul.
4.
Putaran Paksi Dalam
Putaran
paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika, tetapi putaran ini
belum selesai sampai bagian presentasi mencapai panggul bagian bawah.
5.
Ekstensi
Saat
kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah anterior oleh
perineum. Mula-mula oksiput melewati
permukaan bawah simfisis pubis, kemudian
kepala muncul keluar akibat ekstensi, pertama-tama oksiput, kemudian wajah dan akhirnya dagu.
6.
Restitusi dan putaran paksi luar
Setelah
kepala lahir, bayi berputar hingga mencapai posisi yang sama dengan saat ia
memasuki pintu atas, gerakan ini dikenal sebagai restitusi. Putaran 450 membuat
kepala janin kembali sejajar dengan punggung dan bahunya. Putaran paksi luar
terjadi saat bahu engaged dan turun dengan gerakan kepala.
7.
Ekspulsi
Setelah
bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan badan bayi
dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke arah simfisis pubis. Ketika seluruh tubuh bayi
keluar, persalinan bayi selesai. Ini merupakan akhir tahap kedua persalinan.
E.
ADAPTASI
FISIOLOGIS PERSALINAN
1.
Perubahan kardiovaskuler
Perubahan
pada sistem kardiovaskuler wanita selama proses persalinan, pada setiap
kontraksi 400 ml darah akan dikeluarkan dari uterus dan masuk ke sistem
vaskuler ibu,hal ini akan meningkatkan curah jantung sekitar 10% sampai 15%
pada tahap pertama persalinan dan sekitar 30% sampai 50% pada tahap kedua
persalinan,untuk mengantisipasi perubahan tekanan darah,ada beberpa faktor yang
mengubah tekanan darah ibu.Aliran darah yang menurun pada arteri uterus akibat
kontraksi dialirkan kembali ke pembuluh darah perifer,timbul tahana
perifer,tekanan darah meningkat dan frekwensi denyut nadi menurun.Pada
persalinan tahap pertama,kontraksi uterus meningkatkan tekanan sistolik 10 mmHg
sedangkan pada tahap kedua sekitar 30 mmHg dan tekanan diastolik sampai 25
mmHg.
2.
Perubahan pernafasan
Peningkatan
aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan
frekuensi pernafasan,pada tahap kedua persalinan jika ibu tidak diberi
obat-obatan maka ia akan memakai oksigen hampir dua kali lipat.
3.
Perubahan pada ginjal
Pada
trimester kedua kandung kemih menjadi organ abdomen,apabila terisi,kandung
kemih akan teraba diatas simpisis pubis.Selama persalinan wanita dapat
mengalami kesulitan berkemih secara spontan akibat berbagai alasan : edema
jaringan akibat tekanan bagian presentasi,perasaan tidak nyaman dan rasa malu.
4.
Perubahan integument
Adaptasi
sistem integumen jelas terlihat khususnya pada daerah introitus vagina,meskipun
daerah itu dapat meregang namun dapat terjadi robekan-robekan kecil pada kulit
sekitar introitus vagina sekalipun tidak dilakukan episiotomi atau tidak
terjadi laserasi.
5.
Perubahan musculoskeletal
Sistem
ini mengalami stres selama persalinan,nyeri punggung dan nyeri sendi terjadi
sebagai akibat semakin renggangnya sendi pada masa aterm,proses persalinan itu
sendiri dan gerakan meluruskan jari-jari kaki dapat menimbulkan kram tungkai.
6.
Perubahan neurologi
Sistem
neurologi menunjukkan bahwa timbul stres dan rasa tidak nyaman selama
persalinan,perubahan sensoris terjadi saat memasuki tahap persalinan pertama dan
masuk ke tahap berikutnya.
7.
Perubahan pencernaan
Persalinan
mempengaruhi sistem saluran cerna ,bibir dan mulut menjadi kering akibat
bernafas lewat mulut ,dehidrasi dan sebagai respons emosi terhadap
persalinan.selama persalinan motilitas dan absorpsi saluran cerna menurun dan
pada waktu pengosongan lambung menjadi lambat,seringkali ada rasa mual dan
memuntahkan makanan yang belum dicerna,mual dan sendawa juga terjadi sebagai
respons refleks terhadap dilatasi serviks lengkap.
8.
Perubahan endokrin
Sistem
endokrin aktif selama persalinan,awal persalinan dapat diakibatkan penurunan
kadar progesteron dan peningkatan kadar estrogen,prostaglandin dan
oksitosin,metabolisme meningkat dan kadar glukosa darah dapat menurun akibat
proses persalinan.
F.
PROSES
PERSALINAN TIAP KALA
Pada persalinan normal, persalinan dibagi
menjadi 4 kala :
1.
Kala I ; kala pembukaan serviks.
Proses pembukaan adalah
sejak persalinan sampai pada pembukaan serviks lengkap pada primigravida 7-8
jam, terdiri dari 2 fase, yaitu :
a.
Fase laten ; berlangsung selama 8 jam sampai
pembukaan 3 cm. His masih lemah, dengan frekuensi his jarang.
b.
Fase aktif ;
Ø Fase
akselerasi, lamanya 2 jam dengan pembukaan 2-3 cm.
Ø Fase
dilatasi maksimal, lamanya 2 jam dengan pembukaan lebih dari 9 cm sampai
pembukaan lengkap. His tipa 3-4 menit selama 45 detik. Pada multigravida proses
ini akan berlangsung lebih cepat.
Ø Fase
deselarasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida fase laten, fase aktif dan fase deselerasi lebih pendek.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida fase laten, fase aktif dan fase deselerasi lebih pendek.
2.
Kala II ; kala pengeluaran
Setelah
serviks membuka lengkap, janin akan segera keluar. His terjadi tiap 2-3 menit,
lamanya 60-90 detik. His sempurna dan efektif bila ada koordinasi gelombang
kontraksi sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di fundus uteri,
mempunyai ampitudo 40-60 mmHg, berlangsung 60-90 detik dengan jangka waktu 2-4
menit dan tonus uterus saat relaksasi kurang dari 12 mmHg. Pada primigravida
kala II berlangsung kira-kira sau setengah jam dan pada multi gravida setengah
jam. Tanda obyektif yang menunjukkan tahap kedua dimulai adalah sebagai berikut
:
a.
Muncul keringat tiba-tiba diatas bibir
b.
Adanya muntah
c.
Aliran darah ( show ) meningkat
d.
Ekstremitas bergetar
e.
Semakin gelisah
f.
Usaha ingin mengedan
Tanda-tanda
ini seringkali muncul pada saat serviks berdilatasi lengkap. Pemantauan yang
kontinyu pada tahap kedua dan mekanisme persalinan, respons fisiologis dan
respons emosi ibu serta respons janin terhadap stres.
3.
Kala III ; kala uri (kala pengeluaran
plasenta)
Berlangsung
6-15 menit setelah janin dikeluarkan. Tahap ketiga persalinan berlangsung sejak
bayi lahir sampai plasenta lahir, tujuan penanganan kala III adalah pelepasan
dan pengeluaran plasenta yang aman.
4.
Kala IV ; pengawasan hingga satu jam
setelah plasenta lahir
Kala
ini sangat penting untuk menilai perdarahan (maks 500 ml) dan baik tidaknya
kontraksi uterus. Hingga lahirnya uri sampai dengan 1-2 jam setelah uri lahir.
Tanda kala IV adalah banyaknya darah yang keluar.
G.
ASUHAN
KEPERAWATAN INTRANATAL
1.
Kala I
a. Pengkajian
1) Kaji
benarnya inpartu
2) Kaji
berapa jauh kemajuannya
3) Kaji
keadaan ketuban
4) Kaji
komplikasi atau resti
5) Kaji
respon psikologis
6) Kaji
kemajuan persalinan → partogram
a) Pembukaan
b) Penurunan
persentasi
c) Moulage
7) Kaji
kontraksi
8) Kaji
posisi ibu :
a) Awal
kala I ; jalan-jalan
b) Pembukaan
6-7 cm ; tidur miring ke kiri setengah duduk
9) Kaji
makan dan minum
a) Akhir
kala I dibatasi
b) Dianjurkan
Bak 2-3 jam sekali
10) Kaji
lingkungan tenang dan nyaman
11) Kaji
penjelasan sikap empati dan hangat
b. Diagnosa
keperawatan
1) Kesulitan
penyesuaian diri sehubungan dengan hospitalisasi, belum mengenal lingkungan
rumah sakit.
2) Resiko
kekurangan cairan sehubungan dengan pembatasan intake cairan.
3) Cemas
sehubungan dengan masih asing dengan proses persalinan.
4) Gangguan
pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan hiperpentilasi.
5) Perubahan
dalam nutrisi sehubungan dengan persalinan yang berlangsung lama.
6) Mekanisme
koping kurang efektif sehubungan dengan kelelahan, kurang tidur, dan sesuatu
yang tidak diharapkan.
7) Perubahan
eliminasi sehubungan dengan bedrest.
c. Intervensi
1) Fetal
distress
a)
Merubah posisi ibu
b)
Meningkatkan kaki → mengurangi hipotensi
c)
Menghentikan rangsangan O2
d)
Memberikan O2
2) Meningkatkan
kenyaman
a) Membantu
partisipasi ibu
b) Temukan
tujuan ibu
c) Membantu
management energy
d) Mengatasi
ketidaknyamanan ibu ; ambulasi, posisi, massage, pernapasan, dan relaksasi
3) Suasana
dan lingkungan kamar
4) Support,
empati
5) Penerangan
hal-hal yang mungkin terjadi kepada keluarga
6) Monitor
:
a) Letak
jantung janin
b) Pengeluaran
cairan
c) Pembukaan
→ kala II
2.
Kala II
a. Pengkajian
1)
Melanjutkan monitor
a) Detak
jantung janin
b) His
(respon janin)
c) Pendarahan
d) Air
ketuban
2)
Tanda dan gejala fisik serta perilaku
3)
Meneran dengan benar atau tidak
4)
Mekanisme penyesuaian
5)
Support person
b. Diagnosa
1)
Tidak mampu mengikuti pimpinan persalinan
sampai dengan kelelahan , panic, dan amnesia
2)
Perubahan konsep diri sehubungan dengan
merasa tidak mampu meneran dengan kuat
3)
Resiko perlukaan sehubungan dengan posisi
ibu yang tidak tepat
4)
Perubahan konsep diri pada suami
sehubungan dengan tidak mampu mensupport istri
c. Intervensi
1)
Cara mengejan dan posisi
2)
Dorongan psikososial
3)
Persiapan pertolongan persalinan
4)
Asepsis dan anti asepsis
5)
Faktor psikososial
6)
Pertolongan persalinan
3.
Kala III
a. Pengkajian
1)
Timbul kontraksi uterus
2)
Uterus tampak membundar
3)
Terlihat massa introitus
4)
Tali pusat lebih menjulur
5)
Pendarahan tiba-tiba dengan warna gelap
a)
Observasi keadaan umum ibu dan tanda vital
b)
Pengkajian jalan lahir
c)
Mengkaji factor yang berkaitan dengan
atonia
d)
Pemberian utero tonika (k/p)
b. Diagnosa
1)
Kurang efektifitas mengatasi masalah
sehubungan dengan kurang informasi tentang kejadian kala III
2)
Perdarahan pervaginaan sehubungan dengan
kontraksi uterus yang kurang adekuat
3)
Resiko relaksasi uterus sehubungan dengan
kandungh kemih panuh
4)
Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan
luka episiotomy
c. Intervensi
1)
Observasi perdarahan, shock, dan tanda
vital
2)
Observasi bayi dan identifikasi
3)
Kaji TFU
4)
Identifikasi pengeluaran plasenta
5)
Upayakan kontak ibu dan bayi
4.
Kala IV
a.
Pengkajian
1)
Kaji status fisiologis ibu
2)
Kaji posisi dan tonus uteri
3)
Kaji adanya perdarahan pervaginam
4)
Kaji kondisi perineum
b.
Diagnosa
1)
Resiko tinggi injuri sehubungan dengan
tonus uteri yang buruk dan perdarahan
2)
Gangguan eliminasi urin sehubungan dengan
haluaran/ anestesi regional
3)
Deficit volume cairan dan eliminasi
sehubungan denagn kurangnya intake oral, atonia, uteri, laserasi
4)
Nyeri sehubungan dengan trauma perineal
5)
Fatigue sehubungan dengan proses
persalinan
c.
Intervensi
1)
Cegah perdarahan
2)
Identifikasi perdarahan karena perlukaan
3)
Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
4)
Mencegah penekanan kandung kemih
5)
Membantu ibu mengenal pengalamannya
6)
Mencatat/melaporkan adanya kelainan
7)
Memberikan rasa nyaman dan istirahat cukup
8)
Pastikan tidak ada sisa plasenta
9)
Luka epis tidak ada hemotom
DAFTAR PUSTAKA
Bandiyah,
S. (2009). Kehamilan Persalainan
Gangguan Kehamilan, Yogjakarta: Nuha Medika.
Llewellyn,
Derek. ( 2001 ).Dasar –Dasar Obstetri dan Ginekologi, edisi 6 (ed-6) Jakarta : Hipokrates
Manuaba, I.
B. (2009). Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC.
Mochtar,
Rustam. (2003). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Suririnah.
(2009). Buku Pintar Kesehatan Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar