1. TUMOR INTRA ABDOMEN
Tumor intra abdomen adalah
pembengkakan atau tonjolan yang disebabkan oleh neoplasma, infeks. karena
pertumbuhan baru massa abnormal di sel-sel yang berpoloferasi yang bersifat :
autonom (tidak terkontrol), progresif (tumbuh tidak beraturan), tidak berguna.
2.
Tumor adalah : merupakan kumpulan sel
abdormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh
terus mennerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi
dengan jaringan disekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh. (Kusuma,
Budi 2001)
3.
Tumor adalah : benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan sel dengan pertumbuhan
yang terbatas dan lonjong. (E. Oswari, 2000)
4.
Tumor adalah : massa padat besar, meninggi dan berukuran lebih dari 2 cm.
(Carwin, Elizabeth.J. 2000)
5.
Tumor abdomen : merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-beda,
yang disebabkan oleh sel tubuh yang
mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom
lepas dari kendali pertumbuhan sel normal,
sehingga sel tersebut berbeda dari sel
normal dalam bentuk dan strukturnya. Secara
patologi kelainan ini mudah erkelupas dan
dapat meluas ke retroperitonium, dapat
terjadi obstruksi ureter atau vena kava
inferior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur
yang di bungkusnya tetapi tidak menginvasinya.
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya tumor
karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal.
Pembedaan sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan
fungsi aotonomnya dalam pertumbuhan, kemampuanya mengadakan infiltrasi dan
menyebabkan metastasis.
Ada beberapa factor yang
dapat menyebabkan terjadinya tumor antara lain:
1.
Karsinogen
2.
Hormone
3.
Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan makanan yang kurang berserat.
4.
Parasit : parasit schistososma hematobin yang
mengakibatkan karsinoma planoseluler.
5.
Genetic
Infeksi, trauma,
hipersensitivitas terhadap obet-obatan.
6.
Insiden
Tumor adalah penyakit
kedua setelah penyakit kardiovaskuler yang menyebabkan kematian
utama di Amerika Serikat. Lebih dari 496.000 orang Amerika meninggal akibat
proses maligna, setiap tahunnya. Memperlihatkan frekuensinya,
penyebab kematian akibat tumor di Amerika Serikat meliputi kanker paru,
prostate, dan area kolorektal pada pria dan pada tumor paru, payudara, dan area
kolorektal pada wanita.(Smelstzer, Suzanne C.2001)
C. PATOFISIOLOGI
Tumor adalah proses
penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh mutasi ganetic
dari DNA seluler, sel abnormal ini
membentuk kolon dan berpopliferasi secar
abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan
dalam lingkungan sekitar sel tersebut.
Sel-sel
neoplasma mandapat ener gi terutama dari anaerob
karena kemampuan sel untuk oksidasi berkurang,
meskipun mempunyai enzim yang lengkap untuk oksidasi.
Susunan enzim sel uniform sehingga lebih
mengutamakan berkembang biak yang membutuhkan
energi unruk anabolisme daripada untuk berfungsi
yang menghasilkan energi dengan jalan katabolisme.
Jaringan yang tumbuh
memerlukan bahan-bahan untuk membentuk protioplasma dan energi, antara
lain asam amino. Sel-sel neoplasma dapat mengalahkan sel-sel normal dalam
mendapatkan bahan-bahan tersebut. (Kusuma, Budi drg. 2001).
Ketika dicapai
suatu tahap dimana sel mendapatkan
ciri-ciri invasi, dan terjadi perubahan pada
jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi
jaringan sekitar dan memperoleh akses ke
limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui
pembuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa
ke area lain dalam tubuh untuk
membentuk metastase (penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain.
Meskipun penyakit
ini dapat diuraikan secara umum seperti yang telah digunakan, namun
tumor bukan suatu penyakit tunggal dengan
penyebab tunggal : tetapi lebih kepada suatu kelompok penyakit yang
jelas denagn penyebab, metastase, pengobatan dan prognosa yang berbeda.(Smelstzer,
Suzanne C.2001).
PATHWAY
D. TANDA DAN GEJALA
1) Hiperplasia
2) Konsistensi tumor
umumnya padat atau keras
3) Tumor
epital biasanya mengandung sedikit jaringan
ikat dan apabila berasal dari masenkim yang
banyak mengandung jaringan ikat maka akan elastic
kenyal atau lunak.
4) Kadang tampak
hipervaskulari disekitar tumor.
5) Biasa terjadi
pengerutan dam mengalami retraksi.
6) Edema disekitar
tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh limfe.
7) Nyeri
8) Anoreksia, mual,
muntah.
9) Penurunan berat
badan.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Prosedur diagnostik yang
biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi meliputi :
1)
Marker tumor
Substansi yang ditemukan
dalam darah atau cairan tubuh lain yang tumor atau oleh tubuh dalam berespon
terhadap tumor.
2)
Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
Penggunaan medan magnet
dan sinyal frekuensi_radio untuk menghasilkan gambaran berbagai struktur tubuh.
3)
CT Scan
Menggunakan pancaran
sinar sempit sinar-X untuk memindai susunan
lapisan jaringan untuk memberikan pandangan potongan melintang.
4)
Flouroskopi
Menggunakan sinar-X yang
memperlihatkan perbedaan ketebalan antar jaringan; dapat mencakup penggunaan
bahan kontras.
5)
Ultrasound
Echo dari
gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam
pada layer penerima, digunkan untuk mengkaji jaringan yang dalam di
dalam tubuh.
6)
Endoskopi
Memvisualkan
langsung rongga tubuh atau saluran dengan
memasukan suatu ke dalam rongga tubuh atau
ostium tubuh; memungkinkan dilakukannya biopsy
jaringan, aspirasi dan eksisi tumor yang kecil.
7)
Pencitraan kedokteran nuklir
Menggunakan
suntikan intravena atau menelan bahan
radiosisotope yang diikuti dengan
pencitraan yang menjadi tempat ber kumpulnya
radioisotope.(Smeltzer, Suzanne C.2001).
F. PENATALAKASAAN MEDIS
1)
Pembedahan
Pembedahan adalah
modalitas penanganan utama, biasanya gasterektoni
subtotal atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi.
Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan
tidak ada bukti matastatis jauh harus menjalani laparotomi
eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah pasien harus
menjalani prosedur kuratif atau paliatif.
Komplikasi yang berkaitan dengan tindakan adalah
injeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran
anastomoisis.(Smeltzer, Suzanne C. 2001)
2)
Radioterapi
Penggunaaan
partikel energy tinggi untuk menghancurkan
sel-sel dalam pengobatan tumor dapat menyebabkan
perubahan pada DNA dan RNA sel tumor. Bentuk
energy yang digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi yaitu energy
tertinggi dalam spektrum elektromagnetik.
3)
Kemoterapi
Kemoterapi sekarang telah
digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi tumor, untuk
tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan
pada kombinasi dengan terapi radiasi dengan
melawan sel dalam proses pembelahan, tumor dengan
fraksi pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.
4)
Bioterapi
Terapi
biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat untuk kanker
dengan menstimulasi system imun(biologic response modifiers/BRM) berupa
antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi
koloni, interferon, interleukin.(Danielle Gale. 2000).
II.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
Pengkajian
merupakan tahap awal dan merupak dasar
proses keperawatan diperlukan pengkajian yang
cermat untuk mengenal masalah klien agar
dapat memberikan rah kepada tindakan keperawatan.
Keberhasilan keperawatan
sanagat tergantung kepada kecermatan dan
ketelitian dalam pengkajian. Tahap pengkajian ini
terdiri dari empat komponen antara lain :
pengelompokan data, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan.
Data dasar pengkajian
klien :
a.
Aktivitas istirahat
Gejala : kelemahan dan
keletihan
b.
Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri,
dada pada pengarahan kerja.
Kebiasaan : perubahan pada
TD
c.
Integritas ego
Gejala : alopesia, lesi
cacat pembedahan
Tanda : menyangkal, menarik
diri dan marah
d.
Eliminasi
Gejala :
perubahan pada pola defekasi misalnya :
darah pada feces, nyeri pada defekasi. Perubahan
eliminasi urunarius misalnya nyeri atau ras terbakar
pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda : perubahan pada
bising usus, distensi abdomen.
e.
Makanan/cairan
Gejala :
kebiasaan diet buruk ( rendah serat, tinggi
lemak, aditif bahan pengawet). Anoreksisa, mual/muntah.
Intoleransi makanan
Perubahan pada
berat badan; penurunan berat badan hebat,
berkuranganya massa otot.
Tanda : perubahan pada
kelembapan/tugor kulit, edema.
f.
Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope.
g.
Nyeri/kenyamanan
Gejala :
tidak ada nyeri atau derajat bervariasi
misalnya ketidaknyamanan ringan sampai berat (dihubungkan dengan
proses penyakit)
h.
Pernafasan
Gejala : merokok(tembakau,
mariyuana, hidup dengan sesoramh yang merokok.) Pemajanan asbes.
i.
Keamanan
Gejala : pemajanan
bahan kimia toksik. Karsinogen
Pemajanan matahari
lama/berlebihan.
Tanda : demam, ruam kulit,
ulserasi.
j.
Seksualitas
Gejala :
masalah seksualitas misalnya dampak pada
hubungan perubahan pada tingkat kepuasan. Nuligravida lebih besar
dari usia 30 tahun. Multigravida, pasangan seks miltifel, aktivitas seksual
dini.
k.
Interaksi social
Gejala :
ketidakadekuatan/kelemahan sotem pendikung. Riwayat perkawinan (
berkenaan dengan kepuasan di rumah
dukungan, atau bantuan).
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Penentuan
diagnosa keperawatan harus berdasarkan analisa
data dari hasil pengkajian, maka diagnosa
keperawatan yang ditemukan di kelompokkan menjadi
diagnosa aktual, potensial dan kemungkinan. (Budianna Keliat, 1994,1).
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada pasien dengan tumor abdomen antara lain :
Pre operasi
a)
Nyeri (akut) b/d proses penyakit
b)
Ansietas b/d perubahan status kesehatan.
c)
Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi
Intra opreasi
a)
Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan efek anestesi (vasodilatasi)
b)
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan efek anestesi (melemahkan otot –
otot diafragma)
c)
Resiko injuri berhubungan dengan proses pembedahan (penggunaan alat cauther)
Post operasi
a)
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan tindakan
pembedahan.
b)
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan
operasi.
c)
Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
d)
Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
e)
Kerusakan intregitas kulit/jaringan berhubungan dengan insisi bedah.
3.
PERENCANAAN
Setelah merumuskan
diagnosa keperawatan, dibuat rencana tindakan untuk mengurangi, menghilangkan
dan mencegah masalah klien. (Budianna Keliat, 1994, 16)
Pre operasi
1.
Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
Kemungkinan dibuktikan
oleh: keluhan nyeri, respon autonomic gelisah, perilaku berhati-hati
Hasil yang diharapkan :
a)
Melaporkan nyeri yang dirasakan menurun atau menghilang
b)
Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
Intervensi
Rasional
1) Tentukan riwayat nyeri
misalnya lokasi, durasi dan skala.
2) Berikan tindakan
kenyaman dasar misal: massage punggung dan aktivitas hiburan misalnya music.
3) Dorong penggunaan
keterampilan penggunaan keterampilan manajement nyeri misalnya relaksasi napas
dalam.
4) Kolaborasi pemberian
analgetik sesuai indikasi.
1) Informasi memberikan
data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan / keefektifan intervensi.
2) Dapat meningkatkan
relaksasi
3) Memungkinkan klien
untuk berpartisipasi secara aktif dalam meningkatkan rasa control.
4) Analgetik dapat
menghambat stimulus nyeri.
2.
Ansietas/cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Kemungkinan dibuktikan
oleh: peningkatan ketegangan, gelisah, mengekspresikan masalah mengenai
perubahan dalam kejadian hidup.
Hasil yang diharapkan :
a)
Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut
b)
Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat diatasi.
c)
Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan
partisipasi aktif dalam pengaturan obat.
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
1.
Memberikan kesempatan untuk memeriksa takut realistis serta kesalahan konsep
tentang diagnosis
2.
Berikan lingkungan terbuka sehingga klien merasa aman untuk mendiskusikan
perasaannya
2.
Membantu klien merasa diterima pada kondisinya tanpa perasaan dihakimi dan
meningkatkan rasa terhormat
3.
Pertahankan kontak sesering mungkin dengan klien.
3.
Memberikan keyakinan bahwa klien tidak sendiri atau ditolak.
4.
Bantu klien/keluarga dalam mengenali dan mengklasifikasikan rasa takut untuk
memulai mengembangkan strategi koping.
4.
Dukungan dan konseling sesering diperlukan untuk memungkinkan individu mengenal
dan menghadapi rasa takut.
5.
Berikan informasi yang akurat
5.
Dapat menurunkan ansietas
3.
Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi
Tujuan : dapat
mengungkapkan informasi akurat tentang diagnose dan aturan pengobatan.
Kriteria Hasil :
a.
Pasien paham mengenai penyakitnya
b.
Pasien menerima proses pengobatan dengan baik
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Tinjau ulang dengan klien/orang tedekat pemahaman diagnose khusus, alternative
pengobatan dan sifat harapan.
-
Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini mengidentifikasi kebutuhan belajar dan
memberiakan dasar pengobatan dimana klien membuat keputusan berdasarkan
informasi.
2.
Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatan kanker
-
Membantu identifiokasi ide, sikap, rasa takut, kesalahan konsepsi, dan
kesenjanagan pengetahaun tentang kanker.
3.
Tinjau ulang aturan pengobatan khusus dan penggunaan obat yang dijual
bebas.
-
Meningkatkan kemampuan untuk mengatur perwatan diri dan menghindari potensial,
komplikasi, reaksi/interaksi obat.
4.
Tinjau ulang dengan klien/orang terdekat pentingnya mempertahankan status
nutrisi optimal.
-
Meningkatkan kesejateraan, memudahkan pemulihan dan memumgkinkan klien
mentoleransi pengobatan
5.
Anjurkan meningkatkan masukan cairan dan serta dalam diet serta latihan
teratur.
-
Meperbaiki konsistensi feces dan merangsang peristaltic.
Intra opresasi
1.
Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan efek anestesi
(vasokontriksi).
Tujuan : Tidak terjadi
penurunan curah jantung
Kriteria hasil : Tekanan
darah dalam batas normal, tidak terjadi hipotensi.
Rencana tindakan :
a)
Pantau atau catat kecenderungan frekuensi jantung dan tekanan darah khususnya
terjadinya hipotensi.
Rasional : Hipotensi dapat
terjadi akibat kekurangan cairan dan vasokontriksi pembuluh darah.
b)
Catat suhu kulit atau warna dan kualitas atau kesamaan nadi perifer.
Rasional : kulit hangat,
merah muda dan nadi kuat indikator curah jantung adekuat.
c)
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan
oksigenisasi maksimal, menurunkan kerja jantung.
d)
Kolaborasi dalam pemberian cairan elektrolit dan obat sesuai indikasi.
Rasional : kebutuhan
pasien terpenuhi tergantung tipe pembedahan.
2.
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan efek anestesi (relaksasi otot –
otot diafragma).
Tujuan : Pola nafas
efektif
Kriteria hasil : pola
nafas normal (18 – 20 x/menit)/efektif, tidak terjadi sianosis atau tanda –
tanda hipoksia
Rencana tindakan :
a)
Pertahankan jalan udara pasien
Rasional : Mencegah
obstruksi jalan nafas
b)
Catat frekuensi dan kedalaman pernafasan pasien
Rasional : Memastikan
efektifitas pernafasan sehingga upaya memperbaikinya dapat segera dilakukan.
c)
Pantau TTV secara terus menerus
Rasional : Meningkatnya
pernafasan, takikardi, bradhikardi, menunjukkan kemungkinan hipoksia
d)
Posisikan pasien pada posisi yang sesuai dengan jenis pembedahan dan anestesi
Rasional : Posisi yang
benar akan mendorong ventilasi pada lobus paru dan menurunkan tekanan pada
diafragma
e)
Observasi fungsi otot terutama otot pernafasan
Rasional : Obat anestesi
dalam proses pembedahan dapat menimbulkan relaksasi pada otot pernafasan.
3.
Risiko injuri berhubungan dengan proses pembedahan (penggunaan alat cauther).
Tujuan : Cedera tidak
terjadi
Kriteria hasil : Meningkatkan
keamanan dan menggunakan sumber – sumber secara tepat
Rencana tindakan :
a)
Antisipasi gerakan jalur dan mendukung posisi pasien yang tepat
Rasional : Mencegah
tegangan atau dislokalisasi
b)
Pastikan keamanan elektrikal dan alat – alat yang dipergunakan selama prosedur
operasi
Rasional : pemeriksaan
alat – alat elektrik secara periodik penting dilakukan untuk keamanan pasien
dan tindakan operasi
c)
Lindungi sekitar kulit dan anatomi yang sesuai menggunakan handuk basah, spon
dan penghentian pendarahan
Rasional : mencegah
kerusakan integritas kulit dan beri batasan perlukaan anatomi pada area operasi
d)
Berikan petunjuk yang sederhana dan singkat pada pasien yang sadar
Rasional : membantu pasien
dalam memahami prosedur yang dilakukan sehingga mengurangi resiko cedera
Post operasi
1.
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan tindakan
pembedahan.
Tujuan : Mempertahankan
volume cairan adekuat denga membrane mukosa lembab, turgor kulit dan pengisian
kapiler baik tanda vital stabil dan haluaran urien adekuat.
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Pantau tanda-tanda vital dengan sering. Periksa balutan luka dengan sering
selama 24 jam pertama terhadap tanda-tanda darah merah terang dan berlebihan.
·
Tanda-tanda awal hemoragi usus dan pembentukan hematoma yang dapat menyebabkan
syok hepovelemik.
2.
Palpasi nadi periver. Evaluasi pengisian kapiler turgor kulit, dan status
membrane mukosa.
·
Memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat hidrasi.
3.
Perhatikan adanya edema.
·
Edema dapat terjadi Karena perpindahan cairan berkenaan dengan penurunan kadar
albumin (protein).
4.
Pantau masukan dan haluaran.
·
Indikator langsung dari hidrasi organ dan fungsi. Memberikan pedoman
untuk penggantian cairan.
5.
Pantau suhu tubuh.
·
Demam rendah umum selama 24-48 jam pertama dan dapat menambah kehilangan
cairan.
2.
Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
Tujuan :
Resiko infeksi tidak terjadi.
Kriteria : Luka sembuh
dengan baik, verband tidak basah dan tidak ada tanda- tanda infeksi (kalor,
dolor, rubor, tumor).
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Kaji tanda-tanda infeksi dan vital sign.
·
Mengetahui tanda-tanda infeksi dan menentukan intervensi selanjutnya.
2.
Gunakan tehnik septik dan antiseptic.
·
Dapat mencegah terjadinya kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi.
3.
Berikan penyuluhan tentang cara pencegahan infeksi.
·
Memberikan pengertian kepada klien agar dapat mengetahui tentang perawatan
luka.
4.
Penatalaksanaan pemberian obat antibiotik.
·
Obat antibiotik dapat membunuh kuman penyebab infeksi
3.
Nyeri akut berhubungan dengan luka operasi
Tujuan : Nyeri berkurang
Kriteria hasil :
Melaporkan nyeri terkontrol , tampak rileks dan mampu istirahat dengan tepat
Tindakan keperawatan
a.
Catat petunjuk non-verbal mislanya gelisah, menolak untuk bergerak , berhati –
hati dengan abdomen.
Rasional : Bahasa tubuh /
non-verbal dapat secara psikologis dan fisiologik dapat digunakan sebagi
petunjuk verbal untuk mengidentifikasi nyeri.
b.
Kaji skala nyeri, catat lokasi, karakteristik ( sakal 0-10 ) selidiki dan
laporkan perubahan nyeri yang tepat
Rasional : Berguna dalam
pengawasan keefektifan obat ,kemajuan penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Carpenito, Lynda Juall.
1995. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6. Jakarta
: EGC.
Ø Ganong, F. William. 1998.
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta : EGC.
Ø Marrilyn, E. Doengus.
1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 . Jakarta : EGC.
Ø Smelster, Suzanne C. 2001.
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2 . Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar