LP (Laporan Pendahuluan) Keperawatan Lengkap

Kumpulan Laporan Pendahuluan Keperawatan, Asuhan Keperawatan Lengkap,SAP Dan Leaflet, Tugas-Tugas Kuliah Keperawatan Lainnya

04/03/17

LAPORAN PENDAHULUAN NEFROLITHIASIS ( BATU GINJAL )

LAPORAN PENDAHULUAN 
NEFROLITHIASIS ( BATU GINJAL )
1.             Defenisi
·           Batu ginjal (urolitiasis) adalah bentuk deposit mineral, paling umum oskalat Ca2+ dan fosfat Ca2+ , namun asam urat dan kristal lain juga pembentuk batu. Meskipun kalkulus ginjal dapat terbentuk dimana saja dari saluran perkemihan, batu ini paling umum ditemukan pada palvis dan kalik ginjal. Batu ginjal dapat tetap asimtomatik  sampai keluar kedalam ureter dan/atau aliran urine terhambat (Doengoes, 2000. Hal 686).
·           Menurut Sjamsuhidrajat R, IW (2004) neprolitiasis adalah batu di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis). Sedangkan menurut Purnomo BB (2003) nefrolitiasis suatu penyakit yang salah satunya gejalanya adalah pembentukan batu dalam ginjal.

2.             Etiologi
Penyebab batu ginjal idiopatik. Akan tetapi, ada faktor yang merupakan predisposisi dan yang utama adalah ISK. Infeksi ini akan meningkatkan terbentuknya zat organik. Zat ini dikelilingi mineral yang mengendap. Pengendapan mineral ini (karena infeksi) akan meningkatkan alkalinitas urine dan mengakibatkan pengendapan kalsium fosfat dam magnesium amonium fosfat. Statis urin juga dapat menyebabkan pengendapan zat organik dan mineral. Faktor lain yang dikaitkan dengan pembentukan batu adalah konsumsi antasida dalam jangka panjang, terlalu banyak vitamin D, dan kalsium karbonat. (Mary, 2008. Hal 60)

3.             Patofisiologi
          Pembentukan batu saluran kemih memerlukan keadaan supersaturasi dalam pembentukan batu. Inhibitor dalam pembentukan batu dijumpai dalam air kemih normal. Batu kasium oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Berapa promotor (reaktan) dapat memacu pembentukan batu seperti asam urat, memacu batu kalsium oksalat. Aksi reaktan dan inhibitor belum dikenali sepenuhnya. Ada dugaan proses dikenali sepenuhnya. Ada dugaan proses ini berperan pada pembentukan awal atau nukleasi kristal, progresi kristal atau agregatasi kristal. Misal penambahan sitrat dalam kompleks kalsium dapat mencegah agregatasi kristal kalsium oksalat dan mungkin dapat mengurangi risiko agregatasi kristal dalam saluran kemih. (Soparman, 2000, hal 378)

4.             Gejala Klinis
          Gejala utama batu ginjal yang akut adalah kolik ginjal atau nyeri kolik. Lokasi nyeri bergantung pada lokasi batu. Apabila batu ada di dalam pelvis ginjal, penyebab nyerinya adalah hidronefrosis dan nyeri ini tidak tajam, tetap, dan dirasakan di area sudut kostovertebra. Apabila batu turun ke ureter, pasien akan mengalami nyeri yang hebat, kolik, dan rasa seperti ditikam. Nyeri ini bersifat interminten dan disebabkan oleh spasme (kejang) urter dan anoksia dinding ureter yang ditekan batu. Nyeri ini menyebar ke area suprapubik, genitelia eksterna, dan paha. Nyeri dapat disertai dengan mual dan muntah. (Mary, 2008. Hal 60)

5.             Pemeriksaan penunjang
Uji diagnostik :Yang termasuk dalam pemeriksaan diagnostik adalah sinar X KUB, pielografi intravena atau retrograd, ultrasonografi, pemibdaian CT, dan sistoskopi. Urinalisis dan kalsium serum dan kadar asam urat serum juga diperiksa. Untuk mengetahui asiditas dan alkalinitas urine, pH urine dipantau dengan dipstick setiap pasien berkemih. Pengumpulan spesimen urine 24 jam untuk mengetahui kadar kalsium, oksalat, fosfor, dan asam urat dalam urine. (Mary, 2008. Hal 61).

6.             Penatalaksanaan
a.       Peningkatan asupan cairan meiningkatkan aliran urine dan membantu mendorong batu. Asupan cairan dalam jumlah besar pada orang-orang yang rentan mengalami batu ginjal dapat mencegah pembentukan batu.
b.      Modifikasi makana dapat mengurangi kadar bahan pembentuk batu, bila kandungan batu teridentifikasi.
c.       Mengubah pH urine sedemikian untuk meningkatkan pemecahan batu.
d.      Litotripsi (terapi gelombang kejut) ekstrakorporeal (di luar tubuh) atau terapi laser dapat digunakan untuk memecahkan batu besar atau untuk menempatkan selang disekitar batu untuk mengatasi obstruksi (Corwin, 2009. Hal 716).




7.             Komplikasi
a.       Obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidoureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
b.      Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatistik intersium dan dapat menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal terserang.
c.       Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri meningkat.
d.      Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang (Corwin, 2009. Hal 716).

B.            Asuhan Keperawatan.
          Asuhan keperawatan pada klien dengan Urolitiasis  dilaksanakan melalui pendekatan proses perawatan terdiri dari : pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi (Doengoes, 2000. Hal 686-694).
1.         Pengkajian
Dasar data pengkajian pasien
a.       Aktivitas/istirahat
Gejala   : pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/mobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya.
b.      Sirkulasi
Tanda   : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal). Kulit hangat dan kemerahan ; pucat.


c.       Eliminasi
Gejala   : riwayat adanya/ISK kronis ; obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan berkemih. Diare,
Tanda   : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.

d.      Makanan/cairan
Gejala   : mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan /atau fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup.
Tanda   : distensi abdominal ; penurunan/tak adanya bising usus. Muntah.
e.       Nyeri/kenyamanan
Gejala   : episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu. Contoh pada panggul di region sudut kostovertebral ; dapat menyebar ke punggung, abdomen, dan turun kelipat paha/genetalia. Nyeri dangkal kostan menunjukkan ada pelvis atau kalkulus ginjal.
Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda   : melindungi ;perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area pada palpasi.
f.        Keamanan
Gejala   : penggunaan alcohol, demam, menggigil.
g.      Penyuluhan/pembelajaran
Gejala   : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme. Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
Pertimbangan Rencana Pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 3,4 hari.
h.      Pemeriksaan diagnostic
Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah secara umum menunjukkan SDM, SDP, Kristal, Urine : (24 jam) kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat. Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukan infeksi/septicemia.
i.        Prioritas masalah
1.      Menghilangkan nyeri
2.      Mempertahankan fungsi ginjal adekuat
3.      Mencegah komplikasi
4.      Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.
j.        Tujuan pemulangan
1.      Nyeri hilang/terkontrol
2.       Keseimbangan cairan/elektrolit dipertahankan
3.      Komplikasi dicegah/minimal
4.      Proses penyakit/prognosis dan program terapi dipahami.

2.         Diagnosa Keperawatan
a.       Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema, ischemia seluler.
b.      Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik, inflamasi.
c.       Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual/muntah
d.      Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan belajar berhubungan dengan kurang terpajan/ kurang mengingat/salah intepretasi/informasi. Tidak mengenal masalah/sumber masalah.

3.         Perencanaan
a.       Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema, ischemia seluler. Tujuan : nyeri hilang, keseimbangan cairan dipertahankan. Kriteria hasil : nyeri hilang, tampak rileks, mampu istirahat dengan tepat.

Intervensi/rasional
Catat lokasi, lamanya intensitas dan penyebaran. Rasional : membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan kejadian/karakteristik nyeri. Rasional : memberikan kesempatan untuk pemberian analgesic sesuai waktu dan mewaspadakan staf akan kemungkinan lewatnya batu/terjadi komplikasi.
Mandiri
Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan punggung, lingkungan istirahat. Rasional : meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot, dan meningktkan koping. Bantu atau dorong penggunaan napas berfokus, bimbingan imajinasi, dan aktivitas terapetik. Rasional : mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot.

Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi : narkotik, contoh meperidin (Demerol), morfin. Rasional : biasanya diberikan selama akut untuk menurunkan kolik uretral dan meningkatkan relaksasi otot/mental. Berika kompres hangat pada punggung.
Rasional : menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunan reflex spasme. 

b.      Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik, inflamasi. Tujuan : mampu berkemih dengan normal. Kriteria hasil : tidak mengalami tanda obstruksi.
Intervensi/rasional
Mandiri
Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine. Rasional : memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contoh infeksi dan perdarahan. Tentukan pola berkemih norml pasien dan perhatikan variasi. Rasional : kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Dorong meningkatkan pemasukan cairan. Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya batu. 




Kolaborasi
Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit, BUN, kretainin. Rasional : peniggian BUN, kreatinin dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal. Ambil urine untuk culture dan sensifitas. Rasional : menetukan adanya ISK, yang penyebab komplikasi.
c.       Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual/muntah. Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan adekuat. Kriteria hasil : membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, berat badan normal.
Intervensi/rasional :
Mandiri
Awasi pemasukan dan pengeluaran. Rasional : membandingkan keluaran actual dan yang diantisipasi membantu dalam ealuasi adanya/derajat stasis/kerusakan ginjal. Catat insiden muntah, diare, perhatikan karakteristik muntah dan diare. Rasional : mual/muntah dan diare secra umum berhubungan dengan kolik ginjal. Tindakan pemasukan cairan sampai 3-4 L/hari dalam toleransi jantung. Rasional : mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostasis juga tindakan “mencuci”yang dapat membilas batu keluar. Awasi tanda vital. Rasional : indicator hidrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi.

b.  Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan belajar berhubungan dengan kurang terpajan/ kurang mengingat/salah intepretasi/informasi. Tidak mengenal masalah/sumber masalah. Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit, menghubungkan gejala dengan factor penyebab. Kriteria hasil : melakukan perubahan perilku yang perlu dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi/Rasional
Mandiri
Kaji ulang proses penyakit dan harapan di masa dating. Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi. Tekankan pentingnya peningkatan cairan, rasional : pembilasan system ginjal menurunkan kesempatan statis ginjal dan pembentukan batu. Diet rendah purin, contoh membatasi daging berlemak, kalkun, tumbuhan polog, gandum, alkohol. Rasional : menurunkan pemasukan oral terhadap prekusor asam urat. Diet rendah kalsium, contoh membatasi susu, keju, sayur berdaun hijau, yogurt. Rasional : menurunkan risiko pembentukan batu kalsium. Diet rendah oksalat. Rasional : menurnukan pembentukan batu kalsium. Diet rendah kalsium. Rasional : mencegah kalkulus fosfat dengsn membentuk presipitasi yang tak larut dalam traktus GI.  
4.      Implementasi
Menurut Carpenito (2009, hal 57) komponen implementasi dalam proses keperawatan mencakup penerapan ketrampilan yang diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi keperawatan. Ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk implementasi biasanya berfokus pada:
a.       Melakukan aktivitas untuk klien atau membantu klien.
b.      Melakukan pengkajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau memantau status masalah yang telah ada .
c.       Member pendidikan kesehatan untuk membantu klien mendapatkan pengetahuan yang baru tentang kesehatannya atau penatalaksanaan gangguan.
d.      Membantu klien membuat keptusan tentang layanan kesehatannya sendiri
e.       Berkonsultasi dan membuat rujukan pada profesi kesehatan lainnya untuk mendapatkan pengarahan yang tepat.
f.        Memberi tindakan yang spesifik untuk menghilangkan, mengurangi, atau menyelesaikan masalah kesehatan.
g.      Membantu klien melakukan aktivitasnya sendiri.
h.      Membantu klien mengidentifikasi risiko atau masalah dan menggali pilihan yang tersedia.

5.      Evaluasi

Menurut Hidayat (2008 Hal 124) Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat harusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respons terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. 

Tidak ada komentar: