LP (Laporan Pendahuluan) Keperawatan Lengkap

Kumpulan Laporan Pendahuluan Keperawatan, Asuhan Keperawatan Lengkap,SAP Dan Leaflet, Tugas-Tugas Kuliah Keperawatan Lainnya

03/03/17

Laporan Pendahuluan Congestive Heart Failure (CHF)

A.      Definisi
§  Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
§  Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/ kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer dan Triyanti, 2007).
§  Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau fungsi jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Darmojo, 2004 cit Ardini 2007).

B.       Klasifikasi
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas: (Mansjoer dan Triyanti, 2007)
kelas 1     Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tampa keluhan
kelas 2    Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
kelas 3     Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan.
kelas 4     Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus tirah baring.




C.      Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif (CHF) dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna, yaitu:
1.      Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia kronis/ berat.
2.      Faktor interna (dari dalam jantung)
a.         Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b.         Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c.         Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
d.         Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut

D.      Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal. Dapat dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO: Cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung); (2) Kontraktilitas (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium); (3) Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi baik pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir diastolik dan menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena; yang akan meningkatkan volume darah sentral yang selanjutnya meningkatkan preload. Meskipun adaptasi-adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat memperburuk kongesti pulmoner.
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer. Adaptasi ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi jika aktivasi ini sangat meningkat malah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Salah satu efek penting penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem rennin-angiotensin-aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan resistensi vaskuler perifer selanjutnya dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium dan cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin dalam sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada gagal jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium, yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator.


Tanda dan Gejala Penyakit Gagal Jantung Tanda serta gejala penyakit gagal jantung dapat dibedakan berdasarkan bagian mana dari jantung itu yang mengalami gangguan pemompaan darah, lebih jelasnya sebagai berikut :
1.      Gagal jantung sebelah kiri ; menyebabkan pengumpulan cairan di dalam paru-paru (edema pulmoner), yang menyebabkan sesak napas yang hebat. Pada awalnya sesak napas hanya dirasakan saat seseorang melakukan aktivitas, tetapi sejalan dengan memburuknya penyakit maka sesak napas juga akan timbul pada saat penderita tidak melakukan aktivitas. Sedangkan tanda lainnya adalah cepat letih (fatigue), gelisah/cemas (anxity), detak jantung cepat (tachycardia), batuk-batuk serta irama detak jantung tidak teratur (arrhythmia).
2.      Sedangkan Gagal jantung sebelah kanan ; cenderung mengakibatkan pengumpulan darah yang mengalir ke bagian kanan jantung, sehingga hal ini menyebabkan pembengkakan di kaki, pergelangan kaki, tungkai, perut (ascites) dan hati (hepatomegaly). Tanda lainnya adalah mual dan muntah, keletihan, detak jantung cepat serta sering buang air kecil di malam hari (Nocturia).

E.       Manifestasi klinik
1.         Peningkatan volume intravaskular.
2.         Kongesti jaringan akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat turunnya curah jantung.
3.         Edema pulmonal akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis yang menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli; dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek.
4.         Edema perifer umum dan penambahan berat badan akibat peningkatan tekanan vena sistemik.
5.         Pusing, kekacauan mental (confusion), keletihan, intoleransi jantung terhadap latihan dan suhu panas, ekstremitas dingin, dan oliguria akibat perfusi darah dari jantung ke jaringan dan organ yang rendah.
6.          Sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta peningkatan volume intravaskuler akibat tekanan perfusi ginjal yang menurun (pelepasan renin ginjal).
Sumber: Niken Jayanthi (2010)

F.        Studi Diagnostik CHF
1.         Hitung sel darah lengkap: anemia berat atau anemia gravis atau polisitemia vera
2.         Hitung sel darah putih: Lekositosis atau keadaan infeksi lain
3.         Analisa gas darah (AGD): menilai derajat gangguan keseimbangan asam basa baik metabolik maupun respiratorik.
4.         Fraksi lemak: peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL yang merupakan resiko CAD dan penurunan perfusi jaringan.
5.         Serum katekolamin: Pemeriksaan untuk mengesampingkan penyakit adrenal
6.         Sedimentasi meningkat akibat adanya inflamasi akut.
7.         Tes fungsi ginjal dan hati: menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap fungsi hepar atau ginjal.
8.         Tiroid: menilai peningkatan aktivitas tiroid.
9.         Echocardiogram: menilai senosis/ inkompetensi, pembesaran ruang jantung, hipertropi ventrikel.
10.     Cardiac scan: menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang penurunan kemampuan kontraksi.
11.     Rontgen toraks: untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
12.     Kateterisasi jantung: Menilai fraksi ejeksi ventrikel.
13.     EKG: menilai hipertropi atrium/ ventrikel, iskemia, infark, dan disritmia
Sumber: Wajan Juni Udjianti (2010)
G.     Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah:
ü Meningkatkan oksigenasi dengan terapi O2 dan menurunkan konsumsi oksigen dengan pembatasan aktivitas.
ü Meningkatkan kontraksi (kontraktilitas) otot jantung dengan digitalisasi.
ü Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan vasodilator.

Penatalaksanaan Medis
1.    Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2 melalui istirahat/ pembatasan aktifitas.
2.    Memperbaiki kontraktilitas otot jantung
v Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tirotoksikosis, miksedema, dan aritmia.
v Digitalisasi
a.         dosis digitalis
Ø  Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 mg dalam 4 - 6 dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari.
Ø  Digoksin IV 0,75 - 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
Ø  Cedilanid IV 1,2 - 1,6 mg dalam 24 jam.
b.        Dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari. untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
c.         Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
d.        Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat:
·           Digoksin: 1 - 1,5 mg IV perlahan-lahan.
·           Cedilamid 0,4 - 0,8 IV perlahan-lahan.
Sumber: Mansjoer dan Triyanti (2007)

Terapi Lain:
1.         Koreksi penyebab-penyebab utama yang dapat diperbaiki antara lain: lesi katup jantung, iskemia miokard, aritmia, depresi miokardium diinduksi alkohol, pirau intrakrdial, dan keadaan output tinggi.
2.          Edukasi tentang hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan.
3.         Posisi setengah duduk.
4.         Oksigenasi (2-3 liter/menit).
5.        Diet: pembatasan natrium (2 gr natrium atau 5 gr garam) ditujukan untuk mencegah, mengatur, dan mengurangi edema, seperti pada hipertensi dan gagal jantung. Rendah garam 2 gr disarankan pada gagal jantung ringan dan 1 gr pada gagal jantung berat. Jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
6.        Aktivitas fisik: pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi bila pasien stabil dianjurkan peningkatan aktivitas secara teratur. Latihan jasmani dapat berupa jalan kaki 3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan atau sedang.
7.         Hentikan rokok dan alkohol
8.         Revaskularisasi koroner
9.         Transplantasi jantung
10.     Kardoimioplasti






I.         Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1.        Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan frekuensi, dilatasi,   hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup
2.       Pola nafas tidak efektif b/d penurunan volume paru
3.       Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli



J.       RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1
Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup

NOC :
·         Cardiac Pump effectiveness
·         Circulation Status
·         Vital Sign Status
Kriteria Hasil:
·         Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
·         Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
·         Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
·         Tidak ada penurunan kesadaran
Cardiac Care
§  Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
§  Catat adanya disritmia jantung
§  Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
§  Monitor status kardiovaskuler
§  Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
§  Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
§  Monitor balance cairan
§  Monitor adanya perubahan tekanan darah
§  Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
§  Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
§  Monitor toleransi aktivitas pasien
§  Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
§  Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring
§  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
§  Catat adanya fluktuasi tekanan darah
§  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
§  Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
§  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
§  Monitor kualitas dari nadi
§  Monitor adanya pulsus paradoksus dan pulsus alterans
§  Monitor jumlah dan irama jantung dan monitor bunyi jantung
§  Monitor frekuensi dan irama pernapasan
§  Monitor suara paru, pola pernapasan abnormal
§  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
§  Monitor sianosis perifer
§  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
§  Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
2
Pola Nafas tidak efektif

Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak adekuat
Faktor yang berhubungan :
-          Hiperventilasi
-          Penurunan energi/kelelahan
-          Perusakan/pelemahan muskuloskletal
-          Obesitas
-          Kelelahan otot pernafasan
-          Hipoventilasi sindrom
-          Nyeri
-          Kecemasan
-          Disfungsi Neuromuskuler
-          Injuri tulang belakang
DS
-    Dyspnea
-    Nafas pendek
DO
-    Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
-    Penurunan pertukaran udara permenit
-    Menggunakan otot pernafasan tambahan
-    Orthopnea
-    Pernafasan pursed-lip
-    Tahap ekspirasi berlangsung sangat  lama
-    Penurunan kapasitas vital respirasi < 11- 24x/menit


NOC
§  Respiratory status : Ventilation
§  Respiratory status : Airway patency
§  Vital sign Status

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…. Pasien menunjukan keefektifan pola napas, dibuktikan dengan :

Kriteria Hasil :
v Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
v Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
v Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
NIC

·         Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
·         Pasang mayo bila perlu
·         Lakukan fisioterapi dada jika perlu
·         Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
·         Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
·         Berikan bronkodilator ……….
·         Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
·         Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
·         Monitor respirasi dan status O2
·         Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
·         Pertahankan jalan nafas yang paten
·         Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
·         Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
·         Monitor vital sign
·         Informasikan pada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas
·         Ajarkan bagaimana batuk secara efektif
·         Monitor pola nafas


3
Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli

Definisi :
Penurunan pemberian oksigen dalam kegagalan memberi makan jaringan pada tingkat kapiler
Batasan karakteristik :
Renal
-          Perubahan tekanan darah di luar batas parameter
-          Hematuria
-          Oliguri/anuria
-          Elevasi/penurunan BUN/rasio kreatinin
Gastro Intestinal 
-          Secara usus hipoaktif atau tidak ada
-          Nausea
-          Distensi abdomen
-          Nyeri abdomen atau tidak terasa lunak (tenderness)
Peripheral 
-          Edema
-          Tanda Homan positif
-          Perubahan karakteristik kulit (rambut, kuku, air/kelembaban)
-          Denyut nadi lemah atau tidak ada
-          Diskolorisasi kulit
-          Perubahan suhu kulit
-          Perubahan sensasi
-          Kebiru-biruan

-          Perubahan tekanan darah di ekstremitas
-          Bruit
-          Terlambat sembuh
-          Pulsasi arterial berkurang
-          Warna kulit pucat pada elevasi, warna tidak kembali pada penurunan kaki
Cerebral
-          Abnormalitas bicara
-          Kelemahan ekstremitas atau paralis
-          Perubahan status mental
-          Perubahan pada respon motorik
-          Perubahan reaksi pupil
-          Kesulitan untuk menelan
-          Perubahan kebiasaan
Kardiopulmonar 
-          Perubahan frekuensi respirasi di luar batas parameter
-          Penggunaan otot pernafasan tambahan
-          Balikkan kapiler > 3 detik (Capillary refill)
-          Abnormal gas darah arteri
-          Perasaan ”Impending Doom” (Takdir terancam)
-          Bronkospasme
-          Dyspnea
-          Aritmia
-          Hidung kemerahan
-          Retraksi dada
-          Nyeri dada


Faktor-faktor yang berhubungan :
-          Hipovolemia
-          Hipervolemia
-          Aliran arteri terputus
-          Exchange problems
-          Aliran vena terputus
-          Hipoventilasi
-          Reduksi mekanik pada vena dan atau aliran darah arteri
-          Kerusakan transport oksigen melalui alveolar dan atau membran kapiler
-          Tidak sebanding antara ventilasi dengan aliran darah
-          Keracunan enzim
-          Perubahan afinitas/ikatan O2 dengan Hb
-          Penurunan konsentrasi Hb dalam darah
NOC :
·         Circulation status
·         Tissue Prefusion : cerebral
Kriteria Hasil :
a.       mendemonstrasikan status sirkulasi
·         Tekanan systole dandiastole dalam rentang yang diharapkan
·         Tidak ada ortostatikhipertensi
·         Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)
b.       mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:
·   berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
·   menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
·   memproses informasi
·   membuat keputusan dengan benar
c.        menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran mambaik, tidak ada gerakan gerakan involunter
NIC :
Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer)
§  Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
§  Monitor adanya paretese
§  Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lsi atau laserasi
§  Gunakan sarun tangan untuk proteksi
§  Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
§  Monitor kemampuan BAB
§  Kolaborasi pemberian analgetik
§  Monitor adanya tromboplebitis
§  Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi















































































DAFTAR PUSTAKA

Ardini, Desta N. 2007. Perbedaaan Etiologi Gagal jantung Kongestif pada Usia Lanjut dengan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari - Desember 2006. Semarang: UNDIP
Jayanti, N. 2010. Gagal Jantung Kongestif. Dimuat dalam http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-gagal-jantung-kongestif/ (diakses pada 6 Februari 2012)
Johnson, M.,et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Mc Closkey, C.J., Iet all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika

Tidak ada komentar: