Lihat Versi Doc Klik Disini
A.
Kasus/Masalah
Utama : Isolasi sosial
1.1
Pengertian
a) Isolasi
sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
dianggap menilai, menyatakan, serta memperlihatkan sikap negatif dan mengancam
bagi dirinya (Townsend, 2009).
b) Isolasi
sosial adalah keadaan ketika seorang klien mengalami penuruanan bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Keliat, 2010)
c) Isolasi
sosial sebagai suatu pengalaman mnyendiri dari seseorang dan perasaan segan
terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negative atau keadaan yang mengancam
(Herdman, 2012). Dengan kata lain kita dapat katakana bahwa isolasi sosial
adalah kegagalan individu dalam melakukan interaksi dengan orang lain yang
disebabkan oleh pikiran negatif atau mengancam.
1.2
Rentang
Respon Sosial dan Gangguan Kepribadian
B.Proses
Terjadinya Masalah
Proses
terjadinya isolasi sosia dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan
psikodinamika model Stuart (2009) dimana pada mode ini masalah keperawatan
dimulai dengan menganalisa faktor predisposisi, presipitasi, penilaian terhadap
stressor, sumber kopingdan mekanisme kong yang digunakan oleh seorang klien
sehingga menghasilkan respon baik yang bersifat konstruktif maupun destruktif
dalam rentang adaptif samapi maladaptif. Menurut Stuart (2009), masalah isolasi
sosial dapat dijelaskan dengan menggunakan psikodinamika masalah keperawatan
jiwa seperti skema di bawah ini:
1.
Faktor
Predisposisi
Stuart (2009), mengatakan
faktor predisposisi adalah factor resiko timbulnya stress yang akan
mempengaruhi tipe dan sumber-sumber yang dimiliki klien untuk menghadapi
stress. Stuart( 2009) membagi factor predisposisi dalam tiga dominan yaitu
biologis, psikososial dan sosio kultural
a)
Biologis
Faktor biologis berhubungan dengan kondisi fisiologis
yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa. Isolasi sosial merupakan gejala
negatif dari skizofrenia menurut berbagai penelitian kejadian skizofrenia
disebabkan beberapa factor seperti kerusakan pada area otak, peningkatan
aktivitas neurotransmitter, serta factor genetka.
1. Kerusakan
pada area otak
Kejadian skizofrenia sering dihubungkan dengan adanya
kerusakan pada bagian otak tertentu, namun hingga kini belum dapat diketahui
dengan pasti area yang dapat mengakibatkan skizofrenia. Menurut penelitian
beberapa area dalam otak yang berperan
dalam timbulnya kejadian skizofrenia antara ain sisitem limbic, korteks
frontal, cerebellum dan ganglia basalis. Keempat area tersebut saling
berhubungan, sehingga disfungsi pada satu area akan mengakibatkan gangguan pada
area yang lain (Arief, 2006).
2. Peningkatan
aktivitas neurotransmitter
Selain kerusakan anatomis pada area di otak,
skizofrenia juga disebabkan karena peningkatan aktivitas neurotransmitter
dopaminergik. Videback (2006) mengatakan bahwa ada keterkaitan anatara
neoanatomi dengan neurokimia otak, pada klien skizofreniaditemukan adanya
struktur abnormal pada otak seperti atropi otak, perubahan ukuran serta bentuk
sel pada system limbic dan daerah frontal selain itu adanya factor
imunovirologi dan respon tubuh terhadap paparan virus.
3. Faktor
genetika
Penelitian tentang fakor genetic telah membuktikan
bahwa skizofrenia diturunkan secara gentika. Menurut Saddock (2003) Prevalensi
seseorang menderita skizofrenia bila salah satu saudara kandung menderita
skizofrenia sebesar 8%, sedangkan bila salah satu orang tua menderita
skizofrenia sebesar 12% dan bila kedua orang tua menderita skizorenia sebesar
47%.
b)
Psikologis
Teori Psikoanalitik, perilaku dan interpersonal
menjadi dasar pola pikir predisposisi psikologis.
1. Teori
psikoanalitik
Sigmund Freud melalui teori psiko analisa menjelaskan
bahwa skizofrenia merupakan hasil dari ketidakmampuan menyelesaikan masalah dan
konflik yang tidak disadari antara impuls agresif aau kepuasan libido serta
pengakuan terhadap ego. Sebagai contoh konflik yang tidak disadari pada saat
masa kanak-kanak, seperti kehlangan cinta atau perhatian orang tua, menimbulkan
perasaan tidak nyaman pada masa kanak-kanak, remaja dan dewasa awal (Reorig,
1999).
2. Teori
Perilaku
Selain teori psikoanalisa, teori prilaku juga
mendasari factor predisposisi psikologis. Teor perlikaku berasumsi bahwa
perilaku merupakan hasil pengalaman yang dipelajari oleh klien sepanjang daur
kehidupanya, dimana setiap pengalaman yang dialami akan mempengaruhi prilaku
klien baik yang bersifat adaptif maupun maladaptif.
3. Teori
interpersonal
Teori interpersonal berasumsi bahwa skizofrenia
terjadi karena klien mengalami ketakutan akan peolakan interpersonal atau
trauma dan kegagalan perkembangan yang dialami pada masa pertumbuhan seperti
kehilangan, perpisahan yang mengakibatkan seseorang menjadi tidak beraya, tidak
percaya diri, tidak mampu membina hubungan saling percaya pada orang lain,
timbulnya sikap ragu-ragu dan takut salah. Selain itu klien akan menampilkan
perilaku muah putus asa terhadap hubungan dengan orang lain serta menghindar
dari orang lain. Selain itu sistem keluarga yang kurang harmonis seperti adanya
penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kurang mempunyai
tanggung jawab personal juga menjadi actor pencetus timbulnya gangguan dalam
hubungan interpersonal.
c)
Sosial
budaya
Faktor sosial budaya meyakini bahwa penyebab
skizofrenia adalah pengalaman seseorang yang mengalami kesulitan beradaptasi terhadap tuntutan
sosial budaya karena klien memiliki harga diri rendah dan mekanisme koping
maladaptive. Stressor ini merupakan salah satu ancaman yang dapat mempengaruhi
berkembangnya gangguan dalam interaksi sosial terutama dalam menjalin hubungan
interpersonal.
Gangguan dalam membina hubungan interpersonal biasanya
mudah dikenali pada saat masa remaja atau pada masa yang lebih awal dan
berlanjut sepanjang tahap perkembangan masa dewasa yang ditandai dengan adanya
respon maladaptive yaitu ketidakmampuan klien untuk beradaptasi dengan
lingkungan sekitar serta ketidakmampuan membina hubungan interpersonal atau
penyimpangan perilaku lain. Penelitian yang dilakukan di amerika menyimpulkan
sekitar 10% sampai 18% penduduknya mengalami gangguan kepribadian (Stuart,
2009).
Townsend, M.C (2009) mengatakan pada umumnya isolasi
sosial disebabkan karena kurangnya rasa percaya diri, perasaan panik, adanya
gangguan dalam proses pikir, sukar berinteraksi dimasa lampau, perkembangan ego
yang lemah serta represi dari rasa takut. Sedangkan menurut Stuart (2009)
Isolasi sosial disebabkan oleh harga diri rendah bila tidak segera ditangani
perilaku isolasi sosial dapat beresiko terjadinya halusinasi.
2.
Faktor
Presipitasi
Faktor Presipitasi adalah
stimulus internal atau eksternal yang mengancam klien antara lain dikarenakan
adanya ketegangan peran, konflik peran, peran yang tidak jelas, peran
berlebihan, perkembangan transisi, situasi transisi peran dan transisi peran
sehat-sakit (Stuart, 2009). Stuart (2009) membagi factor presipitasi dalam
psikososial.
a)
Psikologis
Faktor presipitasi psikologis klien isolasi berasal
dari internal dan eksternal. Stuart & Laria (2005) yang menyatakan bahwa
isolasi sosial disebabkan karena adanya factor presipitasi yang berasal dari
dalam diri sendiri ataupun dari luar.
1.) Internal
Stressor internal terdiri dari pengalaman yang tidak
menyenangkan, perasaan ditolak dan kehilangan orang yang berarti. Penelitian
yang dilakukan oleh Canadian Assosiation Psychiatric (2004), menunjukan bahwa
prevalensi ketakutan berhubungan sosial pada klien yang memiliki harga diri
rendah 14.9% lebih tinggi dibandingkan dengan klien yang memiliki harga diri tinggi sebesar 6.6%
2.) Eksternal
Stressor eksternal adalah kurangnya dukungan dari
lingkungan serta penolakan dari lingkungan atau keluarga. Stressor dari luar
klien tersebut dapat berupa ketegangan peran, konflik peran, peran yang tidak
jelas, peran berlebihan, perkembangan transisi, situasi transisi peran dan peran sehat-sakit. Stuart
(2000) yang menyatakan bahwa seseorang dengan tipe keperibadian introvert,menutup
diri dari orang yang berarti dalam hidup nya.
b)
Sosial
budaya
Sosial
budaya merupakan ancaman terhadap system diri .ancaman terhadap system dari
merupakan ancaman terhadap identitas diri,harga diri,dan fungsi integeritas
.ancaman terhadap system diri berasal dari dua sumber yaitu ekternal dan
internal. Sumber ekternal dapat di sebabkan karena kehilanga orang yang sangat
di cintai karena kematian,perceraian,perubahan,setatus pekerjaan,dilemma
etik,ataupun tekanan sosialdan budaya.sedangkan sumber internaldi sebabkan
karena kesulitan membangun hubungan interpersonal di linkungan sekiar seperti
di lingkungan rumah atau di tempat krjadan ketidak mampuan menjalan kan peran
baru sebagai orang tua,pelajar atau pekerja.penelitian tentang faktor lingkungan
sebagai salah satu penyebab isolasi sosial menyimpulkan bahwa lingkungan
memiliki adil yang cukup besar terhadap timbul nya harga diri rendah pada klien
seperti lingkungan yang tidak kondusif dan selalu memojokan klien dan pada
akhir nya akan mempengaruhi aktifitas kelien termasuk hubungan dengan orang
lain
3.Penilain Stressor
Model
stress Adaptasi Stuart (2009) mengidentrigasikan data dari konsep
psikonalsis,interpersonal,prilaku,genetik dan biologis.berbagai konsep tersebut
akan menjelaskan tentang penilaian steresor terhadap seseorang terhadap respon
yang akan di timbulkan akibat mengalami harga diri rendah salah satu nya adalah
isolisasi sosial. Penilain terhadap stressor yang dialami klien dengan isolasi
sosial meliputi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial.
a.
Kognitif
Stuart
(2009) yang menyatakan bahwa faktor kognitif bertugas mencatat kejadian stress
full dan reaksi di timbulkan secara emosional,fisiologis,serta perilaku dan
reaksi sosial seseorang yang di tampilkan akibat kejadian stress full dalam
kehidupan selain memilih pola koping yang di gunakan.berdasarkan penilaian
tersebut klien dapat menilai ada nya sesuatu masalah sebagai ancaman atau
potensi
b.
Afektif
Afektif Menurut stuart (2009) respon afektif terkait
dengan ekspresi emosi,mut.dan sikap.
Respon afektif yang di tampilkan di pengaruhi
ketidakmampuan jangan panjang terhadap situasi yang membahayakan sehingga
mempengaruhi kecendrungan respon terhadap ancaman terhadap harga diri
klien.respon afektif pada klien isolasi sosial adalah perasaan putus
asa,sedih,kecewa,merasa tidak bahagi dan merasa tidak di perhatikan menurut
stuart dan laria (2005) perasaan yang di rasakan klien tersebut dapat
mengakibatkan menarik diri dari lingkungan sekitar
c.
Fisilogis
Menurut stuart (2009) respon fisiologis terkait dengan
bagamana system fisilogis tubuh berespon terhadap stressor,yang mengakibatkan
perubahan terhadap sisten neuroendokrin,dan hormonal.
Respon fisiologis merupakan respon neurobiologis yang
bertujuan untuk menyikapkan klien dalam mengatasi bahaya.perubahan yang di
alami oleh klien akan mempengaruhi neurobiologist untuk mencegah stimulus yang
mengancam.
Setiap klien yang di lahirkan memiliki system saraf
pusat yang sensitif terhadap stimulus yang membahayakan.respon perilaku dan sosial
yang di tampilkan klien merupakan hasil belajar dari pengalaman sosial dan masa
kanak kanak dan dewasa khusus nya dalam mengahadapi berbagai stressor yang
mengancam harga diri klien
d.
Perilaku
Adalah hasil dari respon emosional dan fisioligis
respon perilaku isolasi sosial teridentifikasi 3 perilaku yang maladiktif yang itu sering melamun,tidak mau bergaul
dengan klien lain tidak mau mengemukakan pendapat,mudah menyerah dan ragu ragu
dalam mengambil keputusan atau dalam melakukan tindakan
e.
Sosial
Merupakan hasil perpaduan dari respon
kognitif,afektif,fisiologis dan perilaku yang akan mempengaruhi hubungan, atau
interaksi dengan orang lain respon
perilaku dan sosial memperlihatkan bahwa klien dengan isolasi sosial lebih
banyak memberikan respon menghindar terhadap stressor yang di dalam nya.respon
negative yang di tampilkan merupakan akibat keterbatasan kemampuan klien dalam
melesaikan masalah dan keterbatasan klien dalam melakukan penilaian terhadap
stressor,sehingga klien memilih stressor bukan sesuatu yang harus di hadapi
atau di selesaikan.
4.
Mekanisme
Koping
Mekanisme koping yang bisa di gunakan adalah
pertahanan koping dalam jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan
ego,Stuart (2009) mengatakan pertahanan jangka pendek yang bisa di lakukan
klien isolasi sosial adalah lari sementara dari krisis,missal nya dengan
bekerja keras,nonton televisi secara terus menerus,melakukan kegiatan untuk
mengganti identitas sementara,missal nya ikut kelompok sosisal,keagamaan dan
politik,kegiatan yang member dukungan sementara,seperti mengikuti sesuatu
kompetensi atau kontes popularitas, kegiatan mencoba menghilangkan anti
identitas sementara, seperti penyalagunakan obat obatan.
5.
Sumber
koping
Menurut Stuart (2009) , sumber koping merupakan
pilihan atau strategi bantuan untuk memutuskan mengenai dapan apa yang di
lakukan dalam menghadapi suatu masalah.dalam menggapai stressor klien dapat
menggunakan berbagai sumber koping yang di milikinya baik internal atau
eksterna
a.
Kemampuan
personal
Pada klien isolasi sosial kemampuan personal yang
harus di miliki meliputi kemampuan secara fisik dak mental kemampuan secara
fisik teridentifikasi dari kondisi fisik yang sehat kemampuan mental meliputi
kemampuan kognitif,afektif,perilaku dan sosial.kemampuan kognitif meliputi
kemampuan yang sudah ataupun yang belum di miliki klien didalam
mengidentifikasi masalah,menilai dan melesaikan masalah,sedangkan kemampuan
afektif meliputi kemampuan untuk meningkatkan konsep diri klien dan kemampuan
perilaku terkait dengan kemampuan melakukan tindakan yang adek kuat dalam
melesaikan stressor yang di alami.kurang nya dukungan,penghargaan dan
kesempatan untuk melatih kemampuan yang di miliki klien dari lingkungan sekitar
klien akan mengakibatkan rendah nya motivasi klien untuk melesaikan masalah
yang di hadapi, timbul nya rasa rendah diri yang pada akhir nya akan
mengakibatkan gangguan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.temuan ini
sesuai dengan pendapat yang di kemukakan oleh muslim (2001) bahwa gejala
negatif pada klien gangguan jiwa kronik adalah kurang tidak ada nya motivasi.
b.
Dukungan
sosial
Taylor,dkk (2003) menyatakan bahwa dukungan sosial
akan membantu klien untuk meningkatkan pemahaman terhadap stressor dalam
mencapai ketrampilan yang efektif pendapat lain yang mendukung pernyataan di
atas mengenai penting nya dukungan
sosial proses penyembuhan klien adalah pernyataan yang di ungkapkan oleh
sarafino (2002), yang menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan perasaan
caring penghargaan yang akan membantu klien untuk mendapat menerima orang lain
yang berasal dari keyakinan yang berbeda.pendapat senada di uraikan oleh
tomaras,et.al.,(2001 dalam keliat,2003) yang menyatakan bahwa dukungan anggota
keluarga di dalam membantu merawat klien dengan skizofrenia akan mengurangi
frekuensi kekambuhan klien berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa dengan dukungan sosial seseorang klien
merasakan ada nya cinta,penghargaan,membantu mencapai keterampilan sosial dan
koping yang adaktif serta yang terpenting adalah membantu proses penyembuhan.
Sumber dukungan sosial pada klien isolasi sosial
meliputi dukungan yang di miliki klien baik yang di dapatkan dari
keluarga,perawat maupun dari lingkungan sekitar klien.dukungan yang di berikan
dapat berupa dukungan fisik dan psikologis. Dukungan fisik yang di pengaruhi di
peroleh melalui dukungan keterlibatkan aktif dari keluarga,perawat,dokter serta
tenaga kesehatan lain nya yang dapat membantu klien mengatasi masalah.menurut
Stuart (2009) untuk mampu memberikan dukungan sosial kepada klien dengan
isolasi sosial keluarga harus memiliki kemampuan seperti kemampuan mengenal
masalah,menentukan masalah dan melesaikan masalah kemampuan mengenal masalah
tampak pengetahuan keluarga tentang kondisi klien dan potensi yang di miliki
keluarga kemampuan menentukan masalah teridentifikasi dari kemampuan untuk
menentukan prioritas masalah sedangkan kemampuan melesaikan masalah
teridentifikasi kemampuan untuk
menentukan prioritas masalah sedangkan kemampuan melesaikan masalah
teridentifikasi dari kemampuan melakukan perawat baik terhadapa klien maupun
anggota keluarga lain nya.dukungan dapat di lakukan keluarga meliputi
pencegahan tersier yaitu membantu memberikan perawatan di rumah sesuai dengan
konsep teori yang ada .
c.
Aset
material
Aset material yang dapat
diperoleh meliputi dukungan financial, system pembiayaan layanan kesehatan
seperti asuransi keshtan ataupun program
layanan kesehtan bagi masyarakat
miskin, kemudahan mendapatkan fasilitas dan layanan kesehatan serta
kerterjangkauan pembiayaan pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana
tranportasi untuk mencapai layanan kesehatan selama
dirumah sakit maupun
setelah pulang. Material asset meliputi ketersediaan dana ketidak mampuan klien
dalam memenuhi asset material akan berpotensi menimbulkan maslah akibat tidak
optimal nya sumber koping yang di miliki.
d.
Keyakinan positif
Keyakinan positip adalah keyakinan diri yang
menimbulkan motipasi dalam menyelesaikan sgala stressor yang dihadapi.
Keyakinan positip diperoleh dari keyakinan terhadap kemampuan diri dalam
mengatasi ketidak mampuan klien dalam berinteraksi dengan lingkungan skitar.
Adanya kemampuan positif yang di miliki klien akan memotifasi dan membantu
klien untuk menggunakan kekanisme koping yang adaktif, kegiatan spiritual
seperti berdoa, mengikuti kegiatan keagamaan yang ada merupakan salah satu
mekanisme koping adaftip yang dilakukan yang di lakukan oleh klien dalam
menilai steresor yang dialami. Kegiatan pemilihan spiritual dalam rangka
menurunkan berbagai steresor tersebut senada dengan penelitian yang dilakukan
oleh baldacchino (2001),yang menyebutkan bahwa koping spiritual yang merupakan
upaya yang menyelesaikan masalah antara situmulus stress dan hasil negative
yang dapat menyebabkan timbul nya stress. Sebaliknya keyakinan negative semakin
menimbulkan perilaku maladiftif pada klien.
A.
Daftar Masalah Keperwatan dan Data Yang perlu
Di Kaji
1. Masalah
keperawatan:
Dignosa keperawatan primer untuk respon sosial
maladiftif ( NANDA),Stuar, (2009)
a. Coping
defensifve
b. Self-Eateem,chrome
low
c. Self
–Mutilation,risk for
d. Social
intraction, impiaried
e. Violancie
risk for self – directed or other-directed
f.
Anxiety
g. Family
processes, interrupted
h. Role
performance,ineffecitive
i.
Social isolation
2. Data
yang perlu dikaji pada masalah keperawatan isolisasi sosial
Tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai dari
ungkapan pasien dan dukung dengan hasil observasi.
a. Data
subyektif , pasien mengungkapkan tentang
·
Perasaan sepi
·
Perasaan tidak aman
·
Perasaan bosan dan waktu
terasa lambat
·
Ketidakmampuan
berkonsenterasi
·
Perasaan ditolak
b. Data
obyektif
·
Banyak diam
·
Tidak mau bicara
·
Menyendiri
·
Tidak mau berinteraksi
·
Tanpak sedih
·
Ekpersi datar dan dangkal
·
Kontak mata kurang
B.
Pohon
Masalah
Menurut keliat dkk (2001) pohon masalah
isolisasi sosial adalah sebagai berikut :
E.
Diagnosis
1. Diagnosis
keperawatan : isolasi sosial
2. Diagnosis
medis : skizofrenia
F.
Rencana
Tindakan Keperawatan
No
|
Diagnose keperawaan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Isolasi sosial
|
1.
Membina hubungan saling percaya
2.
Dapat mengidentifikasi isolasi sosial
:siapa yang serumah, siapa yang dekat, dan apa sebabnya
3.
Dapat memberitahukan kepada klien
keuntungan punya teman dan bercakap-cakap
4.
Dapat Memberitahukan kepada klien
kerugian tidak punya temn dan tidak bercakap- cakap
5.
Klien dapat berkenalan degan pesien,
perwat, dan tamu
|
Pertemuan 1
1.
Identifikasi penyebab isolasi sosial :
siapa yang serumah, siapa yang dekat, dan apa sebabnya
2.
Jelaskan kuntungan punya teman dan
bercakap- cakap
3.
Jelaskan kerugian tidak punya teman dan
tidak bercakap-cakap
4.
Latih cara berkenalan dengan pasien,
perawat, dan tamu
5.
Masukan pada jadual kegiatan untuk
latihan berkenalan
|
|
1.
Klien dapat berbicara saat melakikan
kegiatan harian
2.
Klien dapat berkrnalan dengan 2-3 orang
pasien, perawat dan tamu
|
Pertemuan ke 2
1.
Evaluasi kegiatan berkenalan dengan
beberapa orang.beri pujian
2.
Lati cara berbicara saat melakukan
kegiatan harian ( latih 2 kegiatan )
3.
Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan
berkenalan dengan 2-3 orang pasien, perawat dan tamu , berbicara saat
melakukan kegiatan harian
|
||
1. Klien
dapat berbicara saat melakuakan kegiatan harian
2. Klien
dapat berkenalan dengan 4-5 orang,berbicara saat melakuakan 2 kegiatan harian
|
Pertemuan
ke 3
1.
Evaluasi kegiatan, latihan berkenalan
(beberapa orang ) dan bicara saat melakukan duaan kegiatan harian.berikan
pujian
2.
Lati cara berbicara saat melakukan
kegiatan harian ( 2 kegiatn baru)
3.
Masukan dalam jadwal kegiatan harian
untuk latihan berkenalan 4-5 orang,berbicara saat melakukan 4 kegiatan
latihan
|
||
1.
klien dapat berbicra sosial : meminta
sesuatu,menjawap pertanyaan
2.
klien dapat berkenalan dengan >5
orang, orang baru, berbicara saat melakukan kegiatan harian sosialisasi
|
Pertemuan
ke 4
1.
evaluasi kegitan latihan berkenalan,
bicara saat melakukan empat kegiatan harian. Berikan pujian
2.
latihan bicara sosial: meminta
sesuatu,menjawab pertanyaaan
3.
masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan berkenalan >5orang, orang baru berbicara saat melakukan kegiatan
harian dan sosialisai
|
||
1.
klien dapat mandiri dalam berkenalan,
berbicara saat melakukan kegiatan harian dan sosialisai
|
Pertemuan
ke 5-12
1.
evaluasi kegiatan latihan berkenalan,
berbicara saat melakukan kegiatan harian dan sosialisai beri pujian
2.
latihan kegiatan latihan
3.
Nilai kemampuan yang telah mandiri
4.
Nilai apakah isolisasi sosial teratasi
|
BAHAN BACAAN
Videbeck,
S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EG.
Stuart,
G.W> & Laraia, M.T. (2005). Principles and Practice of Psychiatrich Nursing, 8 ed. Missouri: Mosby,
Inc
Townsend, M.C (2009) Psychiatrich Mental Health
Nursing Concepts Of Care in Evidence-Based Practice. 6 ed. Philadelphia: F.A
Davis Company
Tidak ada komentar:
Posting Komentar