LP (Laporan Pendahuluan) Keperawatan Lengkap

Kumpulan Laporan Pendahuluan Keperawatan, Asuhan Keperawatan Lengkap,SAP Dan Leaflet, Tugas-Tugas Kuliah Keperawatan Lainnya

03/03/17

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR INTRA ABDOMEN

A.        DEFINISI
1.  TUMOR INTRA ABDOMEN
Tumor intra abdomen adalah pembengkakan atau tonjolan yang disebabkan oleh neoplasma, infeks. karena pertumbuhan baru massa abnormal di sel-sel yang berpoloferasi yang bersifat : autonom (tidak terkontrol), progresif (tumbuh tidak beraturan), tidak berguna.
2.     Tumor  adalah  :  merupakan  kumpulan  sel  abdormal  yang terbentuk  oleh  sel-sel  yang tumbuh  terus  mennerus,  tidak  terbatas,  tidak terkoordinasi  dengan  jaringan disekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh. (Kusuma, Budi 2001)
3.     Tumor adalah : benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan sel dengan pertumbuhan yang terbatas dan lonjong. (E. Oswari, 2000)
4.     Tumor adalah : massa padat  besar, meninggi dan berukuran lebih dari 2 cm. (Carwin, Elizabeth.J. 2000)
5.     Tumor abdomen : merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-beda, yang  disebabkan  oleh  sel  tubuh  yang  mengalami  transformasi  dan  tumbuh  secara autonom  lepas  dari  kendali  pertumbuhan  sel  normal,  sehingga  sel  tersebut  berbeda dari  sel  normal  dalam  bentuk  dan  strukturnya.  Secara  patologi  kelainan  ini  mudah erkelupas  dan  dapat  meluas  ke  retroperitonium,  dapat  terjadi  obstruksi  ureter  atau vena  kava  inferior.  Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang di bungkusnya tetapi tidak menginvasinya.

B.     ETIOLOGI
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya  pembelahan  sel  yang  abnormal. Pembedaan sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi aotonomnya dalam pertumbuhan, kemampuanya mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis.
Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara lain:
1.      Karsinogen
2.      Hormone
3.      Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan makanan yang     kurang berserat.
4.      Parasit :  parasit  schistososma  hematobin  yang  mengakibatkan  karsinoma planoseluler.
5.      Genetic
Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap obet-obatan.
6.      Insiden
Tumor adalah penyakit kedua setelah penyakit kardiovaskuler  yang  menyebabkan kematian utama di Amerika Serikat. Lebih dari 496.000 orang Amerika meninggal akibat proses maligna, setiap tahunnya.  Memperlihatkan  frekuensinya,  penyebab  kematian akibat tumor di Amerika Serikat meliputi kanker paru, prostate, dan area kolorektal pada pria dan pada tumor paru, payudara, dan area kolorektal pada wanita.(Smelstzer, Suzanne C.2001)

C.    PATOFISIOLOGI
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh mutasi ganetic  dari  DNA  seluler,  sel  abnormal  ini membentuk  kolon  dan  berpopliferasi  secar abnormal,  mengabaikan  sinyal  mengatur  pertumbuhan  dalam  lingkungan  sekitar  sel tersebut.
Sel-sel  neoplasma  mandapat  ener gi  terutama  dari  anaerob  karena kemampuan  sel  untuk  oksidasi  berkurang,  meskipun  mempunyai  enzim  yang  lengkap untuk oksidasi. Susunan  enzim  sel  uniform  sehingga  lebih  mengutamakan  berkembang  biak  yang membutuhkan  energi  unruk  anabolisme  daripada  untuk  berfungsi  yang  menghasilkan energi dengan jalan katabolisme.
Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan untuk membentuk  protioplasma dan energi, antara lain asam amino. Sel-sel neoplasma dapat mengalahkan sel-sel normal dalam mendapatkan bahan-bahan tersebut. (Kusuma, Budi drg. 2001).
Ketika  dicapai  suatu  tahap  dimana  sel  mendapatkan  ciri-ciri  invasi,  dan  terjadi perubahan  pada  jaringan  sekitarnya. Sel-sel  tersebut menginfiltrasi  jaringan  sekitar  dan memperoleh  akses  ke  limfe  dan  pembuluh-pembuluh  darah,  melalui  pembuluh  darah tersebut  sel-sel  dapat  terbawa  ke  area  lain  dalam  tubuh  untuk  membentuk  metastase (penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain.
Meskipun penyakit ini  dapat diuraikan secara umum seperti yang telah digunakan, namun  tumor  bukan  suatu  penyakit  tunggal  dengan  penyebab  tunggal : tetapi  lebih kepada suatu kelompok penyakit yang jelas denagn penyebab, metastase, pengobatan dan prognosa yang berbeda.(Smelstzer, Suzanne C.2001).

PATHWAY

D.    TANDA DAN GEJALA
1)  Hiperplasia
2)  Konsistensi tumor umumnya padat atau keras
3)  Tumor  epital  biasanya  mengandung  sedikit  jaringan  ikat  dan  apabila  berasal  dari masenkim  yang  banyak  mengandung  jaringan  ikat  maka  akan  elastic  kenyal  atau lunak.
4)  Kadang tampak hipervaskulari disekitar tumor.
5)  Biasa terjadi pengerutan dam mengalami retraksi.
6)  Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh limfe.
7)  Nyeri
8)  Anoreksia, mual, muntah.
9)  Penurunan berat badan.

E.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi meliputi :
1)       Marker tumor
Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang tumor atau oleh tubuh dalam berespon terhadap tumor.
2)       Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi_radio untuk menghasilkan gambaran berbagai struktur tubuh.
3)       CT Scan
Menggunakan pancaran  sinar  sempit  sinar-X  untuk  memindai  susunan  lapisan jaringan untuk memberikan pandangan potongan melintang.
4)       Flouroskopi
Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan perbedaan ketebalan antar jaringan; dapat mencakup penggunaan bahan kontras.


5)       Ultrasound
Echo  dari  gelombang  bunyi  berfrekuensi  tinggi  direkam  pada  layer  penerima, digunkan untuk mengkaji jaringan yang dalam di dalam tubuh.
6)       Endoskopi
Memvisualkan  langsung  rongga  tubuh  atau  saluran  dengan  memasukan  suatu  ke dalam  rongga  tubuh  atau  ostium  tubuh;  memungkinkan  dilakukannya  biopsy jaringan, aspirasi dan eksisi tumor yang kecil.
7)       Pencitraan kedokteran nuklir
Menggunakan  suntikan  intravena  atau  menelan  bahan  radiosisotope  yang  diikuti dengan    pencitraan  yang  menjadi  tempat  ber kumpulnya  radioisotope.(Smeltzer, Suzanne C.2001).

F.      PENATALAKASAAN MEDIS
1)       Pembedahan
Pembedahan adalah modalitas  penanganan  utama,  biasanya  gasterektoni subtotal atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi. Pasien  dengan tumor  lambung  tanpa  biopsy dan  tidak ada  bukti  matastatis jauh harus menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah pasien  harus  menjalani  prosedur  kuratif  atau  paliatif.  Komplikasi  yang  berkaitan dengan  tindakan  adalah  injeksi,  perdarahan,  ileus,  dan  kebocoran anastomoisis.(Smeltzer, Suzanne C. 2001)
2)       Radioterapi
Penggunaaan  partikel  energy  tinggi  untuk  menghancurkan  sel-sel  dalam pengobatan  tumor dapat  menyebabkan  perubahan  pada  DNA  dan  RNA  sel  tumor. Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi yaitu energy tertinggi dalam spektrum elektromagnetik.
3)       Kemoterapi
Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi tumor,  untuk  tumor  lambung  tingkat  tinggi  lanjutan  dan  pada  kombinasi  dengan terapi  radiasi  dengan  melawan  sel  dalam  proses pembelahan, tumor  dengan  fraksi pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.
4)       Bioterapi
Terapi  biologis  atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat untuk kanker dengan menstimulasi system imun(biologic response modifiers/BRM) berupa antibody  monoclonal,  vaksin,  factor  stimulasi  koloni,  interferon, interleukin.(Danielle Gale. 2000).


II.               KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.      PENGKAJIAN
Pengkajian    merupakan  tahap  awal  dan  merupak  dasar  proses  keperawatan diperlukan  pengkajian  yang  cermat  untuk  mengenal  masalah  klien  agar  dapat memberikan rah kepada tindakan keperawatan.
Keberhasilan  keperawatan  sanagat  tergantung  kepada  kecermatan  dan  ketelitian dalam  pengkajian.  Tahap  pengkajian  ini  terdiri  dari  empat  komponen  antara  lain  : pengelompokan data, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan.

Data dasar pengkajian klien :
a.       Aktivitas istirahat
Gejala : kelemahan dan keletihan
b.      Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri, dada pada pengarahan kerja.
Kebiasaan : perubahan pada TD
c.       Integritas ego
Gejala : alopesia, lesi cacat pembedahan
Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah

d.      Eliminasi
Gejala  :  perubahan  pada  pola  defekasi  misalnya  :  darah  pada  feces,  nyeri  pada defekasi. Perubahan eliminasi  urunarius  misalnya nyeri atau  ras terbakar  pada  saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
e.       Makanan/cairan
Gejala  : kebiasaan  diet buruk (  rendah  serat,  tinggi lemak,  aditif bahan pengawet). Anoreksisa, mual/muntah.
Intoleransi makanan
Perubahan  pada  berat  badan;  penurunan  berat  badan  hebat,  berkuranganya  massa otot.
Tanda : perubahan pada kelembapan/tugor kulit, edema.
f.       Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope.
g.      Nyeri/kenyamanan
Gejala  :  tidak  ada  nyeri  atau  derajat  bervariasi  misalnya  ketidaknyamanan  ringan sampai berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
h.      Pernafasan
Gejala : merokok(tembakau, mariyuana, hidup dengan sesoramh yang merokok.) Pemajanan asbes.
i.        Keamanan
Gejala :  pemajanan bahan kimia toksik. Karsinogen
Pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
j.        Seksualitas
Gejala  :  masalah  seksualitas  misalnya  dampak  pada  hubungan  perubahan  pada tingkat kepuasan. Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun. Multigravida, pasangan seks miltifel, aktivitas seksual dini.

k.      Interaksi social
Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sotem pendikung. Riwayat  perkawinan  ( berkenaan  dengan  kepuasan  di  rumah  dukungan,  atau bantuan).

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
Penentuan  diagnosa  keperawatan  harus  berdasarkan  analisa  data  dari  hasil pengkajian,  maka  diagnosa  keperawatan  yang  ditemukan  di  kelompokkan  menjadi diagnosa aktual, potensial dan kemungkinan. (Budianna Keliat, 1994,1). Beberapa  diagnosa  keperawatan  yang  mungkin  muncul  pada  pasien  dengan  tumor abdomen antara lain :
Pre operasi
a)      Nyeri (akut) b/d proses penyakit
b)      Ansietas b/d perubahan status kesehatan.
c)      Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi
Intra opreasi
a)      Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan efek anestesi (vasodilatasi)
b)      Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan efek anestesi (melemahkan otot – otot diafragma)
c)      Resiko injuri berhubungan dengan proses pembedahan (penggunaan alat cauther)
Post operasi
a)      Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan tindakan pembedahan.
b)      Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi.
c)      Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
d)     Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
e)      Kerusakan intregitas kulit/jaringan berhubungan dengan insisi bedah.
3.      PERENCANAAN
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibuat rencana tindakan untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah klien. (Budianna Keliat, 1994, 16)
Pre operasi
1.      Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
Kemungkinan dibuktikan oleh: keluhan nyeri, respon autonomic gelisah, perilaku berhati-hati
Hasil yang diharapkan :
a)      Melaporkan nyeri yang dirasakan menurun atau menghilang
b)      Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan

Intervensi
Rasional
1) Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi, durasi dan skala.
2) Berikan tindakan kenyaman dasar misal: massage punggung dan aktivitas hiburan misalnya music.
3) Dorong penggunaan keterampilan penggunaan keterampilan manajement nyeri misalnya relaksasi napas dalam.
4) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.

1) Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan / keefektifan intervensi.
2) Dapat meningkatkan relaksasi
3) Memungkinkan klien untuk berpartisipasi secara aktif dalam meningkatkan rasa control.
4) Analgetik dapat menghambat stimulus nyeri.


2.      Ansietas/cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Kemungkinan dibuktikan oleh: peningkatan ketegangan, gelisah, mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup.
Hasil yang diharapkan :
a)      Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut
b)      Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat diatasi.
c)      Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping  efektif  dan  partisipasi aktif dalam pengaturan obat.

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
1.      Memberikan kesempatan untuk memeriksa takut realistis serta kesalahan konsep tentang diagnosis
2.      Berikan lingkungan terbuka sehingga klien merasa aman untuk mendiskusikan perasaannya
2.      Membantu klien merasa diterima pada kondisinya tanpa perasaan dihakimi dan meningkatkan rasa terhormat
3.      Pertahankan kontak sesering mungkin dengan klien.
3.      Memberikan keyakinan bahwa klien tidak sendiri atau ditolak.
4.      Bantu klien/keluarga dalam mengenali dan mengklasifikasikan rasa takut untuk memulai mengembangkan strategi koping.
4.      Dukungan dan konseling sesering diperlukan untuk memungkinkan individu mengenal dan menghadapi rasa takut.
5.      Berikan informasi yang akurat
5.      Dapat menurunkan ansietas 



3.      Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi
Tujuan : dapat mengungkapkan informasi akurat tentang diagnose dan aturan pengobatan.
Kriteria Hasil :
a.       Pasien paham mengenai penyakitnya
b.      Pasien menerima proses pengobatan dengan baik

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Tinjau ulang dengan klien/orang tedekat pemahaman diagnose khusus, alternative pengobatan dan sifat harapan.   
-          Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini mengidentifikasi kebutuhan belajar dan memberiakan dasar pengobatan dimana klien membuat keputusan berdasarkan informasi.    
2.      Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatan kanker
-          Membantu identifiokasi ide, sikap, rasa takut, kesalahan konsepsi, dan kesenjanagan pengetahaun tentang kanker.
3.      Tinjau ulang aturan pengobatan khusus dan penggunaan obat yang dijual bebas. 
-          Meningkatkan kemampuan untuk mengatur perwatan diri dan menghindari potensial, komplikasi, reaksi/interaksi obat.
4.      Tinjau ulang dengan klien/orang terdekat pentingnya mempertahankan status nutrisi optimal.
-          Meningkatkan kesejateraan, memudahkan pemulihan dan memumgkinkan klien mentoleransi pengobatan
5.      Anjurkan meningkatkan masukan cairan dan serta dalam diet serta latihan teratur.
-          Meperbaiki konsistensi feces dan merangsang peristaltic.

Intra opresasi
1.         Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan efek anestesi (vasokontriksi).
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung
Kriteria hasil : Tekanan darah dalam batas normal, tidak terjadi hipotensi.
Rencana tindakan :
a)      Pantau atau catat kecenderungan frekuensi jantung dan tekanan darah khususnya terjadinya hipotensi.
Rasional : Hipotensi dapat terjadi akibat kekurangan cairan dan vasokontriksi pembuluh darah.
b)      Catat suhu kulit atau warna dan kualitas atau kesamaan nadi perifer.
Rasional : kulit hangat, merah muda dan nadi kuat indikator curah jantung adekuat.
c)      Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan oksigenisasi maksimal, menurunkan kerja jantung.
d)      Kolaborasi dalam pemberian cairan elektrolit dan obat sesuai indikasi.
Rasional : kebutuhan pasien terpenuhi tergantung tipe pembedahan.

2.         Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan efek anestesi (relaksasi otot – otot diafragma).
Tujuan : Pola nafas efektif
Kriteria hasil : pola nafas normal (18 – 20 x/menit)/efektif, tidak terjadi sianosis atau tanda – tanda hipoksia
Rencana tindakan :
a)      Pertahankan jalan udara pasien
Rasional : Mencegah obstruksi jalan nafas
b)      Catat frekuensi dan kedalaman pernafasan pasien
Rasional : Memastikan efektifitas pernafasan sehingga upaya memperbaikinya dapat segera dilakukan.


c)      Pantau TTV secara terus menerus
Rasional : Meningkatnya pernafasan, takikardi, bradhikardi, menunjukkan kemungkinan hipoksia
d)      Posisikan pasien pada posisi yang sesuai dengan jenis pembedahan dan anestesi
Rasional : Posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada lobus paru dan menurunkan tekanan pada diafragma
e)      Observasi fungsi otot terutama otot pernafasan
Rasional : Obat anestesi dalam proses pembedahan dapat menimbulkan relaksasi pada otot pernafasan.
3.         Risiko injuri berhubungan dengan proses pembedahan (penggunaan alat cauther).
Tujuan : Cedera tidak terjadi
Kriteria hasil : Meningkatkan keamanan dan menggunakan sumber – sumber secara tepat
Rencana tindakan :
a)      Antisipasi gerakan jalur dan mendukung posisi pasien yang tepat
Rasional : Mencegah tegangan atau dislokalisasi
b)      Pastikan keamanan elektrikal dan alat – alat yang dipergunakan selama prosedur operasi
Rasional : pemeriksaan alat – alat elektrik secara periodik penting dilakukan untuk keamanan pasien dan tindakan operasi
c)      Lindungi sekitar kulit dan anatomi yang sesuai menggunakan handuk basah, spon dan penghentian pendarahan
Rasional : mencegah kerusakan integritas kulit dan beri batasan perlukaan anatomi pada area operasi
d)      Berikan petunjuk yang sederhana dan singkat pada pasien yang sadar
Rasional : membantu pasien dalam memahami prosedur yang dilakukan sehingga mengurangi resiko cedera

Post operasi
1.      Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan tindakan pembedahan.
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat denga membrane mukosa lembab, turgor kulit dan pengisian kapiler baik tanda vital stabil dan haluaran urien adekuat. 

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Pantau tanda-tanda vital dengan sering. Periksa balutan luka dengan sering selama 24 jam pertama terhadap tanda-tanda darah merah terang dan berlebihan.
·         Tanda-tanda awal hemoragi usus dan pembentukan hematoma yang dapat menyebabkan syok hepovelemik.

2.      Palpasi nadi periver. Evaluasi pengisian kapiler turgor kulit, dan status membrane mukosa.
·         Memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat hidrasi.
3.      Perhatikan adanya edema.    
·         Edema dapat terjadi Karena perpindahan cairan berkenaan dengan penurunan kadar albumin (protein).
4.      Pantau masukan dan haluaran.
·         Indikator langsung dari hidrasi organ dan fungsi. Memberikan pedoman untuk  penggantian cairan.

5.      Pantau suhu tubuh. 
·         Demam rendah umum selama 24-48 jam pertama dan dapat menambah kehilangan cairan.  
2.      Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
Tujuan  :  Resiko infeksi tidak terjadi.
Kriteria : Luka sembuh dengan baik, verband tidak basah dan tidak ada tanda- tanda infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor). 

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Kaji tanda-tanda infeksi dan vital sign.
·         Mengetahui tanda-tanda infeksi dan menentukan intervensi selanjutnya.
2.      Gunakan tehnik septik dan antiseptic.
·         Dapat mencegah terjadinya kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi.
3.      Berikan penyuluhan tentang cara pencegahan infeksi.
·         Memberikan pengertian kepada klien agar dapat mengetahui tentang perawatan luka.
4.      Penatalaksanaan pemberian obat antibiotik.
·         Obat antibiotik dapat membunuh kuman penyebab infeksi

3.      Nyeri akut berhubungan dengan luka operasi
Tujuan : Nyeri berkurang
Kriteria hasil : Melaporkan nyeri terkontrol , tampak rileks dan mampu istirahat dengan tepat
Tindakan keperawatan
a.       Catat petunjuk non-verbal mislanya gelisah, menolak untuk bergerak , berhati – hati dengan abdomen.
Rasional : Bahasa tubuh / non-verbal dapat secara psikologis dan fisiologik dapat digunakan sebagi petunjuk verbal untuk mengidentifikasi nyeri.
b.      Kaji skala nyeri, catat lokasi, karakteristik ( sakal 0-10 ) selidiki dan laporkan perubahan nyeri yang tepat
Rasional : Berguna dalam pengawasan keefektifan obat ,kemajuan penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Ø  Carpenito, Lynda Juall. 1995.  Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6. Jakarta : EGC. 
Ø  Ganong, F. William. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta : EGC.
Ø  Marrilyn, E. Doengus. 1999.  Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 . Jakarta : EGC.
Ø  Smelster, Suzanne C. 2001.  Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2 . Jakarta : EGC.

Tidak ada komentar: