NEFROLITHIASIS ( BATU GINJAL )
1.
Defenisi
·
Batu ginjal (urolitiasis) adalah bentuk
deposit mineral, paling umum oskalat Ca2+ dan fosfat Ca2+
, namun asam urat dan kristal lain juga pembentuk batu. Meskipun kalkulus
ginjal dapat terbentuk dimana saja dari saluran perkemihan, batu ini paling
umum ditemukan pada palvis dan kalik ginjal. Batu ginjal dapat tetap
asimtomatik sampai keluar kedalam ureter dan/atau aliran urine terhambat
(Doengoes, 2000. Hal 686).
·
Menurut Sjamsuhidrajat R, IW (2004)
neprolitiasis adalah batu di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa
keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa
menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini
bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih
(batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis
renalis, nefrolitiasis). Sedangkan menurut Purnomo BB (2003) nefrolitiasis
suatu penyakit yang salah satunya gejalanya adalah pembentukan batu dalam
ginjal.
2.
Etiologi
Penyebab batu
ginjal idiopatik. Akan tetapi, ada faktor yang merupakan predisposisi dan yang
utama adalah ISK. Infeksi ini akan meningkatkan terbentuknya zat organik. Zat
ini dikelilingi mineral yang mengendap. Pengendapan mineral ini (karena
infeksi) akan meningkatkan alkalinitas urine dan mengakibatkan pengendapan
kalsium fosfat dam magnesium amonium fosfat. Statis urin juga dapat menyebabkan
pengendapan zat organik dan mineral. Faktor lain yang dikaitkan dengan
pembentukan batu adalah konsumsi antasida dalam jangka panjang, terlalu banyak
vitamin D, dan kalsium karbonat. (Mary, 2008. Hal 60)
3.
Patofisiologi
Pembentukan batu saluran kemih
memerlukan keadaan supersaturasi dalam pembentukan batu. Inhibitor dalam
pembentukan batu dijumpai dalam air kemih normal. Batu kasium oksalat dengan
inhibitor sitrat dan glikoprotein. Berapa promotor (reaktan) dapat memacu
pembentukan batu seperti asam urat, memacu batu kalsium oksalat. Aksi reaktan
dan inhibitor belum dikenali sepenuhnya. Ada dugaan proses dikenali sepenuhnya.
Ada dugaan proses ini berperan pada pembentukan awal atau nukleasi kristal,
progresi kristal atau agregatasi kristal. Misal penambahan sitrat dalam
kompleks kalsium dapat mencegah agregatasi kristal kalsium oksalat dan mungkin
dapat mengurangi risiko agregatasi kristal dalam saluran kemih. (Soparman,
2000, hal 378)
4.
Gejala Klinis
Gejala utama batu ginjal yang akut
adalah kolik ginjal atau nyeri kolik. Lokasi nyeri bergantung pada lokasi batu.
Apabila batu ada di dalam pelvis ginjal, penyebab nyerinya adalah hidronefrosis
dan nyeri ini tidak tajam, tetap, dan dirasakan di area sudut kostovertebra.
Apabila batu turun ke ureter, pasien akan mengalami nyeri yang hebat, kolik,
dan rasa seperti ditikam. Nyeri ini bersifat interminten dan disebabkan oleh
spasme (kejang) urter dan anoksia dinding ureter yang ditekan batu. Nyeri ini
menyebar ke area suprapubik, genitelia eksterna, dan paha. Nyeri dapat disertai
dengan mual dan muntah. (Mary, 2008. Hal 60)
5.
Pemeriksaan
penunjang
Uji diagnostik
:Yang termasuk dalam pemeriksaan diagnostik adalah sinar X KUB, pielografi
intravena atau retrograd, ultrasonografi, pemibdaian CT, dan sistoskopi.
Urinalisis dan kalsium serum dan kadar asam urat serum juga diperiksa. Untuk
mengetahui asiditas dan alkalinitas urine, pH urine dipantau dengan dipstick
setiap pasien berkemih. Pengumpulan spesimen urine 24 jam untuk mengetahui
kadar kalsium, oksalat, fosfor, dan asam urat dalam urine. (Mary, 2008. Hal
61).
6.
Penatalaksanaan
a.
Peningkatan asupan cairan meiningkatkan
aliran urine dan membantu mendorong batu. Asupan cairan dalam jumlah besar pada
orang-orang yang rentan mengalami batu ginjal dapat mencegah pembentukan batu.
b.
Modifikasi makana dapat mengurangi
kadar bahan pembentuk batu, bila kandungan batu teridentifikasi.
c.
Mengubah pH urine sedemikian untuk
meningkatkan pemecahan batu.
d.
Litotripsi (terapi gelombang kejut)
ekstrakorporeal (di luar tubuh) atau terapi laser dapat digunakan untuk
memecahkan batu besar atau untuk menempatkan selang disekitar batu untuk
mengatasi obstruksi (Corwin, 2009. Hal 716).
7.
Komplikasi
a.
Obstruksi diatas kandung kemih dapat
menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidoureter yang
tidak diatasi, atau obstruksi pada atau atas tempat ureter keluar dari ginjal
dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem
duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan
urine sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
b.
Obstruksi menyebabkan peningkatan
tekanan hidrostatistik intersium dan dapat menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi
yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga
terjadi iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi
gagal ginjal jika kedua ginjal terserang.
c.
Setiap kali terjadi obstruksi aliran
urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri meningkat.
d.
Dapat terbentuk kanker ginjal akibat
peradangan dan cedera berulang (Corwin, 2009. Hal 716).
B.
Asuhan Keperawatan.
Asuhan
keperawatan pada klien dengan Urolitiasis dilaksanakan melalui pendekatan
proses perawatan terdiri dari : pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan,
dan evaluasi (Doengoes, 2000. Hal 686-694).
1.
Pengkajian
Dasar data pengkajian pasien
a.
Aktivitas/istirahat
Gejala : pekerjaan monoton,
pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan
aktivitas/mobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya.
b.
Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD/nadi
(nyeri, ansietas, gagal ginjal). Kulit hangat dan kemerahan ; pucat.
c.
Eliminasi
Gejala : riwayat adanya/ISK
kronis ; obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan haluaran urine, kandung
kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan berkemih. Diare,
Tanda : oliguria, hematuria,
piuria. Perubahan pola berkemih.
d.
Makanan/cairan
Gejala : mual/muntah, nyeri
tekan abdomen. Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan /atau fosfat.
Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup.
Tanda : distensi abdominal ;
penurunan/tak adanya bising usus. Muntah.
e.
Nyeri/kenyamanan
Gejala : episode akut nyeri
berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu. Contoh pada panggul di
region sudut kostovertebral ; dapat menyebar ke punggung, abdomen, dan turun
kelipat paha/genetalia. Nyeri dangkal kostan menunjukkan ada pelvis atau
kalkulus ginjal.
Nyeri dapat digambarkan sebagai
akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda : melindungi ;perilaku
distraksi. Nyeri tekan pada area pada palpasi.
f.
Keamanan
Gejala : penggunaan alcohol,
demam, menggigil.
g.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat kalkulus
dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis riwayat penyakit
usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme. Penggunaan
antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid,
pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
Pertimbangan Rencana Pemulangan :
DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 3,4 hari.
h.
Pemeriksaan diagnostic
Urinalisa : warna kuning, coklat
gelap, berdarah secara umum menunjukkan SDM, SDP, Kristal, Urine : (24 jam)
kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat. Hitung
darah lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukan infeksi/septicemia.
i.
Prioritas masalah
1.
Menghilangkan nyeri
2.
Mempertahankan fungsi ginjal adekuat
3.
Mencegah komplikasi
4.
Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan
kebutuhan pengobatan.
j.
Tujuan pemulangan
1.
Nyeri hilang/terkontrol
2.
Keseimbangan
cairan/elektrolit dipertahankan
3.
Komplikasi dicegah/minimal
4.
Proses penyakit/prognosis dan program terapi dipahami.
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral,
trauma jaringan, pembentukan edema, ischemia seluler.
b.
Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi
kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik,
inflamasi.
c.
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan mual/muntah
d.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
belajar berhubungan dengan kurang terpajan/ kurang mengingat/salah
intepretasi/informasi. Tidak mengenal masalah/sumber masalah.
3.
Perencanaan
a.
Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral,
trauma jaringan, pembentukan edema, ischemia seluler. Tujuan : nyeri hilang,
keseimbangan cairan dipertahankan. Kriteria hasil : nyeri hilang, tampak
rileks, mampu istirahat dengan tepat.
Intervensi/rasional
Catat lokasi, lamanya intensitas dan
penyebaran. Rasional : membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan
gerakan kalkulus. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf
terhadap perubahan kejadian/karakteristik nyeri. Rasional : memberikan
kesempatan untuk pemberian analgesic sesuai waktu dan mewaspadakan staf akan
kemungkinan lewatnya batu/terjadi komplikasi.
Mandiri
Berikan tindakan nyaman, contoh
pijatan punggung, lingkungan istirahat. Rasional : meningkatkan relaksasi,
menurunkan tegangan otot, dan meningktkan koping. Bantu atau dorong penggunaan
napas berfokus, bimbingan imajinasi, dan aktivitas terapetik. Rasional :
mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi :
narkotik, contoh meperidin (Demerol), morfin. Rasional : biasanya diberikan
selama akut untuk menurunkan kolik uretral dan meningkatkan relaksasi
otot/mental. Berika kompres hangat pada punggung.
Rasional : menghilangkan tegangan
otot dan dapat menurunan reflex spasme.
b.
Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi
kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik,
inflamasi. Tujuan : mampu berkemih dengan normal. Kriteria hasil : tidak
mengalami tanda obstruksi.
Intervensi/rasional
Mandiri
Awasi pemasukan dan pengeluaran dan
karakteristik urine. Rasional : memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan
adanya komplikasi, contoh infeksi dan perdarahan. Tentukan pola berkemih norml
pasien dan perhatikan variasi. Rasional : kalkulus dapat menyebabkan
eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Dorong
meningkatkan pemasukan cairan. Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri,
darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan laboratorium,
contoh elektrolit, BUN, kretainin. Rasional : peniggian BUN, kreatinin dan
elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal. Ambil urine untuk culture dan
sensifitas. Rasional : menetukan adanya ISK, yang penyebab komplikasi.
c. Resiko tinggi terhadap kekurangan
volume cairan berhubungan dengan mual/muntah. Tujuan : mempertahankan
keseimbangan cairan adekuat. Kriteria hasil : membrane mukosa lembab, turgor
kulit baik, berat badan normal.
Intervensi/rasional :
Mandiri
Awasi pemasukan dan pengeluaran. Rasional : membandingkan
keluaran actual dan yang diantisipasi membantu dalam ealuasi adanya/derajat
stasis/kerusakan ginjal. Catat insiden muntah, diare, perhatikan karakteristik
muntah dan diare. Rasional : mual/muntah dan diare secra umum berhubungan
dengan kolik ginjal. Tindakan pemasukan cairan sampai 3-4 L/hari dalam
toleransi jantung. Rasional : mempertahankan keseimbangan cairan untuk
homeostasis juga tindakan “mencuci”yang dapat membilas batu keluar. Awasi tanda
vital. Rasional : indicator hidrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi.
b.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan belajar
berhubungan dengan kurang terpajan/ kurang mengingat/salah
intepretasi/informasi. Tidak mengenal masalah/sumber masalah. Tujuan :
menyatakan pemahaman proses penyakit, menghubungkan gejala dengan factor
penyebab. Kriteria hasil : melakukan perubahan perilku yang perlu dan
berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi/Rasional
Mandiri
Kaji ulang proses penyakit dan harapan di masa dating.
Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi. Tekankan pentingnya peningkatan cairan, rasional :
pembilasan system ginjal menurunkan kesempatan statis ginjal dan pembentukan
batu. Diet rendah purin, contoh membatasi daging berlemak, kalkun, tumbuhan
polog, gandum, alkohol. Rasional : menurunkan pemasukan oral terhadap prekusor
asam urat. Diet rendah kalsium, contoh membatasi susu, keju, sayur berdaun
hijau, yogurt. Rasional : menurunkan risiko pembentukan batu kalsium. Diet
rendah oksalat. Rasional : menurnukan pembentukan batu kalsium. Diet rendah
kalsium. Rasional : mencegah kalkulus fosfat dengsn membentuk presipitasi yang
tak larut dalam traktus GI.
4. Implementasi
Menurut Carpenito (2009, hal 57)
komponen implementasi dalam proses keperawatan mencakup penerapan ketrampilan
yang diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi keperawatan. Ketrampilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk implementasi biasanya berfokus pada:
a. Melakukan aktivitas untuk klien atau
membantu klien.
b. Melakukan pengkajian keperawatan
untuk mengidentifikasi masalah baru atau memantau status masalah yang telah ada
.
c. Member pendidikan kesehatan untuk
membantu klien mendapatkan pengetahuan yang baru tentang kesehatannya atau
penatalaksanaan gangguan.
d. Membantu klien membuat keptusan
tentang layanan kesehatannya sendiri
e. Berkonsultasi dan membuat rujukan
pada profesi kesehatan lainnya untuk mendapatkan pengarahan yang tepat.
f.
Memberi tindakan yang spesifik untuk menghilangkan,
mengurangi, atau menyelesaikan masalah kesehatan.
g. Membantu klien melakukan
aktivitasnya sendiri.
h. Membantu klien mengidentifikasi
risiko atau masalah dan menggali pilihan yang tersedia.
5. Evaluasi
Menurut Hidayat (2008 Hal 124) Evaluasi merupakan langkah
terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana
tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi
perawat harusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respons
terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang
tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan
pada kriteria hasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar