LAPORAN
PENDAHAULUAN
GANGGUAN
PROSES PIKIR
WAHAM
ATAU DELUSI
Lihat Versi Doc Klik Disini
A. Defenisis WAHAM
- Waham adalah keyakinan pribadi palsu yang tidak
sesuai dengan kecerdasan seseorang atau latar belakakng budaya. Individu
terus untuk memiliki keyakinan meskipun bukti jelas bahwa itu adalah palsu
atau tudak rasional (Townsend, 2014)
- Waham adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keyakinan palsu didasarkan pada kesimpulan yang salah
tentang realitas eksternal yang jelas (shives, 2012)
- Waham adalah keyakinan seseorang yang
berdasarkan penialian realitas yang salah, keyakinan klien tidak konsisten
dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien. (kliat, 2011)
- Waham/ Gangguan proses pikit adalah Disrupsi/
kekacauan dari proses kognitif (Nanda I 2011)
- Waham adalah dengan psikotik dan fase penyakit skizhofrenia biasanya mengalami ( keyakinan palsu menetap tanpa dasar dalam realitas. Karakteristik penderita skizhophrenia adalah waham langsung dan klien memegang keyakinan ini, keyakinan yang tidak sesuai (Videbeck, 2011)
B. Klasifikasi Waham
Menururt Shives 2012 , waham dibagi menjadi :
1. Waham Persecutory/ kejar : Waham ini percaya bahwa ada yang
bersekongkol melawan, memata-matai, meracuni atau dibius, ditipu, dan fitnah
jahat.
2. Waham Cemburu : Seseorang meyakini bahwa orang yang dicintai atau
orang yang disayangi atau orang penting lainnya adalah setia. Waham ini terjasi
biasanya pada seorang yang dengan penyakit psikiatri sebelumnya.
3. Waham Erotonamic : Keyakinan bahwa seseorang yang berstatus sosial
tinggi atau seorang public Figure mencintainya, keyakinan ini biasnya terjadi
pada wanita.
4. Waham Kebesran : Seorang
meyakini bahwa dirinya memiliki kedudukan penting atau sebagai seorang yang
penting. ( Misalnya : seorang meyakini
bahwa dirinya adalah seorang yang membuat penemuan penting)
5. Waham Somatik :
Keyakinan bahwa dirinya mengalami kecacatan akan tetapi dalam
pemeriksaan medis tidak terjadi gangguan.
Menurut Townsend (2014 )
waham dibagi menjadi :
1. Tipe Erotomanic : Individu percaya bahwa seseorang, biasnya
dari status yang lebih tinggi , jatuh cinta dengan dia. Orang terkenal sering
subyek waham erotmanic, kadang-kadang waham dirahasiakan, tetapi beberapa orang
mungkin mengikuti, menghubungi, atau jika tidak mencoba untuk mengejar obyek
khayalan mereka.
2. Tipe Kebesaran : Individu dengan waham megah memilki
irasional ide-ide tentang nilai mereka sendiri, bakat, pengetahuan, atau
kekuasaan. Mereka mungkin percaya bahwa mereka memilki hubungan khusu dengan
orang terkenal atau bahkan menganggap identitas orang terkenal ( percaya bahwa
orang yang sebenarnya adalah seorang penipu).
3. Tipe cemburu :
Isi waham cemburu berpusat pada gagasan bahwa pasangan seksual seseorang
tidak setia. Idenya adalah tidak rasional dan tanpa sebab, tetapi individu
dengan pencarian khayalan bukti untuk membenarkan keyakinan. Pasangan seksual
dihadapkan (dan kadang-kadang diserang secara fisik) mengenai oerselingkuhan
dibayangkan.
4. Tipe persecutory :
dalam waham persutory, yang paling umum jenis, individu percaya bahwa
mereka sedang dianiaya atau dengki diperlakukan dalam beberapa cara. Sering
tema termasuk yang diplotkan terhadap, ditipu, diikuti dan dimata-matai,
keracunan, atau dibius. Individu mungkin terobsesi dan membesar-besarkan sebuah
penolakan sedikit (baik banyak membayangkan) sampai fokus dari sistem warna.
5. Tipe somatik :
Individu dengan tipe waham somatik percaya mereka memilki beberapa jenis
kondisi medis umum
6. Tipe Campuran :
Ketika gangguan dicampur, waham yang menonjol, tetapi ada satu tema yang
menonjol.
C.
Proses terjadinya Waham
Penyebab
skizofrenia masih belum pasti. Paling kemungkinan ada faktor tunggal dapat
terlibat dalam etiologi, bukan penyakit, ini mungkin hasil dari kombinasi
pengaruh termasuk biologi, psikologi dan faktor lingkungan. Faktor predisposisi
menurut (Townsend, 2014)
1. Pengaruh
biologis
Genetika bukti kerentanan genetik
skizofrenia berkembang. Studi menunjukkan bahwa individu dengan skizofrenia
memiliki banyak probabailitas lebih tinggi terkena penyakit dari populasi umu.
Bagaimanapun skizofrenia diwariskan tidak pasti. Penanda biologis belum
diketemukan.
2. Studi Twin
Tingkat Skizofrenia antar monozigot
(identik) kembar empat kali lipat dari dizigot (Fraternal) kembar dengan sekita
50 kali dari populsasi umu (saddock & saddock 2010). Kembar identik dipelihara
terpisah memiliki sama laju perkembangan penyakit seperti halnya mereka
dipelihara bersama-sama. Karena sekitar setengaha kasus hanya satu dari
sepasang kembar monozigot berkembang skizofrenia, berbagai bukti percaya
lingkungan faktor berinteraksi dengan orang-orang genetik.
3. Studi Adopsi
Dalam stusi yang dilakukan si Amerika dan
Denmark, anak angkat lahir dari skizofrenia ibu dibanding dengan mengadopsi
anak-anak yang ibunya tidak memiliki gangguan kejiwaan. Anak-anak yang diadopsi
dari ibu dengan skizofrenia lebih mungkin untuk berkembang menjadi skizofrenia
dibandingkan klompok kontrol pembanding (Minzenberg et al 2008 dalam Stuart
2013)
Studi juga menunjukkan bahwa anak-anak
lahir dari orangtua nonschizoprenik , tetapi dipelihara oleh orang tua yang
menderita penyakit, tidak kelihatan menderita lebih sering di skizhoprenia. Temuan
ini memeberikan tambahan bukti untuk dasar genetik skizhofrenia. Pengaruh
biokimia tertua dan paling benar-benar dieksplorasi biologis dalam
penjelasanskizoprenia peran patogenik ke otak yang abnormal biokimia.
Pengertian dari “gangguan biokimia” sebagai
penjelasan untuk kegilaan yang disarankan oleh beberapa teoritis sejak
pertengahan abad ke-19
4. Dopamin Hipotesis.
Teori ini menunjukkan bahwa skizofrenia (
atau seoerti gejala skizofrenia) dapat disebabkan oleh kelebihan dari aktivitas
neuron tergantung dopamin diotak (Townsend, 2014)
Dukungan farmakologis unutuk hipotesis
ini ada. Amfetamin, yang meningkatkan kadar dopamin, menginduksi gejala psikotomimetik.
Para anti psikotik ( misalnya, klorfromazin atau haloperidol) tingkat otak yang
lebih rendah dopamin oleh memblokir reseptor dopamin, sehingga mengurangi
gejala skizhoprenia, termasuk yang diinduksi ampetamin.
Studi postmoertem otak individu yang
telah skizhofrenia melaporkan signifikan peningkatan rata-rata jumlah dopamin
reseptor disekitar dua pertiga dari otak dipelajari. Hal ini menunjukkan bahwa
dopamin meningkat tanggapan mungkin tidak penting dalam penderita skizofrenia.
Kjlien dengan manifestasi akut ( misalnya, waham dan halusinasi) merespon lebih
besar khasiat obat antipsikotik dibandingkan dengan manifestasi kronis
(misalnya apatis, kekurangan ide , dan hilangnya dororngan)
5
Hipotesis Biokimia
Berbagai zat biokimia lain telah
terlibat dalam kecendrungan skizofrenia. Kelainan dalam neurotransmitter norefineprin,
serotonin, asetilkolin, GABA dan neuro regulator seperti prostaglandin dan
endorfin, telah diusulkan.
Penelitian terbaru telah terlibat
neurotransmitter glutamat dalam etiologi skizofrenia. Reseptor N-methyl-D-aspartat
(NDMA) yang diaktifkan oleh neurotransmitter glutamat dan glisin. Penelitian
Psikomarmakologikal telah menunjukkan kleas obat antagonis glutamat (misalnya
Phencyclidine (PCP); ketamin) dapat menghasilkan gejala skizofrenia seperti
individu tanpa gangguan (Hasimotto, 2006; sthal, 2008 dalam stuart 2008).
6. Pengaruh Fisiologis
Sejumlah faktor fisik mungkin menjadi
etiologi yang signifikan dan telah diidentifikasi dalam literatur medis. Namun
mekanisme khusu dalam implikasui skiofrenia tidak jelas.
7. Inveksi Virus.
Shaddoxk & Shaddock (2010)
melaporkan bahwa epidemiologi data menunjukkan tingkat insiden skizofrenia setelah
paparan pralahir untuk influenza. Mereka menyatakan, data lain yang mendukung
hipotesis virus yang meningkatkan jumlah anomali fisik di neurotransmitter.
Sejumlah neurotransmitter telah terlibat dalam etiologi skizofrenia. Ini
termasuk dopamin, norepinefrin, serotonin, glutamat, dan GABA. Sistem
dopaminergik telah dipelajari paling banyak dan erat kaitannya dengan gejala
yang berhubungan denga penyakit.
Ada 4 area otak
yang dapat mengalami gangguan dalam stuar (2013):
a)
Jalur
Mesolimbic : berasal dari daerah
tegemetrum ventral dan proyek-proyek untuk daerah sistem limbik, termasuk
nucleus accumens, amigdala, dan hipocampus. Jalur mesolimbic berhubungan dengan
fungsi memori, emosi, gairah, dan kesengangan. Kegiatan kelebihan dalam saluran
mesolimbic telah terlibat dalam gejala positif skizofrenia (misalnya,
halusinasi, waham)
b)
Jalur
Mesocortikal : berasal dari daerah tegmentrum ventral dan memiliki proyeksi ke
korteks. Jalur mesocortikal prihatin dengan kognisi, prilaku sosial , perencanaan,
pemecahan masalah, motivasi dan penguatan belajar. Gejala negatif skizopernia (
misalnya datar mempengaruhi, apatis, kurangnya motivasi dan anhedonia) telah
dikaitkan dengan aktivitas berkurang pada saluran mesocortikal.
c)
Jalur
nigrostrital. Berasal dari subtansi nigra dan berahir di stratum ganglia
basalis. Jalur ini diakaitkan dengan fungsi kontrol motor. Degenerasi di jalaur
ini dikaitkan dengan penyakit parkinson dan psikomotorik tidak disengaja gejal
skizofrenia.
d)
Jalur
Tuberoinfudibular berasal dari hipotalamus dan proyek kelenjar pituitari. Hal
ini terkait dengan fungsi endokrin, pencernaan, metabolisme, lapar, haus
kontrol suhu dan gangguan seksual. Terlibat dalam kelainan endokrin tertentu
yang berkaitan dengan skizofrenia.
D. Faktor Presipitasi Waham
Ini termasuk faktor resiko menurut Shives
(2012) sebagai berikut :
1)
Relokasi
karena imigrasi atau emigrasi
2)
Isolasi
sosial
3)
Gangguan
sensorik seperti ketulian dan kebutaan
4)
Stress
berat
5)
Status
sosial ekonomi yang rendah dimana seorang mungkin mengalami perasaan
diskriminasi atau ketidakberdayaan.
6)
Keperibadian
fitur seperti rendsah diri dan sensitivitas interpersonal yang tidak biasa
7)
Konflik
percaya takut
Penelitian ini menunjukkan bahwa waham
bisa juga terjadi akibat penyakit neurologis yang diidentifikasi, terutama
penyakit-penyakit yang mempengaruhi sistem limbik dan ganglia basal. Juga terkain
dengan lesi lokal pada fokal pad alobus prontal atau belahan kanan otak.
(Clevelend Clinik, 2009, Shaddock & shaddock, 2010). Beberapa penelitian
menemukan bahwa waham lebih umum dikeluarga adalah skizhofrenia.(APA, 2000)
Faktor Presispitasi menurut Townsend
1) Perubahan Histopatologis
Hipotesis bahwa perubahan ini dalam hipocampus sel terjadi
selama trimester kedua kehamilan dan mungkin kuat terkait dengan ifluenza virus
dihadapi oleh ibu sleama priode ini.
2) Kondosi fisik
Beberapa penelitian telah melaporkan hubungan antara skizofrenia dan epilepsi (terutama
lobus frontal), huntington penyakit, trauma kelahiran, cidera kepala dewasa,
penyalahgunaan alkohol, tumor otak (terutama dalam sistem limbik) kecelakaan
serebrovasculer, SLE, mixedema.,parkinsonnisme, penyakit wilson.
3) Pengaruh psikologis.
Dalam gangguan skizofrenia memepertimbangkan baik
psikososial dan faktor biologis yang memepengaurhi skizofrenia. Kelainan ini
mempengaruhi pasien dan individu , mnasing-masing diantarnya memiliki keunikan
fsikologis.
4) Pengaruh lingkungan
Faktor sosial budaya banyak penelitian telah
dilakukan yang memilki berusaha unutk menghubungkan skizofrenia kelas sosial.
Memeang statistik epidimeolifi telah menunjukkan jumlah yang lebih besar dai
individu dari kelas bawah kelas sosial ekonomi mengalami gejala terkait dengan
skizofrenia daripada orang-orang dari klompok sosial eokonomi yang lebih
tinggi.
E. Faktor pencetus
a)
Biologi
Stress biologi berhubungan langsung dengan respon
neurologis maladaptif termasuk
1. Gangguan
dalam putaran umpan balik yang mengatur proses informasi
2. abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidamampuan untuk secar selektif menanggapi
rangsangan.
b)
Stres
lingkungan
Secara bilogis menetapkan ambang toleransi terhadap
sterss yang beirnteraksi dengan stresor lingkungan untuk menentukan tejadinya
gangguan prilaku
c)
Pemicu
Gejala
Prekusor stimuli yang serign menimbiulakan episode
baru satu penyakit . pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis
yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku
individu ( Stuart & Laraia, 2015)
F. Mekanisme Koping
a)
Regresi
Menghindari stress, kecemasan, dan menampilkan
prilaku kembali seperti pada perkembangan anak.
b)
Proyeksi
Keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan
emosi kepada orang lain karena kesalahan yang diakui sendiri.
c)
Menarik
diri
Reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik
maupun psikologi. Reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar dari
sumber stressor. Sedangkan reaksi psikologi individu menunjukkan prilaku
apatis, mengisolasi diri tidak berminat, sering disertai rasa takut dan
bermusuhan ( Stuart dan Laraia, 2005)
Kategori Waham
Sumber koping individu harus dikaji dengan pemahaman terhadap prilaku,
kekuatan dapaat meliputi seperti model intelegensia atau kreativitas yang
tinggi.
Orangtua harus secara aktif mendididk anak-anak dan dewasa meda tentang
keterampilan koping karena mereka biasanya tidak belajar dari pengamatan.sumber
keluarga dapat berupa pengetahuan tetntang penyakit, financial yang cukup,
ketersediaan waktu, tenaga, dan kemampuanuntuk memberikan dukungan secara
berkesinambungan (Struat 2010).
Kondisi keluarga yang perlu dikaji adalah komunikasi dalam keluarga
baik waktu maupun kualitasnya, kemungkinan kegiatan sehari-hari yang dapat
klien lakukan baik perawatan diri maupun kegiatan seharian (Kliat, 2010)
Kategori Waham
(Kliat , 2010)
1) Waham Sistematis : Konsisten berdasarkan
pemikiran mungkin terjadi walau hanya secara teoritis
2) Waham nonsistematis : tidak konsisten,
yang secar logis dan teorirtis tidak mungkin.
H. Manifestasi klinis Waham
Waham mungkin aneh arau non aneh. Individu yang domain ( kasus primer
atau inducer) biasnya memilki gangguan psikotok kronis dengan menonjol, bahwa
individu tunduk (kasus skunder) mulai percaya, individu yang tunduk biasanya
sehat, tetapi sering kurang cerdas, mudah tertipu, lebih fasif, atau lebih
kurang harga diri dari pada individu yang domain (Saddok & saddok, 2010)
Waham umum ditandai dengan kecurigaan ekstrim, kecemburuanm dan
ketidakpercayaan, dalam pegaturan klinis psikiatri. Gejala klinis lain termasuk
isolasi sosila, prilaku eksentrik, kecemasan, depresi, klien mengatasinya
dengan prilaku waham, (Shives , 2012)
I. Daftar Maslah Keperawatan dan data yang
perlu dikaji
1. Masalah Keperawatan : diagnosis
keperawatan NANDA-I rentang respon neurolobilogis, skizofrenia dan gangguan
psikotik (Stuart, 2009) :
·
Ansietas
·
Gangguan Komunikasi verbal
·
Kebingungan
Aakut
·
Kompromi
koping keluarga
·
Koping
tidak efektif
·
Decisional
conflict
·
Hopelessness
·
Inpaired
memory
·
Noncomplience
·
Disturb
Personal identity
·
Inefective
role perfomence
·
Self
care deficit (bathing, hygine, dressing, grooming)
·
Disturbed sensory perception
·
Impaired social interaction
·
Sosial
isolation
·
Risk
for suicide
·
Inefektif
therapeutic regiment mangement
·
Disturbed thouhgt Processes
2. Data yang perlu dikaji pada masahkeperawatan
waham:
a)
Meyakini
memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan
b)
Meyakini
ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
c)
Memilki
keyakinan terhadap suatu agama scara berlebihan, diucapkan berulangkali tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
d)
Meyakini
bahwa dirinya sudah tidak ada id dunia atau meninggal, diucapkan berulangkali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
J. Pohon Masalah
K. Diagnosis
1
Diagnosis
Keperawatan : Gangguan proses pikir : Waham
2
Diagnosis
Medis : Skizofrenia
Rencana Tindakan
1
Rencana
tindakan keperawatan
Pertemuan ke..
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
VI s.d XII
|
|
Waham
|
Paien
|
1
Identifikasi
tanda dan gejala waham
2
Bantu
orientasi realitas : panggil nama ,
orientasi waktu, orientasi tempat dan lingkungan
3
Bantupasien
memenuhi kebutuhan yang realistis
4
Masukkan
pada jadwal pemenuhan kebutuhan
|
1
Evaluasi
kegiatan pemenuhan
2
Diskusikan
pemenuhan yang dimilki
3
Latih
kemampuan yang dipilih, berikan pujian
4
Masukkan
pada jadwal pemenuhan kebutuhan yang telah dilatih
|
1
Evaluasi
kegiatan pemenuhan pasien, kegiatan yang dilakukan pasien, dan berikan pujian
2
Jelaskan
tentang obat yang diminum 6 benar, jenis, guna, dosis, frekuensi, cara,
kontuinitas, minum obat) dan tanyakan manfaat yang dirasakan
3
Masukkan
pada jadwal pemenuhan kebutuhan, kegiatan yang telah dilatih dan obat
|
1
Evaluasi
kegiatan pemenuhan pasien, kegiatan yang dilatih dan minum obat berikan
pujian
2
Diskusikan
kebutuhan lain dan cara memnuhinya
3
Diskusikan
kemampuan yang dimilki dan memilih yang akan dilatih, kemudian latih
4
Masukkan
jadwal pada pemenuhan kebutuhan , kegiatan yang dilatih dan minum obat
|
1
Evaluasi
kegiatan pemenuhan kebutuhan, kegiatan yang dilatih dan minum obat. Beri
pujian
2
Nilai
kemampuan yang telah mandiri
3
Nilai
apakah frekuensi munculnya waham berkurang, apakah waham terkontrol
|
Keluarga
|
1
Diskusikan
masalah yang dirasakn dalam merawat pasien
2
Jelaskan
pengertian tanda dan gejala dan proses terjadinya waham
3
Jelaskan
cara merawat, tidak disangkal, tidak diikuti diterima (netral)
4
Latih
cara memenuhi kebutuhan pasien dan mengetahui kemampuan pasien
5
Anjurkan
membantu pasien sesuai jadwal dan berikan pujian
|
1
Evaluasi
kegiatan keluarga dalam bimbingan pasien memenuhi kebutuhan. Berikan pujian
2
Latih
cara memenuhi kebutuhan pasien
3
Latih
cara melatih kemampuan yang dimilki pasien
4
Anjurkan
membantu pasien sesuai jadwal dan beri pujian
|
1
Evaluasi
kegiatan keluarga dalam bimbingan pasien memenuhi kebutuhan pasien dan
memebimbing pasien dalam memlaksanakan kegiatan yang dilatih dan beri pujian
2
Jelaskan
obat yang diminum oleh pasien dan cara memmbimbingnya
3
Anjurkan
membantu pasien sesuai jadwal dan berikan pujian
|
1
Evaluasi
kegiatan keluarga dalam bimbingan pasien memenuhi kebutuhan pasien,
membimbing pasien melaksanakan kegiatan yang telah dilatih dan minum obat. Berikan
pujian
2
Jel;askkan
follow up ke RSJ/ PKmtanda kambuh,, rujukan
3
Anjurkan
membantu pasien sesuai jadual dan berikan pujian
|
1
Evaluasi
kegiatan keluarga dalam bimbingan pasien memenuhi kebutuhan pasien,
memebimbing pasien melakukan kegiatan yang telah dilatih, minum obat. Berikan
pujian
2
Nilai
kemampuan keluarga merawat pasien
3
Nilai
kemampuan keluarga melakukan kontrol kerumah sakit jiwa/ PKM
|
Rencana Keperawatan WAHAM
Diagnosa Keperawatan 1:
kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
1. Tujuan umum
:
Klien tidak terjadi kerusakan
komunikasi verbal
2. Tujuan khusus :
a) Klien dapat
membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
Tindakan :
· Bina
hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas topik,
waktu, tempat).
· Jangan
membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat menerima keyakinan klien
“saya menerima keyakinan anda” disertai ekspresi menerima, katakan perawat
tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham
klien.
·
Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan perawat akan
menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan
kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
·
Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.
b) Klien dapat
mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
· Beri pujian pada
penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
· Diskusikan bersama
klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis.
· Tanyakan apa yang
biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan
aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
· Jika klien selalu
bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada.
Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
c) Klien
dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tindakan :
· Observasi kebutuhan
klien sehari-hari.
· Diskusikan kebutuhan
klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa
sakit, cemas, marah)
· Hubungkan kebutuhan
yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
· Tingkatkan aktivitas
yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat
jadwal jika mungkin).
· Atur situasi agar
klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.
d) Klien dapat
berhubungan dengan realitas
Tindakan :
· Berbicara dengan
klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).
· Sertakan klien dalam
terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
· Berikan pujian pada
tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
e) Klien dapat
menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
· Diskusikan dengan
kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat
· Bantu klien
menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara dan
waktu).
· Anjurkan klien
membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan
· Beri reinforcement
bila klien minum obat yang benar.
f)
Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
· Diskusikan dengan
keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala waham, cara merawat klien,
lingkungan keluarga dan follow up obat.
· Beri reinforcement
atas keterlibatan keluarga.
Diagnosa Keperawatan 2: Resiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham
1. Tujuan Umum:
Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
2. Tujuan Khusus:
a) Klien dapat membina hubungan
saling percaya.
Tindakan:
· Bina hubungan saling
percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan
interaksi.
· Panggil klien dengan
nama panggilan yang disukai.
· Bicara dengan sikap
tenang, rileks dan tidak menantang.
· Beri perhatian dan
penghargaan : teman klien walau tidak menjawab.
b) Klien dapat mengidentifikasi
penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
· Beri kesempatan
mengungkapkan perasaan.
· Bantu klien
mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
· Dengarkan ungkapan
rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.
c) Klien dapat mengidentifikasi
tanda tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
· Anjurkan klien
mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
· Observasi tanda
perilaku kekerasan.
· Simpulkan bersama
klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
d) Klien dapat mengidentifikasi
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
· Anjurkan
mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
· Bantu bermain peran
sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
· Tanyakan “apakah
dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?”
e) Klien dapat mengidentifikasi
akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
· Bicarakan
akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
· Bersama klien
menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
· Tanyakan apakah ingin
mempelajari cara baru yang sehat.
f) Klien dapat
mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :
· Beri pujian jika
mengetahui cara lain yang sehat.
· Diskusikan cara lain
yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga,
memukul bantal / kasur.
· Secara verbal :
katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
· Secara spiritual :
berdo’a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.
g) Klien dapat mengidentifikasi
cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
Tindakan:
· Bantu memilih cara
yang paling tepat.
· Bantu
mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
· Bantu mensimulasikan
cara yang telah dipilih.
· Beri reinforcement
positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
· Anjurkan menggunakan
cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
h) Klien mendapat dukungan dari
keluarga.
Tindakan :
· Beri pendidikan
kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga.
· Beri reinforcement
positif atas keterlibatan keluarga.
i) Klien dapat
menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
Tindakan:
· Diskusikan dengan
klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping)
· Bantu klien
mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan
waktu).
· Anjurkan untuk
membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
Diagnosa Keperawatan 3: Perubahan
isi pikir : waham ( …….. ) berhubungan dengan harga diri rendah
1. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri
rendah/klien akan meningkat harga dirinya.
2. Tujuan khusus :
a) Klien dapat
membina hubungan saling percaya
Tindakan :
· Bina hubungan saling
percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi,
ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan
topik pembicaraan)
· Beri kesempatan pada klien
untuk mengungkapkan perasaannya
· Sediakan waktu untuk
mendengarkan klien
· Katakan kepada klien bahwa
dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu
menolong dirinya sendiri
b) Klien dapat
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
Tindakan :
· Diskusikan kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
· Hindarkan memberi penilaian
negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis
· Klien dapat menilai
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c) Klien dapat
menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
· Diskusikan kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
· Diskusikan pula kemampuan
yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
d) Klien dapat
menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
· Rencanakan bersama
klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
· Tingkatkan kegiatan
sesuai dengan toleransi kondisi klien
· Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang boleh klien lakukan
e) Klien dapat
melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
· Beri kesempatan
mencoba kegiatan yang telah direncanakan
· Beri pujian atas
keberhasilan klien
· Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan di rumah
f) Klien dapat
memanfaatkan sistem pendukung yang adA
Tindakan :
· Beri pendidikan
kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
· Bantu keluarga
memberi dukungan selama klien dirawat
· Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan di rumah
· Beri reinforcement
positif atas keterlibatan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
· Keliat, Budi Anna. (2006).
Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa.
Jakarta : FIK, Universitas Indonesia
Jakarta : FIK, Universitas Indonesia
· Aziz R, dkk. Pedoman asuhan
keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003
· Tim Direktorat Keswa,
Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000
· Kusumawati dan Hartono .
2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika
· Stuart dan Sundeen . 2005 .
Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar