LP (Laporan Pendahuluan) Keperawatan Lengkap

Kumpulan Laporan Pendahuluan Keperawatan, Asuhan Keperawatan Lengkap,SAP Dan Leaflet, Tugas-Tugas Kuliah Keperawatan Lainnya

09/04/17

CONTOH SKRIPSI S1 KEPERAWATAN JUDUL FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN KEJADIAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRINGSEWU TAHUN 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
     BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas, dan disabilitas neonatus, bayi, dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan. Kelahiran BBLR terus meningkat pertahunnya di negara maju seperti di Amerika Serikat, sedangkan di Indonesia kelahiran BBLR justru diikuti oleh kematian bayi (Pantiawati, 2010).
     Berat Badan Lahir Rendah adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan perkiraan berat janin kurang dari 2500 gram (Manuaba, 2010). Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram disebut prematur. Istilah prematuritas telah diganti dengan BBLR karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena usia kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lahir rendah dari semestinya, sekalipun cukup bulan, atau karena kombinasi keduanya (Manuaba, 2010).

     Resiko persalinan prematur adalah tingginya angka kematian, selain dapat terjadi pertumbuhan mental-intelektual dan fisik yang kurang menguntungkan sehingga dapat menjadi beban keluarga, masyarakat dan Negara. Dengan demikian kelahiran prematur yang mempunyai risiko tinggi diupayakan dapat dikurangi sehingga angka kematian perinatal dapat diturunkan (Manuaba, 2010).
     Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang, bayi prematur cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Adapun masalah-masalah yang terjadi adalah sebagai berikut : hipotermia, sindroma gawat nafas, hipoglikemia, pendarahan intrakranial, rentan terhadap infeksi, hiperbilirubinemia, kerusakan integritas kulit (Pantiawati, 2010).
     Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi. Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi, ini memang bukan gambaran yang rendah, masih terbilang tinggi bila dibandingkan di negara-negara di bagian ASEAN, penyebab kematian bayi terbanyak adalah gangguan prenatal. Seluruh kematian prenatal sekitar 2-27% disebabkan kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR) (Kemenkes, 2009).
     Menurut data United  Nations Children’s Fund (UNICEF, 2009), angka kelahiran BBLR di dunia mencapai 14% . Negara-negara berkembang menduduki angka kelahiran BBLR mencapai 15%, sedangkan negara-negara industri maju mempunyai angka kejadian BBLR 7%.  
     Prevalensi BBLR menurut WHO (2010) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-3,8% dan lebih sering terjadi di Negara-negara berkembang atau sosial ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematian 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat badan lebih dari 2500 gram. Hal ini dapat terjadi dan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ibu mempunyai penyakit yang langsung berhubungan dengan kehamilan dan usia ibu (Sartika, 2012).
     Di Indonesia prevalensi bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) berkurang dari 11,1% pada tahun 2010 menjadi 10,3% pada tahun 2013. Variasi antar provinsi sangat tinggi. Salah satu sasaran yang ditetapkan pada Indonesia Sehat 2010 adalah menurunkan angka kematian neonatal menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal menjadi 16 per 100.000 kelahiran hidup. Presentase BBLR tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi Tengah (16,9%) dan terendah di Sumatera Utara (7,2%). Menurut kelompok umur, persentase BBLR tidak menunjukkan pola kecenderungan yang jelas. Persentase BBLR pada perempuan (11,2%) lebih tinggi daripada laki – laki (9,2%). Menurut jenis pekerjaan, persentase BBLR tertinggi pada anak balita dengan kepala rumah tangga yang tidak bekerja (11,6%), sedangkan persentase terendah pada kelompok pekerjaan pegawai (8,3%). Persentase BBLR di pedesaan (11,2%) lebih tinggi daripada di perkotaan (9,4%) (Riskesdas, 2013).
     Berdasarkan profil dinas Provinsi Lampung, kematian bayi terbesar terjadi pada masa bayi perinatal (0-6hari), diikuti kematian pada masa bayi neonatal (7-28hari) dan masa bayi (>28hari-<1 tahun). Penyebab kematian bayi perinatal dan neonatal di Provinsi Lampung tahun 2012 pada dua terbesar disebabkan oleh BBLR dan asfiksia.
     Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian bayi dengan BBLR adalah faktor ibu, faktor janin, dan faktor lingkungan. Adapun faktor ibu diantaranya adalah penyakit yang diderita ibu seperti preeklamsia, faktor usia ibu, perdarahan antepartum, diabetes mellitus, dan jantung, jarak kehamilan, sosial ekonomi, dan sebab lain. Faktor janin karena kehamilan ganda, hidramnion, kelainan janin dan infeksi kronik. Faktor lingkungan diantaranya dataran tinggi, daerah terkena radiasi, dan daerah terkena toksik (Manuaba, 2010).
     Dari hasil pra survei yang dilakukan pada bulan Januari di dapatkan data pada tahun 2015 yang mengalami BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Pringsewu sebanyak 189 bayi dari 778 bayi yang ada di ruang Perinatologi pada tahun 2015.
     Berdasarkan data diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian bayi dengan berat badan lahir rendah di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu.
1.2.Rumusan Masalah
     Berat Badan Lahir Rendah adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Risiko persalinan prematur adalah tingginya angka kematian, selain dapat terjadi pertumbuhan mental-intelektual dan fisik yang kurang menguntungkan sehingga dapat menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara. Dengan demikian kelahiran prematur yang mempunyai risiko tinggi diupayakan dapat dikurangi sehiingga angka kematian perinatal dapat diturunkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian bayi dengan BBLR adalah faktor ibu, faktor janin, dan faktor lingkungan. Adapun faktor ibu diantaranya adalah penyakit yang diderita ibu seperti preeklamsia, faktor usia ibu, peedarahan antepartum, diabetes mellitus, dan jantung, jarak kehamilan, sosial ekonomi, dan sebab lain. Faktor janin karena kehamilan ganda, hidramnion, kelainan janin dan infeksi kronik. Faktor lingkungan diantaranya dataran tinggi, daerah terkena radiasi, dan daerah terkena toksik.
     Dari pernyataan diatas, maka rumusan masalahnya yaitu Faktor – faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian bayi dengan berat badan lahir rendah di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu?

1.3.Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian berat badan lahir rendah di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Tahun 2016.
2.      Tujuan Khusus
a.       Diketahui distribusi frekuensi kejadian berat badan lahir rendah, preeklamsia, kehamilan ganda, dan perdarahan antepartum di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu tahun 2016.
b.      Diketahui hubungan antara preeklamsi pada ibu dengan kejadian berat badan lahir rendah di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Tahun 2016.
c.       Diketahui hubungan antara kejadian kehamilan ganda pada ibu melahirkan dengan kejadian berat badan lahir rendah di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Tahun 2016.
d.      Diketahui hubungan antara perdarahan antepartum pada ibu melahirkan dengan kejadian berat badan lahir rendah di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu
e.       Diketahui faktor yang paling berhubungan dengan kejadian berat badan lahir rendah di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Tahun 2016.

1.4.Manfaat Penelitian
a.       Manfaat Teoritis
     Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi sehingga dapat memberikan tambahan ilmu dan teori bagi mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan khususnya mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian berat badan lahir rendah.
b.      Manfaat Praktis
     Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang kejadian berat badan lahir rendah di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu. Hasil penelitian ini juga di dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pemerintah khususnya bagi Dinas Kesehatan Pringsewu dan Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu dalam mengambil kebijakan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya berat badan lahir rendah.

1.5.Ruang Lingkup Penelitian

     Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Masalah dibatasi pada faktor-faktor ibu, perdarahan antepartum, dan faktor kehamilan terjadinya kehamilan ganda dan preeklamsia dengan kejadian BBLR. Subjek penelitian adalah bayi yang ada di ruang perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu. Waktu penelitian di laksanakan pada bulan Juli tahun 2016.
untuk melihat lebih lengkap silahkan klik link dibawah

Tidak ada komentar: