LP (Laporan Pendahuluan) Keperawatan Lengkap

Kumpulan Laporan Pendahuluan Keperawatan, Asuhan Keperawatan Lengkap,SAP Dan Leaflet, Tugas-Tugas Kuliah Keperawatan Lainnya

03/03/17

Laporan Pendahuluan Stroke

A.          DEFINISI
·      Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).
·      Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler
·      Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak (Corwin, 2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah  kehilangan fungsi otak yang diakibatkan  oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer et al, 2002).

B.     KLASIFIKASI
1. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:
(Muttaqin, 2008)
a.       Stroke Hemoragi, Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
1.      Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di daerah putamen, thalamus, pons dan serebelum.
2.      Perdarahan subaraknoid
Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar parenkim otak.Pecahnya arteri dan keluarnya keruang subaraknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik, dll)

b.      Stroke Non Hemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.
2.         Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya, yaitu:
a.       TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b.      Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c.       Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.

C.            ETIOLOGI
Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008):
1.             Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a.              Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka (Ruhyanudin, 2007). Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:
Ø Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
Ø Oklusi mendadak pembuluh darah  karena terjadi trombosis.
Ø Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus (embolus).
Ø Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan.
b.              Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
c.              Arteritis( radang pada arteri )
d.              Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli:
·      Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD).
·      Myokard infark
·      Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
·      Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.


2.             Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
3.             Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
a.       Hipertensi yang parah.
b.      Cardiac Pulmonary Arrest
c.       Cardiac output turun akibat aritmia
4.             Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
a.       Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
b.      Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

D.          PATOFISIOLOGI
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang  tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/ cenderung sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh  embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan mentebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal. (Misbach, 1999 cit Muttaqin 2008)



Pathway
  
E.           MANIFESTASI KLINIS
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.
1.      Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2.      Lumpuh pada salah satu sisi wajah  anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak.
3.      Tonus otot lemah atau kaku
4.      Menurun atau hilangnya rasa
5.      Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6.      Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
7.      Disartria (bicara pelo atau cadel)
8.      Gangguan persepsi
9.      Gangguan status mental
10.  Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.

F.           KOMPLIKASI
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
1.      Berhubungan dengan immobilisasi è infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
2.      Berhubungan dengan paralisis         è nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh
3.      Berhubungan dengan kerusakan otak è epilepsi dan sakit kepala.
4.      Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.




G.          PEMERIKSAAN PENUNJANG
A.   Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
B.     Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT).
C.     CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
D.    MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
E.     EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.
F.      Pemeriksaan laboratorium
a.       Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b.      Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c.       Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.
d.      gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-rangsur turun kembali.
e.       Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

H.          PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan tindakan sebagai berikut:
Ø  Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
Ø  Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
Ø  Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
Ø  Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
Ø  Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, Pengobatan Konservatif
a.              Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
b.             Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
c.              Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
d.             Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
a.       Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis di leher.
b.      Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
c.       Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
d.      Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

I.              PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.           Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2.      Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
3.      Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
4.      Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5.      Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.

Pengumpulan data
A.       Aktivitas/istirahat:
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
B.     Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia. Dan hipertensi arterial.
C.     Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk mengekspresikan diri.
D.    Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria, distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
E.     Makanan/caitan :
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
F.      Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial. Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.
G.    Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
H.    Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas, whezing, ronchi.
I.        Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi dan orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampu mengambil keputusan.
J.       Interaksi social
Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.

J.            DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.    Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intracerebral.
b.    Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia.
c.    Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak.
d.   Gangguan eliminasi alvi(konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan yang   tidak adekuat.
e.    Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan.
f.     Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama.
g.    Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan penurunan refleks batuk dan menelan.
h.    Gangguan eliminasi uri (inkontinensia uri) yang berhubungan dengan penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
K.    RENCANA KEPERAWATAN
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :
A.    Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intra cerebral
1)   Tujuan :
Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
2)   Kriteria hasil :
·     Klien tidak gelisah
·     Tidak ada keluhan nyeri kepala
·     GCS  456
·     Tanda-tanda vital normal (nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C, pernafasan     16-20 kali permenit)
3)   Rencana tindakan
a)    Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab gangguan perfusi jaringan otak dan akibatnya
b)   Anjurkan kepada klien untuk bed rest total
c)    Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan intrakranial tiap dua jam
d)   Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan  letak jantung (beri bantal tipis)
e)    Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan
f)    Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
g)   Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor

4)   Rasional
a)    Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan
b)   Untuk mencegah perdarahan ulang
c)    Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk penetapan tindakan yang tepat
d)   Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena dan memperbaiki sirkulasi serebral
e)    Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra kranial dan potensial terjadi perdarahan ulang
f)    Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan ketenangan mungkin diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus stroke hemoragik / perdarahan lainnya
g)   Memperbaiki sel yang masih viable

B.    Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia
1.         Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
2.         Kriteria hasil
-          Tidak terjadi kontraktur sendi
-          Bertambahnya kekuatan otot
-          Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
3.         Rencana tindakan
a)        Ubah posisi klien tiap 2 jam
b)        Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit
c)        Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
d)       Berikan papan kaki pada ekstrimitas dalam posisi fungsionalnya
e)        Tinggikan kepala dan tangan
f)         Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
4.         Rasional
a)        Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan
b)        Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
c)        Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan.

C.    Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak
1)         Tujuan
Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal
2)         Kriteria hasil
-       Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat dipenuhi
-       Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun isarat
3)         Rencana tindakan
a)         Berikan metode alternatif komunikasi, misal dengan bahasa isarat
b)        Antisipasi setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi
c)         Bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang jawabannya “ya” atau “tidak”
d)        Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan klien
e)         Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi
f)         Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan wicara
4)        Rasional
a)    Memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan kemampuan klien
b)   Mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang lain
c)    Mengurangi kecemasan dan kebingungan pada saat komunikasi
d)   Mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan komunikasi yang efektif
e)    Memberi semangat pada klien agar lebih sering melakukan komunikasi
f)    Melatih klien belajar bicara secara mandiri dengan baik dan benar
D.   Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan
1)        Tujuan
K.    Tidak terjadi gangguan nutrisi
2)        Kriteria hasil
-       Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan
-       Hb dan albumin dalam batas normal
             3)        Rencana tindakan
a.    Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk
b.   Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah makan
c.    Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan
d.   Letakkan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu
e.    Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang
f.    Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan lunak ketika klien dapat menelan air
g.   Anjurkan klien menggunakan sedotan meminum cairan
h.   Anjurkan klien untuk berpartisipasidalam program latihan/kegiatan
i.     Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv atau makanan melalui selang  
4)        Rasional 
a.   Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien
b.   Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi
c.   Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol muskuler
d.  Memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang dapat mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan masukan
e.   Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar
f.    Makan lunak/cairan kental mudah untuk mengendalikannya didalam mulut, menurunkan terjadinya aspirasi
g.   Menguatkan otot fasial dan dan otot menelan dan menurunkan resiko terjadinya tersedak
h.   Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan nafsu makan
i.     Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga makanan jika klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut.

E.    Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubngan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat
1)     Tujuan
Klien tidak mengalami konstipasi
2)     Kriteria hasil
-       Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat
-       Konsistensi feses lunak
-       Tidak teraba masa pada kolon ( scibala )
-       Bising usus normal ( 7-12  kali per menit )
3)     Rencana tindakan
a.    Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi
b.   Auskultasi bising usus
c.    Anjurkan pada klien untuk makan makanan yang mengandung serat
d.   Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada kontraindikasi
e.    Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien
f.    Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses (laxatif, suppositoria, enema)
4)     Rasional  
a.   Klien dan keluarga akan mengerti tentang penyebab obstipasi
b.   Bising usus menandakan sifat aktivitas peristaltik
c.   Diit seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltik dan eliminasi reguler
d.  Masukan cairan adekuat membantu mempertahankan konsistensi feses yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi reguler
e.   Aktivitas fisik reguler membantu eliminasi dengan memperbaiki tonus oto abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltik
f.    Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang melunakkan massa feses dan membantu eliminasi.

F.     Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
1)   Tujuan
Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
2)   Kriteria hasil
-         Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka
-         Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
-         Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
3)   Rencana tindakan
a.         Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan mobilisasi jika mungkin
b.        Rubah posisi tiap 2 jam
c.         Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol
d.        Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan  pada waktu berubah posisi
e.         Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi
f.         Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit
4)   Rasional 
a.         Meningkatkan aliran darah kesemua daerah
b.        Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah
c.         Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol
d.        Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler
e.         Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan
f.         Mempertahankan keutuhan kulit.

G.    Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan menurunnya refleks batuk dan menelan, imobilisasi
1)   Tujuan :
Jalan nafas tetap efektif.
2)   Kriteria hasil :
-         Klien tidak sesak nafas
-         Tidak terdapat ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan
-         Tidak retraksi otot bantu pernafasan
-         Pernafasan teratur, RR 16-20 x per menit
3)   Rencana tindakan :
a.    Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang sebab dan akibat ketidakefektifan jalan nafas
b.    Rubah posisi tiap 2 jam sekali
c.    Berikan intake yang adekuat (2000 cc per hari)
d.   Observasi pola dan frekuensi nafas
e.    Auskultasi suara nafas
f.     Lakukan fisioterapi nafas sesuai dengan keadaan umum klien
4)   Rasional :
a.    Klien dan keluarga mau berpartisipasi dalam mencegah terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b.    Perubahan posisi dapat melepaskan sekret dari saluran pernafasan
c.    Air yang cukup dapat mengencerkan sekret
d.   Untuk mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan jalan nafas
e.    Untuk mengetahui adanya kelainan suara nafas
f.     Agar dapat melepaskan sekret dan mengembangkan paru-paru.

H.    Gangguan eliminasi uri (incontinensia uri) yang berhubungan dengan penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi
1)   Tujuan :
Klien mampu mengontrol eliminasi urinya
2)   Kriteria hasil :
-         Klien akan melaporkan penurunan atau hilangnya inkontinensia
-         Tidak ada distensi bladder
3)   Rencana tindakan :
a.    Identifikasi pola berkemih dan kembangkan jadwal berkemih sering
b.    Ajarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam hari
c.    Ajarkan teknik untuk mencetuskan refleks berkemih (rangsangan kutaneus dengan penepukan suprapubik, manuver regangan anal)
d.   Bila masih terjadi inkontinensia, kurangi waktu antara berkemih pada jadwal yang telah direncanakan
e.    Berikan penjelasan tentang pentingnya hidrasi optimal (sedikitnya 2000 cc per hari bila tidak ada kontraindikasi)
4)   Rasional :
a.    Berkemih yang sering dapat mengurangi dorongan dari distensi kandung kemih yang berlebih
b.    Pembatasan cairan pada malam hari dapat membantu mencegah enuresis
c.    Untuk melatih dan membantu pengosongan kandung kemih
d.   Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk menampung volume urine sehingga memerlukan untuk lebih sering berkemih
e.    Hidrasi optimal diperlukan untuk mencegah infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal.





















DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2003Rencana Asuhan & Dokumentasi KeperawatanJakartaEGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second EditionNew JerseyUpper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second EditionNew JerseyUpper Saddle River
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC.
Tim SAK Ruang Rawat Inap RSUD Wates. 2006. Standard Asuhan Keperawatan Penyakit Saraf. Yogyakarta: RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo


Tidak ada komentar: