LP (Laporan Pendahuluan) Keperawatan Lengkap

Kumpulan Laporan Pendahuluan Keperawatan, Asuhan Keperawatan Lengkap,SAP Dan Leaflet, Tugas-Tugas Kuliah Keperawatan Lainnya

25/03/17

LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL LENGKAP

                                           
Lihat Versi Doc Klik Disini
        A.    Kasus/Masalah Utama : Isolasi sosial
1.1  Pengertian
a)      Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menilai, menyatakan, serta memperlihatkan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya (Townsend, 2009).
b)      Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang klien mengalami penuruanan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Keliat, 2010)
c)      Isolasi sosial sebagai suatu pengalaman mnyendiri dari seseorang dan perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negative atau keadaan yang mengancam (Herdman, 2012). Dengan kata lain kita dapat katakana bahwa isolasi sosial adalah kegagalan individu dalam melakukan interaksi dengan orang lain yang disebabkan oleh pikiran negatif atau mengancam.

1.2  Rentang Respon Sosial dan Gangguan Kepribadian

B.Proses Terjadinya Masalah
            Proses terjadinya isolasi sosia dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan psikodinamika model Stuart (2009) dimana pada mode ini masalah keperawatan dimulai dengan menganalisa faktor predisposisi, presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber kopingdan mekanisme kong yang digunakan oleh seorang klien sehingga menghasilkan respon baik yang bersifat konstruktif maupun destruktif dalam rentang adaptif samapi maladaptif. Menurut Stuart (2009), masalah isolasi sosial dapat dijelaskan dengan menggunakan psikodinamika masalah keperawatan jiwa seperti skema di bawah ini:
1.      Faktor Predisposisi
Stuart (2009), mengatakan faktor predisposisi adalah factor resiko timbulnya stress yang akan mempengaruhi tipe dan sumber-sumber yang dimiliki klien untuk menghadapi stress. Stuart( 2009) membagi factor predisposisi dalam tiga dominan yaitu biologis, psikososial dan sosio kultural

a)      Biologis
Faktor biologis berhubungan dengan kondisi fisiologis yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa. Isolasi sosial merupakan gejala negatif dari skizofrenia menurut berbagai penelitian kejadian skizofrenia disebabkan beberapa factor seperti kerusakan pada area otak, peningkatan aktivitas neurotransmitter, serta factor genetka.
1.      Kerusakan pada area otak
Kejadian skizofrenia sering dihubungkan dengan adanya kerusakan pada bagian otak tertentu, namun hingga kini belum dapat diketahui dengan pasti area yang dapat mengakibatkan skizofrenia. Menurut penelitian beberapa  area dalam otak yang berperan dalam timbulnya kejadian skizofrenia antara ain sisitem limbic, korteks frontal, cerebellum dan ganglia basalis. Keempat area tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi pada satu area akan mengakibatkan gangguan pada area yang lain (Arief, 2006).
2.      Peningkatan aktivitas neurotransmitter
Selain kerusakan anatomis pada area di otak, skizofrenia juga disebabkan karena peningkatan aktivitas neurotransmitter dopaminergik. Videback (2006) mengatakan bahwa ada keterkaitan anatara neoanatomi dengan neurokimia otak, pada klien skizofreniaditemukan adanya struktur abnormal pada otak seperti atropi otak, perubahan ukuran serta bentuk sel pada system limbic dan daerah frontal selain itu adanya factor imunovirologi dan respon tubuh terhadap paparan virus.
3.      Faktor genetika
Penelitian tentang fakor genetic telah membuktikan bahwa skizofrenia diturunkan secara gentika. Menurut Saddock (2003) Prevalensi seseorang menderita skizofrenia bila salah satu saudara kandung menderita skizofrenia sebesar 8%, sedangkan bila salah satu orang tua menderita skizofrenia sebesar 12% dan bila kedua orang tua menderita skizorenia sebesar 47%.
b)     Psikologis
Teori Psikoanalitik, perilaku dan interpersonal menjadi dasar pola pikir predisposisi psikologis.
1.      Teori psikoanalitik
Sigmund Freud melalui teori psiko analisa menjelaskan bahwa skizofrenia merupakan hasil dari ketidakmampuan menyelesaikan masalah dan konflik yang tidak disadari antara impuls agresif aau kepuasan libido serta pengakuan terhadap ego. Sebagai contoh konflik yang tidak disadari pada saat masa kanak-kanak, seperti kehlangan cinta atau perhatian orang tua, menimbulkan perasaan tidak nyaman pada masa kanak-kanak, remaja dan dewasa awal (Reorig, 1999).
2.      Teori Perilaku
Selain teori psikoanalisa, teori prilaku juga mendasari factor predisposisi psikologis. Teor perlikaku berasumsi bahwa perilaku merupakan hasil pengalaman yang dipelajari oleh klien sepanjang daur kehidupanya, dimana setiap pengalaman yang dialami akan mempengaruhi prilaku klien baik yang bersifat adaptif maupun maladaptif.
3.      Teori interpersonal
Teori interpersonal berasumsi bahwa skizofrenia terjadi karena klien mengalami ketakutan akan peolakan interpersonal atau trauma dan kegagalan perkembangan yang dialami pada masa pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang mengakibatkan seseorang menjadi tidak beraya, tidak percaya diri, tidak mampu membina hubungan saling percaya pada orang lain, timbulnya sikap ragu-ragu dan takut salah. Selain itu klien akan menampilkan perilaku muah putus asa terhadap hubungan dengan orang lain serta menghindar dari orang lain. Selain itu sistem keluarga yang kurang harmonis seperti adanya penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kurang mempunyai tanggung jawab personal juga menjadi actor pencetus timbulnya gangguan dalam hubungan interpersonal.
c)      Sosial budaya
Faktor sosial budaya meyakini bahwa penyebab skizofrenia adalah pengalaman seseorang yang mengalami  kesulitan beradaptasi terhadap tuntutan sosial budaya karena klien memiliki harga diri rendah dan mekanisme koping maladaptive. Stressor ini merupakan salah satu ancaman yang dapat mempengaruhi berkembangnya gangguan dalam interaksi sosial terutama dalam menjalin hubungan interpersonal.
Gangguan dalam membina hubungan interpersonal biasanya mudah dikenali pada saat masa remaja atau pada masa yang lebih awal dan berlanjut sepanjang tahap perkembangan masa dewasa yang ditandai dengan adanya respon maladaptive yaitu ketidakmampuan klien untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar serta ketidakmampuan membina hubungan interpersonal atau penyimpangan perilaku lain. Penelitian yang dilakukan di amerika menyimpulkan sekitar 10% sampai 18% penduduknya mengalami gangguan kepribadian (Stuart, 2009).
Townsend, M.C (2009) mengatakan pada umumnya isolasi sosial disebabkan karena kurangnya rasa percaya diri, perasaan panik, adanya gangguan dalam proses pikir, sukar berinteraksi dimasa lampau, perkembangan ego yang lemah serta represi dari rasa takut. Sedangkan menurut Stuart (2009) Isolasi sosial disebabkan oleh harga diri rendah bila tidak segera ditangani perilaku isolasi sosial dapat beresiko terjadinya halusinasi.
       2.      Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi adalah stimulus internal atau eksternal yang mengancam klien antara lain dikarenakan adanya ketegangan peran, konflik peran, peran yang tidak jelas, peran berlebihan, perkembangan transisi, situasi transisi peran dan transisi peran sehat-sakit (Stuart, 2009). Stuart (2009) membagi factor presipitasi dalam psikososial.
a)      Psikologis
Faktor presipitasi psikologis klien isolasi berasal dari internal dan eksternal. Stuart & Laria (2005) yang menyatakan bahwa isolasi sosial disebabkan karena adanya factor presipitasi yang berasal dari dalam diri sendiri ataupun dari luar.
1.)    Internal
Stressor internal terdiri dari pengalaman yang tidak menyenangkan, perasaan ditolak dan kehilangan orang yang berarti. Penelitian yang dilakukan oleh Canadian Assosiation Psychiatric (2004), menunjukan bahwa prevalensi ketakutan berhubungan sosial pada klien yang memiliki harga diri rendah 14.9% lebih tinggi dibandingkan dengan klien yang  memiliki harga diri tinggi sebesar 6.6%
2.)    Eksternal
Stressor eksternal adalah kurangnya dukungan dari lingkungan serta penolakan dari lingkungan atau keluarga. Stressor dari luar klien tersebut dapat berupa ketegangan peran, konflik peran, peran yang tidak jelas, peran berlebihan, perkembangan transisi, situasi  transisi peran dan peran sehat-sakit. Stuart (2000) yang menyatakan bahwa seseorang dengan tipe keperibadian introvert,menutup diri dari orang yang berarti dalam hidup nya.
b)     Sosial budaya
Sosial budaya merupakan ancaman terhadap system diri .ancaman terhadap system dari merupakan ancaman terhadap identitas diri,harga diri,dan fungsi integeritas .ancaman terhadap system diri berasal dari dua sumber yaitu ekternal dan internal. Sumber ekternal dapat di sebabkan karena kehilanga orang yang sangat di cintai karena kematian,perceraian,perubahan,setatus pekerjaan,dilemma etik,ataupun tekanan sosialdan budaya.sedangkan sumber internaldi sebabkan karena kesulitan membangun hubungan interpersonal di linkungan sekiar seperti di lingkungan rumah atau di tempat krjadan ketidak mampuan menjalan kan peran baru sebagai orang tua,pelajar atau pekerja.penelitian tentang faktor lingkungan sebagai salah satu penyebab isolasi sosial menyimpulkan bahwa lingkungan memiliki adil yang cukup besar terhadap timbul nya harga diri rendah pada klien seperti lingkungan yang tidak kondusif dan selalu memojokan klien dan pada akhir nya akan mempengaruhi aktifitas kelien termasuk hubungan dengan orang lain
3.Penilain Stressor
Model stress Adaptasi Stuart (2009) mengidentrigasikan data dari konsep psikonalsis,interpersonal,prilaku,genetik dan biologis.berbagai konsep tersebut akan menjelaskan tentang penilaian steresor terhadap seseorang terhadap respon yang akan di timbulkan akibat mengalami harga diri rendah salah satu nya adalah isolisasi sosial. Penilain terhadap stressor yang dialami klien dengan isolasi sosial meliputi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial.

a.      Kognitif
Stuart (2009) yang menyatakan bahwa faktor kognitif bertugas mencatat kejadian stress full dan reaksi di timbulkan secara emosional,fisiologis,serta perilaku dan reaksi sosial seseorang yang di tampilkan akibat kejadian stress full dalam kehidupan selain memilih pola koping yang di gunakan.berdasarkan penilaian tersebut klien dapat menilai ada nya sesuatu masalah sebagai ancaman atau potensi
b.      Afektif

Afektif Menurut stuart (2009) respon afektif terkait dengan ekspresi emosi,mut.dan sikap.
Respon afektif yang di tampilkan di pengaruhi ketidakmampuan jangan panjang terhadap situasi yang membahayakan sehingga mempengaruhi kecendrungan respon terhadap ancaman terhadap harga diri klien.respon afektif pada klien isolasi sosial adalah perasaan putus asa,sedih,kecewa,merasa tidak bahagi dan merasa tidak di perhatikan menurut stuart dan laria (2005) perasaan yang di rasakan klien tersebut dapat mengakibatkan menarik diri dari lingkungan sekitar

c.       Fisilogis

Menurut stuart (2009) respon fisiologis terkait dengan bagamana system fisilogis tubuh berespon terhadap stressor,yang mengakibatkan perubahan terhadap sisten neuroendokrin,dan hormonal.
Respon fisiologis merupakan respon neurobiologis yang bertujuan untuk menyikapkan klien dalam mengatasi bahaya.perubahan yang di alami oleh klien akan mempengaruhi neurobiologist untuk mencegah stimulus yang mengancam.
Setiap klien yang di lahirkan memiliki system saraf pusat yang sensitif terhadap stimulus yang membahayakan.respon perilaku dan sosial yang di tampilkan klien merupakan hasil belajar dari pengalaman sosial dan masa kanak kanak dan dewasa khusus nya dalam mengahadapi berbagai stressor yang mengancam harga diri klien

d.      Perilaku

Adalah hasil dari respon emosional dan fisioligis respon perilaku isolasi sosial teridentifikasi 3 perilaku yang maladiktif  yang itu sering melamun,tidak mau bergaul dengan klien lain tidak mau mengemukakan pendapat,mudah menyerah dan ragu ragu dalam mengambil keputusan atau dalam melakukan tindakan

e.       Sosial

Merupakan hasil perpaduan dari respon kognitif,afektif,fisiologis dan perilaku yang akan mempengaruhi hubungan, atau interaksi dengan orang lain  respon perilaku dan sosial memperlihatkan bahwa klien dengan isolasi sosial lebih banyak memberikan respon menghindar terhadap stressor yang di dalam nya.respon negative yang di tampilkan merupakan akibat keterbatasan kemampuan klien dalam melesaikan masalah dan keterbatasan klien dalam melakukan penilaian terhadap stressor,sehingga klien memilih stressor bukan sesuatu yang harus di hadapi atau di selesaikan.

4.      Mekanisme Koping

Mekanisme koping yang bisa di gunakan adalah pertahanan koping dalam jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego,Stuart (2009) mengatakan pertahanan jangka pendek yang bisa di lakukan klien isolasi sosial adalah lari sementara dari krisis,missal nya dengan bekerja keras,nonton televisi secara terus menerus,melakukan kegiatan untuk mengganti identitas sementara,missal nya ikut kelompok sosisal,keagamaan dan politik,kegiatan yang member dukungan sementara,seperti mengikuti sesuatu kompetensi atau kontes popularitas, kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti penyalagunakan obat obatan.


5.      Sumber koping

Menurut Stuart (2009) , sumber koping merupakan pilihan atau strategi bantuan untuk memutuskan mengenai dapan apa yang di lakukan dalam menghadapi suatu masalah.dalam menggapai stressor klien dapat menggunakan berbagai sumber koping yang di milikinya baik internal atau eksterna

a.      Kemampuan personal
Pada klien isolasi sosial kemampuan personal yang harus di miliki meliputi kemampuan secara fisik dak mental kemampuan secara fisik teridentifikasi dari kondisi fisik yang sehat kemampuan mental meliputi kemampuan kognitif,afektif,perilaku dan sosial.kemampuan kognitif meliputi kemampuan yang sudah ataupun yang belum di miliki klien didalam mengidentifikasi masalah,menilai dan melesaikan masalah,sedangkan kemampuan afektif meliputi kemampuan untuk meningkatkan konsep diri klien dan kemampuan perilaku terkait dengan kemampuan melakukan tindakan yang adek kuat dalam melesaikan stressor yang di alami.kurang nya dukungan,penghargaan dan kesempatan untuk melatih kemampuan yang di miliki klien dari lingkungan sekitar klien akan mengakibatkan rendah nya motivasi klien untuk melesaikan masalah yang di hadapi, timbul nya rasa rendah diri yang pada akhir nya akan mengakibatkan gangguan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.temuan ini sesuai dengan pendapat yang di kemukakan oleh muslim (2001) bahwa gejala negatif pada klien gangguan jiwa kronik adalah kurang tidak ada nya motivasi.

b.      Dukungan sosial

Taylor,dkk (2003) menyatakan bahwa dukungan sosial akan membantu klien untuk meningkatkan pemahaman terhadap stressor dalam mencapai ketrampilan yang efektif pendapat lain yang mendukung pernyataan di atas mengenai  penting nya dukungan sosial proses penyembuhan klien adalah pernyataan yang di ungkapkan oleh sarafino (2002), yang menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan perasaan caring penghargaan yang akan membantu klien untuk mendapat menerima orang lain yang berasal dari keyakinan yang berbeda.pendapat senada di uraikan oleh tomaras,et.al.,(2001 dalam keliat,2003) yang menyatakan bahwa dukungan anggota keluarga di dalam membantu merawat klien dengan skizofrenia akan mengurangi frekuensi kekambuhan klien berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan  bahwa dengan dukungan sosial seseorang klien merasakan ada nya cinta,penghargaan,membantu mencapai keterampilan sosial dan koping yang adaktif serta yang terpenting adalah membantu proses penyembuhan.
Sumber dukungan sosial pada klien isolasi sosial meliputi dukungan yang di miliki klien baik yang di dapatkan dari keluarga,perawat maupun dari lingkungan sekitar klien.dukungan yang di berikan dapat berupa dukungan fisik dan psikologis. Dukungan fisik yang di pengaruhi di peroleh melalui dukungan keterlibatkan aktif dari keluarga,perawat,dokter serta tenaga kesehatan lain nya yang dapat membantu klien mengatasi masalah.menurut Stuart (2009) untuk mampu memberikan dukungan sosial kepada klien dengan isolasi sosial keluarga harus memiliki kemampuan seperti kemampuan mengenal masalah,menentukan masalah dan melesaikan masalah kemampuan mengenal masalah tampak pengetahuan keluarga tentang kondisi klien dan potensi yang di miliki keluarga kemampuan menentukan masalah teridentifikasi dari kemampuan untuk menentukan prioritas masalah sedangkan kemampuan melesaikan masalah teridentifikasi  kemampuan untuk menentukan prioritas masalah sedangkan kemampuan melesaikan masalah teridentifikasi dari kemampuan melakukan perawat baik terhadapa klien maupun anggota keluarga lain nya.dukungan dapat di lakukan keluarga meliputi pencegahan tersier yaitu membantu memberikan perawatan di rumah sesuai dengan konsep teori yang ada .

c.       Aset material
                      Aset material yang dapat diperoleh meliputi dukungan financial, system                                           pembiayaan layanan kesehatan seperti asuransi keshtan ataupun program 
                      layanan kesehtan bagi masyarakat miskin, kemudahan mendapatkan fasilitas dan                          layanan kesehatan serta kerterjangkauan pembiayaan pelayanan kesehatan dan                                 ketersediaan sarana tranportasi untuk mencapai layanan kesehatan selama
                     dirumah sakit maupun setelah pulang. Material asset meliputi ketersediaan dana                              ketidak mampuan klien dalam memenuhi asset material akan berpotensi                                          menimbulkan maslah akibat tidak optimal nya sumber koping yang di miliki.

                    d.       Keyakinan positif
                     Keyakinan positip adalah keyakinan diri yang menimbulkan motipasi dalam                                   menyelesaikan sgala stressor yang dihadapi. Keyakinan positip diperoleh dari                                keyakinan terhadap kemampuan diri dalam mengatasi ketidak mampuan klien dalam                      berinteraksi dengan lingkungan skitar. Adanya kemampuan positif yang di miliki                           klien akan memotifasi dan membantu klien untuk menggunakan kekanisme koping                        yang adaktif, kegiatan spiritual seperti berdoa, mengikuti kegiatan keagamaan yang                        ada merupakan salah satu mekanisme koping adaftip yang dilakukan yang di lakukan                    oleh klien dalam menilai steresor yang dialami. Kegiatan pemilihan spiritual dalam                         rangka menurunkan berbagai steresor tersebut senada dengan penelitian yang                                dilakukan oleh baldacchino (2001),yang menyebutkan bahwa koping spiritual yang                        merupakan upaya yang menyelesaikan masalah antara situmulus stress dan hasil                            negative yang dapat menyebabkan timbul nya stress. Sebaliknya keyakinan negative                     semakin menimbulkan perilaku maladiftif pada klien.


       A.     Daftar Masalah Keperwatan dan Data Yang perlu Di Kaji
1.      Masalah keperawatan:
Dignosa keperawatan primer untuk respon sosial maladiftif ( NANDA),Stuar, (2009)
a.       Coping defensifve
b.      Self-Eateem,chrome low
c.       Self –Mutilation,risk for
d.      Social intraction, impiaried
e.       Violancie risk for self – directed or other-directed
f.        Anxiety
g.      Family processes, interrupted
h.      Role performance,ineffecitive
i.        Social isolation

2.      Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan isolisasi sosial
Tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai dari ungkapan pasien dan dukung dengan hasil observasi.
a.       Data subyektif , pasien mengungkapkan tentang
·         Perasaan sepi
·         Perasaan tidak aman
·         Perasaan bosan dan waktu terasa lambat
·         Ketidakmampuan berkonsenterasi
·         Perasaan ditolak
b.      Data obyektif
·         Banyak diam
·         Tidak mau bicara
·         Menyendiri
·         Tidak mau berinteraksi
·         Tanpak sedih
·         Ekpersi datar dan dangkal
·         Kontak mata kurang


      B.     Pohon Masalah
Menurut keliat dkk (2001) pohon masalah isolisasi sosial adalah sebagai berikut :


     E.     Diagnosis
1.      Diagnosis keperawatan     : isolasi sosial
2.      Diagnosis medis                : skizofrenia

    F.     Rencana Tindakan Keperawatan
No
Diagnose keperawaan
Tujuan
Intervensi

Isolasi sosial
1.      Membina hubungan saling percaya
2.      Dapat mengidentifikasi isolasi sosial :siapa yang serumah, siapa yang dekat, dan apa sebabnya
3.      Dapat memberitahukan kepada klien keuntungan punya teman dan bercakap-cakap
4.      Dapat Memberitahukan kepada klien kerugian tidak punya temn dan tidak bercakap- cakap



5.      Klien dapat berkenalan degan pesien, perwat, dan tamu  
Pertemuan 1
1.      Identifikasi penyebab isolasi sosial : siapa yang serumah, siapa yang dekat, dan apa sebabnya
2.      Jelaskan kuntungan punya teman dan bercakap- cakap
3.      Jelaskan kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap
4.      Latih cara berkenalan dengan pasien, perawat, dan tamu
5.      Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan berkenalan


1.      Klien dapat berbicara saat melakikan kegiatan harian
2.      Klien dapat berkrnalan dengan 2-3 orang pasien, perawat dan tamu
Pertemuan ke 2

1.      Evaluasi kegiatan berkenalan dengan beberapa orang.beri pujian
2.      Lati cara berbicara saat melakukan kegiatan harian  ( latih 2 kegiatan )
3.      Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan dengan 2-3 orang pasien, perawat dan tamu , berbicara saat melakukan kegiatan harian



1.      Klien dapat berbicara saat melakuakan kegiatan harian
2.      Klien dapat berkenalan dengan 4-5 orang,berbicara saat melakuakan 2 kegiatan harian
Pertemuan ke 3

1.      Evaluasi kegiatan, latihan berkenalan (beberapa orang ) dan bicara saat melakukan duaan kegiatan harian.berikan pujian
2.      Lati cara berbicara saat melakukan kegiatan harian ( 2 kegiatn baru)
3.      Masukan dalam jadwal kegiatan harian untuk latihan berkenalan 4-5 orang,berbicara saat melakukan 4 kegiatan latihan



1.      klien dapat berbicra sosial : meminta sesuatu,menjawap pertanyaan
2.      klien dapat berkenalan dengan >5 orang, orang baru, berbicara saat melakukan kegiatan harian sosialisasi

Pertemuan ke 4

1.      evaluasi kegitan latihan berkenalan, bicara saat melakukan empat kegiatan harian. Berikan pujian
2.      latihan bicara sosial: meminta sesuatu,menjawab pertanyaaan
3.      masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan >5orang, orang baru berbicara saat melakukan kegiatan harian dan sosialisai



1.      klien dapat mandiri dalam berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian dan sosialisai
Pertemuan ke 5-12

1.      evaluasi kegiatan latihan berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian dan sosialisai beri pujian
2.       latihan kegiatan latihan
3.      Nilai kemampuan yang telah mandiri
4.      Nilai apakah isolisasi sosial teratasi



BAHAN BACAAN
Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EG.
Stuart, G.W> & Laraia, M.T. (2005). Principles and Practice of  Psychiatrich Nursing, 8 ed. Missouri: Mosby, Inc
Townsend, M.C (2009) Psychiatrich Mental Health Nursing Concepts Of Care in Evidence-Based Practice. 6 ed. Philadelphia: F.A Davis Company

Tidak ada komentar: