A. PENGERTIAN TBC
Penyakit
tuberculosis pada bayi dan anak disebut juga tuberculosis primer dan merupakan
suatu penyakit sistemik.Tuberculosis primer biasanya mulai secara
perlahan-lahan sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama. Kadang
terdapat keluhan demam yang tidak diketahui sebabnya dan sering disertai
tanda-tanda infeksi saluran napas bagian atas. Penyakit ini bila tidak diobati
sedini mungkin dan setepat-tepatnya dapat tmbul komplikasi yang berat dan
reinfeksi pada usia dewasa.
Tuberculosis
merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dan
mycobacterium bovis (jaringan oleh
mycobacterium avium). Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen
beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi mati di dalam cairan yang bersuhu
60⁰
selama 15-20 menit. Fraksi protein basil tyberkulosis menyebabkan nekrosis
jaringan, sendang lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan factor
penyebab untuk terjadinya fibrosis serta terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel.
Basil tuberculosis tidak membentuk toksin.
Penularan
tuberkolosis umumnya melalui udara hingga sebagaian besar fokus primer
tuberculosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat peroral
jika meminum susu yang mengandung basil tuberculosis bovis. Ada mikrobakterium
lain yakni mycobacterium atipic yang dapat menyebabkan penyakit menyerupai
tuberculosis.
Penyakit
tuberculosis pada bayi dan anak disebut juga tuberculosis primer dan merupakan
suatu penyakit sistemik.Tuberculosis primer biasanya mulai secara
perlahan-lahan sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama. Kadang
terdapat keluhan demam yang tidak diketahui sebabnya dan sering disertai
tanda-tanda infeksi saluran napas bagian atas. Penyakit ini bila tidak diobati
sedini mungkin dan setepat-tepatnya dapat tmbul komplikasi yang berat dan
reinfeksi pada usia dewasa.
Tuberculosis
merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dan
mycobacterium bovis (jaringan oleh
mycobacterium avium). Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen
beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi mati di dalam cairan yang bersuhu
60⁰
selama 15-20 menit. Fraksi protein basil tyberkulosis menyebabkan nekrosis
jaringan, sendang lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan factor
penyebab untuk terjadinya fibrosis serta terbentuknya sel epiteloid dan
tuberkel. Basil tuberculosis tidak membentuk toksin.
Penularan
tuberkolosis umumnya melalui udara hingga sebagaian besar fokus primer
tuberculosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat peroral
jika meminum susu yang mengandung basil tuberculosis bovis. Ada mikrobakterium
lain yakni mycobacterium atipic yang dapat menyebabkan penyakit menyerupai
tuberculosis.
Penyakit TBC adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh mikrobakterium tuberkulosis. Kuman batang aerobik
dan tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Sebagian
besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lainya(Depkes RI, 2002).
Penyakit tuberkulosis disebabkan
oleh kuman/bakteri Mycobacteriumtuberculosis. Kuman ini pada umumnya menyerang
paru - paru dan sebagianlagi dapat menyerang di luar paru - paru, seperti
kelenjar getah bening(kelenjar), kulit, usus/saluran pencernaan, selaput otak, dan
sebagianya(Laban, 2008).
B.
ETIOLOGI
Tuberkulosis anak merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini menyebar dari satu orang
ke orang lain melalui percikan dahak (droplet nuclei) yang dibatukkan. Jadi
kalau Cuma bersin atau tukar-menukar piring atau gelas minum tidak akan terjadi
penularan (Aditama, 2000).
1. Merokok pasif
Merokok
pasif bisa berdampak pada sistem kekebalan anak, sehingga
meningkatkan risiko tertular. Pajanan pada asap rokok mengubah fungsi sel,
misalnya dengan menurunkan tingkat kejernihan zat yang dihirup dan kerusakan
kemampuan penyerapan sel dan pembuluh darah (Reuters Health, 2007).
2. Faktor Risiko TBC anak (admin., 2007)
a. Resiko infeksi TBC
Anak yang
memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif, daerah endemis,
penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta lingkungan yang tidak sehat.
Pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius. Resiko timbulnya transmisi kuman
dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut
mempunyai BTA sputum yang positif, terdapat infiltrat luas pada lobus atas atau
kavitas produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat serta
terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat, terutama sirkulasi udara yang tidak
baik. Pasien TBC anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa
disekitarnya, karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini disebabkan karena
kuman TBC sangat jarang ditemukan pada sekret endotracheal, dan jarang terdapat
batuk5. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang menghasilkan sputum. Bahkan jika
ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab hanya terdapat dalam konsentrasi yang
rendah pada sektret endobrokial anak.
b. Resiko Penyakit TBC
Anak ≤ 5
tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit
TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang sempurna (imatur).
Namun, resiko sakit TBC ini akan berkurang secara bertahap seiring pertambahan
usia. Pada bayi < 1 tahun yang terinfeksi TBC, 43% nya akan menjadi sakit
TBC, sedangkan pada anak usia 1-5 tahun, yang menjadi sakit hanya 24%, pada
usia remaja 15% dan pada dewasa 5-10%. Anak < 5 tahun memiliki resiko lebih
tinggi mengalami TBC diseminata dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi
. Konversi tes tuberkulin dalam 1- 2 tahun terakhir, malnutrisi, keadaan
imunokompromis, diabetes melitus, gagal ginjal kronik dan silikosis. Status
sosial ekonomi yang rendah, penghasilan yang kurang, kepadatan hunian, pengangguran, dan pendidikan yang rendah.
C.
PATOFISIOLOGI
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak
menular. Pada TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru. Jadi,
kuman ada di dalam kelenjar, tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman
berada di paru-paru dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas. Nah,
pada saat batuk, percikan ludahnya mengandung kuman. Ini yang biasanya terisap
oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru (Wirjodiardjo, 2008).
Proses penularan tuberculosis dapat melalui proses udara
atau langsung, seperti saat batuk. Terdapat dua kelompok besar penyakit ini
diantaranya adalah sebagai berikut: tuberculosis
paru primer dan tuberculosis post primer. Tuberculosis primer sering terjadi
pada anak, proses ini dapat dimulai dari proses yang disebut droplet nuklei,
yaitu statu proses terinfeksinya partikel yang mengandung dua atau lebih kuman
tuberculosis yang hidup dan terhirup serta diendapkan pada permukaan alveoli,
yang akan terjadi eksudasi dan dilatasi pada kapiler, pembengkakan sel endotel
dan alveolar, keluar fibrin serta makrofag ke dalam alveolar spase.
Tuberculosis post primer, dimana penyakit ini terjadi pada pasien yang
sebelumnya terinfeksi oleh kuman Mycobacterium tuberculosis (Hidayat, 2008).
Sebagian besar infeksi tuberculosis menyebar melalui
udara melalui terhirupnya nukleus droplet yang berisikan mikroorganisme basil
tuberkel dari seseorang yang terinfeksi. Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas yang diperantarai
oleh sel dengan sel elector berupa makropag dan limfosit (biasanya sel T)
sebagai sel imuniresponsif. Tipe imunitas ini melibatkan pengaktifan makrofag
pada bagian yang terinfeksi oleh limfosit dan limfokin mereka, responya berupa
reaksi hipersentifitas selular (lambat). Basil tuberkel yang mencapai permukaan
alveolar membangkitkan reaksi peradangan yaitu ketika leukosit digantikan oleh
makropag. Alveoli yang terlibat mengalami konsolidasi dan timbal pneumobia
akut, yang dapat sembuh sendiri sehingga tidak terdapat sisa, atau prosesnya
dapat berjalan terus dengan bakteri di dalam sel-sel (Price dan Wilson, 2006).
Drainase limfatik basil tersebut juta masuk ke kelenjar
getah bening regional dan infiltrasi makrofag membentuk tuberkel sel epitelloid
yang dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis sel menyebabkan gambaran keju
(nekrosis gaseosa), jeringan grabulasi yang disekitarnya pada sel-sel
epitelloid dan fibroblas dapat lebih berserat, membentuk jatingan parut
kolagenosa, menghasilkan kapsul yang mengeliligi tuberkel. Lesi primer pada
paru dinamakan fokus ghon, dan kombinasi antara kelenjar getah bening yang
terlibat dengan lesi primer disebut kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami
kalsifikasi dapat terlihat dalam pemeriksaan foto thorax rutin pada seseorang
yang sehat (Price dan Wilson, 2006).
Tuberculosis paru termasuk insidias. Sebagian besar
pasien menunjukkan demam tingkat rendah, keletihan, anorexia, penurunan berat
badan, berkeringat malam, nyeri dada dan batuk menetal. Batuk pada awalnya
mungkin nonproduktif, tetapi dapat berkembang ke arah pembentukan sputum
mukopurulen dengan hemoptisis. Tuberculosis dapat mempunyai manifestasi
atipikal pada anak seperti perilaku tidak biasa dan perubahan status mental,
demam , anorexia dan penurunan berat badan. Basil tuberkulosis dapat bertahan
lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman (Smeltzer dan Bare, 2002).
Menurut Admin (2007) patogenesis penyakit tuberkulosis
pada anak terdiri atas :
1. Infeksi Primer
Infeksi
primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Droplet
yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan
mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap
disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara
pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran
limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini
disebut sebagai kompleks primer predileksinya disemua lobus, 70% terletak
subpelura. Fokus primer dapat mengalami penyembuhan sempurna, kalsifikasi atau
penyebaran lebih lanjut. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan
kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan
dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan
setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya
respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan
tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC2. Meskipun demikian,
ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur).
Kadang kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman,
akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.
Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi
sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
2. TBC Pasca Primer (Post Primary TBC)
TBC pasca primer biasanya terjadi setelah
beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan
tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari
TBC pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau
efusi pleura.
A. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Wirjodiardjo (2008) gejala TBC pada anak tidak
serta-merta muncul. Pada saat-saat awal, 4-8 minggu setelah infeksi, biasanya
anak hanya demam sedikit. Beberapa bulan kemudian, gejalanya mulai muncul di
paru-paru. Anak batuk-batuk sedikit. Tahap berikutnya (3-9 bulan setelah
infeksi), anak tidak napsu makan, kurang gairah, dan berat badan turun tanpa
sebab. Juga ada pembesaran kelenjar di leher, sementara di paru-paru muncul
gambaran vlek. Pada saat itu, kemungkinannya ada dua, apakah akan muncul gejala
TBC yang benar-benar atau sama sekali tidak muncul. Ini tergantung kekebalan
anak. Kalau anak kebal (daya tahan tubuhnya bagus), TBC-nya tidak muncul. Tapi
bukan berarti sembuh. Setelah bertahun-tahun, bisa saja muncul, bukan di
paru-paru lagi, melainkan di tulang, ginjal, otak, dan sebagainya. Ini yang
berbahaya dan butuh waktu lama untuk penyembuhannya.
Riwayat penyakit TBC anak sulit dideteksi penyebabnya, Penyebab TBC adalah kuman TBC
(mycobacterium tuberculosis). Sebetulnya, untuk mendeteksi bakteri TBC (dewasa)
tidak begitu sulit. Pada orang dewasa bisa dideteksi dengan pemeriksaan dahak
langsung dengan mikroskop atau dibiakkan dulu di media. Mendeteksi TBC anak sangat sulit, karena tidak mengeluarkan kuman
pada dahaknya dan gejalanya sedikit. Diperiksa dahaknya pun tidak akan keluar,
sehingga harus dibuat diagnosis baku untuk mendiagnosis anak TBC sedini
mungkin. Yang harus dicermati pada saat diagnosis TBC anak adalah riwayat
penyakitnya. Apakah ada riwayat kontak anak dengan pasien TBC dewasa. Kalau ini
ada, agak yakin anak positif TBC (Wirjodiardjo, 2008).
Gejala-gejala lain untuk diagnosa antara lain
(Wirjodiardjo, 2008):
1. Apakah
anak sudah mendapat imunisasi BCG semasa kecil. Atau reaksi BCG sangat cepat.
Misalnya, bengkak hanya seminggu setelah diimunisasi BCG. Ini juga harus
dicurigai TBC, meskipun jarang.
2. Berat badan anak turun tanpa sebab yang
jelas, atau kenaikan berat badan setiap bulan berkurang.
3. Demam lama
atau berulang tanpa sebab. Ini juga jarang terjadi. Kalaupun ada, setelah
diperiksa, ternyata tipus atau demam berdarah.
4. Batuk
lama, lebih dari 3 minggu. Ini terkadang tersamar dengan alergi. Kalau tidak
ada alergi dan tidak ada penyebab lain, baru dokter boleh curiga kemungkinan
anak terkena TBC.
5. Pembesaran
kelenjar di kulit, terutama di bagian leher, juga bisa ditengarai sebagai
kemungkinan gejala TBC. Yang sekarang sudah jarang adalah adanya pembesaran
kelenjar di seluruh tubuh, misalnya di selangkangan, ketiak, dan sebagainya.
6. Mata merah
bukan karena sakit mata, tapi di sudut mata ada kemerahan yang khas.
7. Pemeriksaan
lain juga dibutuhkan diantaranya pemeriksaan tuberkulin (Mantoux Test, MT) dan
foto. Pada anak normal, Mantoux Test positif jika hasilnya lebih dari 10 mm.
Tetapi, pada anak yang gizinya kurang, meskipun ada TBC, hasilnya biasanya
negatif, karena tidak memberikan reaksi terhadap MT.
Menurut Supriyatno (2009) skrining tuberkulosis pada anak
antara lain : Sesungguhnya mendiagnosa tuberculosis pada anak, terlebih pada
anak-anak yang masih sangat kecil, sangat sulit. Diagnosa tepat TBC tak
lain dan tak bukan adalah dengan menemukan adanya Mycobacterium tuberculosis yang
hidup dan aktif dalam tubuh suspect TB atau orang yang diduga TBC. Caranya? Yang paling mudah
adalah dengan melakukan tes dahak. Pada orang dewasa, hal ini tak sulit
dilakukan. Tapi lain ceritanya, pada anak-anak karena mereka, apalagi
yang masih usia balita, belum mampu mengeluarkan dahak. Karenanya,
diperlukan alternatif lain untuk mendiagnosa TB pada anak.
Kesulitan lainnya, tanda-tanda dan gejala TB pada anak
seringkali tidak spesifik (khas). Cukup banyak anak yang overdiagnosed sebagai pengidap TB, padahal
sebenarnya tidak. Atauunderdiagnosed, maksudnya terinfeksi atau
malah sakit TB tetapi tidak terdeteksi sehingga tidak memperoleh penanganan
yang tepat. Diagnosa TBC pada anak tidak dapat ditegakkan hanya dengan 1
atau 2 tes saja, melainkan harus komprehensif. Karena tanda-tanda dan
gejala TB pada anak sangat sulit dideteksi, satu-satunya cara untuk memastikan
anak terinfeksi oleh kuman TB, adalah melalui uji Tuberkulin (tes Mantoux). Tes
Mantoux ini hanya menunjukkan apakah seseorang terinfeksiMycobacterium
tuberculosis atau tidak, dan sama sekali
bukan untuk menegakkan diagnosa atas penyakit TB. Sebab, tidak semua
orang yang terinfeksi kuman TB lalu menjadi sakit TB.
Sistem imun tubuh mulai menyerang bakteri TB, kira-kira
2-8 minggu setelah terinfeksi. Pada kurun waktu inilah tes Mantoux mulai
bereaksi. Ketika pada saat terinfeksi daya tahan tubuh orang tersebut
sangat baik, bakteri akan mati dan tidak ada lagi infeksi dalam tubuh.
Namun pada orang lain, yang terjadi adalah bakteri tidak aktif tetapi bertahan
lama di dalam tubuh dan sama sekali tidak menimbulkan gejala. Atau pada
orang lainnya lagi, bakteri tetap aktif dan orang tersebut menjadi sakit TB.
Uji ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah kecil
(0,1 ml) kuman TBC, yang telah dimatikan dan dimurnikan, ke dalam lapisan atas
(lapisan dermis) kulit pada lengan bawah. Lalu, 48 sampai 72 jam
kemudian, tenaga medis harus melihat hasilnya untuk diukur. Yang diukur
adalah indurasi (tonjolan keras tapi tidak sakit) yang terbentuk, bukan warna
kemerahannya (erythema). Ukuran dinyatakan dalam milimeter, bukan
centimeter. Bahkan bila ternyata tidak ada indurasi, hasil tetap harus
ditulis sebagai 0 mm.
Secara umum, hasil tes Mantoux ini dinyatakan positif bila
diameter indurasi berukuran sama dengan atau lebih dari 10 mm. Namun,
untuk bayi dan anak sampai usia 2 tahun yang tanpa faktor resiko TB, dikatakan
positif bila indurasinya berdiameter 15 mm atau lebih. Hal ini
dikarenakan pengaruh vaksin BCG yang diperolehnya ketika baru lahir, masih
kuat. Pengecualian lainnya adalah, untuk anak dengan gizi buruk atau anak
dengan HIV, sudah dianggap positif bila diameter indurasinya 5 mm atau lebih.
Namun tes Mantoux ini dapat memberikan hasil yang negatif
palsu (anergi), artinya hasil negatif padahal sesungguhnya terinfeksi
kuman TB. Anergi dapat terjadi apabila anak mengalami malnutrisi berat
atau gizi buruk (gizi kurang tidak menyebabkan anergi), sistem imun tubuhnya
sedang sangat menurun akibat mengkonsumsi obat-obat tertentu, baru saja
divaksinasi dengan virus hidup, sedang terkena infeksi virus, baru saja
terinfeksi bakteri TB, tata laksana tes Mantoux yang kurang benar.
Apabila dicurigai terjadi anergi, maka tes harus diulang.
B. KOMPLIKASI
Komplikasi
Yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :
a. Meningitis
b. Spondilitis
c. Pleuritis
d. Bronkopneumoni
e. Atelektasis
a. Meningitis
b. Spondilitis
c. Pleuritis
d. Bronkopneumoni
e. Atelektasis
Hemoptisis
berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
C.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Price dan Wilson (2006) pengobatan TBC terutama berupa pemberian obat
antimikroba dalam jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk
mencegah timbulnya penyakit klinis. ATS (1994) menekankan tiga prinsip dalam
pengobatan tuberculosis yang berdasarkan pada:
1. Regimen harus
termasuk obat-obat multiple
yang sensitif terhadap mikroorganisme.
2. Obat-obatan
harus diminum secara teratur.
3. Terapi
obat harus dilakukan terus menerus dalam waktu yang cukup untuk menghasilkan
terapi yang paling efektif dan paling aman pada waktu yang paling singkat.
Obat anti tuberculosis (OAT) harus diberikan dalam
kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat
ketiga. Tujuan dari pengobatan ini adalah (FKUI, 2001):
1. Membuat
konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan
bakterisid.
2. Mencegah
kekambuhan dalam tahun pertama estela pengobatan dengan kegiatan sterilisasi.
3. Menghilangkan
atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis.
D.
PENATALAKSANAAN PERAWATAN
Menurut Hidayat (2008) perawatan anak dengan tuberculosis
dapat dilakukan dengan melakukan :
1.
Pemantauan tanda-tanda infeksi sekunder
2.
Pemberian oksigen yang adekuat
3.
Latihan batuk efektif
4.
Fisioterapi dada
5.
Pemberian nutrisi yang adekuat
6.
Kolaburasi pemberian obat antutuberkulosis (seperti:
isoniazid, streptomisin, etambutol,
rifamfisin, pirazinamid dan lain-lain)
7.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk menstimulasi
pertumbuhan perkembangan anak yang tenderita tuberculosis dengan membantu memenuhi
kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan, yaitu (Suriadi dan Yuliani, 2001) :
·
Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak
(permainan, ketrampilan tangan, vidio game, televisi)
·
Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus
yang bervariasi bagi anak
·
Melibatkan anak dalam mengatur jadual harian dan memilih
aktivitas yang diinginkan
·
Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama
di rumah sakit, menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman melalui
telepon jika memungkinkan
E.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Identitas Data Umum (selain
identitas klien, juga identitas orangtua; asal kota dan daerah, jumlah
keluarga)
2. Keluhan Utama (penyebab klien sampai
dibawa ke rumah sakit)
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran
·
Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit
infeksi selama hamil
·
Intranatal : Bayi
terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi menderita caput
sesadonium, bayi menderita cepal hematom
·
Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit
infeksi , asfiksia ikterus
4. Riwayat Masa Lampau
·
Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah
sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang
lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan,
apakah pernah berobat tapi tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak
teratur?)
·
Pernah dirawat dirumah sakit
·
Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan
·
Riwayat kontak dengan penderita TBC
·
Alergi
·
Daya tahan yang
menurun.
·
Imunisasi/Vaksinasi : BCG
·
Riwayat Penyakit Sekarang (Tanda dan gejala klinis TB serta
terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal,
axilla dan sub mandibula)
·
Riwayat Keluarga (adakah yang menderita TB atau Penyakit
Infeksi lainnya, Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama
·
Riwayat Kesehatan Lingkungan dan sosial ekonomi
1. Lingkungan tempat tinggal
(Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat, ventilasi
rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak), pola sosialisasi anak.
2. Kondisi rumah
3. Merasa dikucilkan
4. Aspek psikososial (Tidak dapat
berkomunikasi dengan bebas, menarik diri)
5. Biasanya pada keluarga yang kurang
mampu
6. Masalah berhubungan dengan kondisi
ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak
7. Tidak bersemangat dan putus harapan.
·
Riwayat psikososial spiritual (Yang mengasuh, Hubungan
dengan anggota keluarga, Hubungan dengan teman sebayanya, Pembawaan secara
umum, Pelaksanaan spiritual)
5. Pola fungsi kesehatan.
·
Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
·
Keadaan umum: alergi,
kebiasaan, imunisasi. Pola nutrisi – metabolik. Anoreksia, mual, tidak enak
diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub
kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek.
·
Pola eliminasi. Perubahan karakteristik feses dan urine,
nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran
kiri atas dan splenomegali.
·
Pola aktifitas-latihan Sesak nafas, fatique, tachicardia,
aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek).
·
Pola tidur dan istirahat Iritable, sulit tidur, berkeringat
pada malam hari.
·
Pola kognitif perseptual. Kadang terdapat nyeri tekan pada
nodul limfa, nyeri tulang umum, takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga
tidak mampu.
·
Pola persepsi diri. Anak tidak percaya diri, pasif, kadang
pemarah.
·
Pola peran hubungan Anak menjadi ketergantungan terhadap
orang lain (ibu/ayah)/tidak mandiri. Pola seksualitas/reproduktif. Anak
biasanya dekat dengan ibu daripada ayah. Pola koping toleransi stres, Menarik
diri, pasif
6. Pemeriksaan Fisik
·
Demam
Sub
fibril, fibril (40-41°C) hilang timbul.
·
Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus;
batuk ini membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering
sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).
·
Sesak nafas
Terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi
radang sampai setengah paru.
·
Nyeri dada
Ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura.
·
Malaise
Ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit
kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari. Pada tahap dini sulit
diketahui. Ronchi basah, kasar dan nyaring. Hipersonor/timpani bila terdapat
kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara limforik. Atropi dan
retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis. Bila mengenai pleura
terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak). Pembesaran kelenjar
biasanya multipel. Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla,
inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.
7. Pemeriksaan Diagnostik Dan
Pengobatan
·
Uji tuberkulin = uji tuberkulin (+).® hipersensitifitas tipe
lambat ®imunitas seluler Infeksi TB
·
Foto rontgent Rutin : foto pada rongga paru. Atas indikasi:
tulang, sendi, abdomen. Rontgent paru tidak selalu khas.
·
Pemeriksaan mikrobiologis (Bakteriologis Memastikan TB.
Hasil normal: tidak menyingkirkan diagnosa TB. Hasil (+) : 10-62% dengan cara
lama. Cara : cara lama radio metrik (Bactec); PCK.
·
Pemeriksaan darah
tepi (Tidak khas. LED dapat meninggi)
·
Pemeriksaan patologik anatomik. Kelenjar, hepar, pleura;
atas indikasi. Sumber infeksiAdanya kontak dengan penderita TB menambah
kriteria diagnosa.
·
Lain-lain (Uji faal paru, Bronkoskopi, Bronkografi,
Serologim dll)
8. Pengkajian TUMBANG menggunakan
KMS,KKA, dan DDST
1) Pertumbuhan
1) Pertumbuhan
·
Kaji BBL, BB saat kunjungan
·
BB normal
·
BB normal, mis : ( 6-12 tahun ) umur
·
Kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB =
64 x 77R = usia dalam tahun
·
LL dan luka saat
lahir dan saat kunjungan
2) Perkembangan
·
lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala, mengikuti
objek dengan mata, mengoceh,
·
usia 3-6 bulan
mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih benda, tertawa, dan mengais
meringis
·
usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap, berbalik
sendiri, merangkak, meraih benda, memindahkan benda dari tangan satu ke tangan
yang lain dan mengeluarkan kata-kata tanpa arti.
·
usia 9-12 bulan =
dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu mengeluarkan kat-kata, mengerti ajakan
sederhana, dan larangan berpartisipasi dalam permainan.
·
usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya
menyusun 2-3 kata dapat mengatakan 3-10 kata , rasa cemburu, bersaing
·
usia 18-24 bulan = naik–turun tangga, menyusun 6 kata
menunjuk kata dan hidung, belajar makan sendiri, menggambar garis,
memperlihatkan minat pada anak lain dan bermain dengan mereka.
·
usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan
dengan 3 kotak, menyusun kalimat dan lain-lain.
·
usia 3-4 tahun =
belajar sendiri berpakaian, menggambar berbicara dengan baik, menyebut warna,
dan menyayangi saudara.
·
usia 4-5 tahun =
melompat, menari, menggambar orang, dan menghitung.
2. Diagnosa Keperawatan
1.
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan
dengan obstruksi jalan napas
2. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan umum
3. Ketidak seimbangan Nutrisi :
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi
4. Defisiensi Pengetahuan berhubungan
dengan kurang informasi tentang proses penyakit
3. Intervensi Keperwatan
No.
|
NANDA: Nursing
Diagnosis
|
Nursing
Care Plan
|
|
Nursing Outcomes
Classification (NOC)
|
Nursing
Interventions Classification (NIC)
|
||
1
|
Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas b.d obstruksi jalan napas
Definisi : Ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk
mempertahankan kebersihan jalan nafas.
Batasan Karakteristik :
· Tidak ada batuk
· Suara napas
tambahan
· Perubahan frekuensi
napas
· Perubahan irama
napas
· Sianosis
· Kesulitan berbicara/mengeluarkan
suara
· Penurunan bunyi napas
· Dispnea
· Sputum dalam jumlah yang
berlebihan
· Batuk yang tidak efektif
· Ortopnea
· Gelisah
· Mata terbuka lebar
Faktor yang berhubungan:
·
Lingkungan
·
Perokok
pasif
·
Mengisap
asap
·
Obstruksi
jalan napas
·
Spasme
jalan napas
·
Mucus
dalam jumlah yang berlebiha
·
Eksudat
dalam alveoli
·
Materi
asing dalam jumlah napas
·
Adanya
jalan napas buatan
·
Sekresi
yang tertahan/sisa sekresi
·
Sekresi
dalam bronki
·
Fisiologis
·
Jalan
napas alergik
·
Asma
·
Penyakit
paru obstruksi kronis
·
Hyperplasia
dinding bronchial
·
Infeksi
·
Disfungsi
neuromuskular
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama …. x 24 jam jalan nafas klien berswuh dengan
Kriteria Hasil :
·
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
·
Menunjukkan
jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
·
Mampu
mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas
|
·
Pastikan
kebutuhan oral / tracheal suctioning
·
Auskultasi
suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
·
Informasikan
pada klien dan keluarga tentang suctioning
·
Minta
klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
·
Berikan
O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
·
Gunakan
alat yang steril sitiap melakukan tindakan
·
Anjurkan
pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari
nasotrakeal
·
Monitor
status oksigen pasien
·
Ajarkan
keluarga bagaimana cara melakukan suksion
·
Hentikan
suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.Airway Management
·
Buka
jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
·
Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi
·
Identifikasi
pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
·
Pasang
mayo bila perlu
·
Lakukan
fisioterapi dada jika perlu
·
Keluarkan
sekret dengan batuk atau suction
·
Auskultasi
suara nafas, catat adanya suara tambahan
·
Lakukan
suction pada mayo
·
Berikan
bronkodilator bila perlu
·
Berikan
pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
·
Atur
intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
·
Monitor
respirasi dan status O2
|
2
|
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
Definisi : Ketidakcukupan energu
secara fisiologis maupun psikologis untuk meneruskan atau menyelesaikan
aktifitas yang diminta atau aktifitas sehari hari.
Batasan karakteristik :
·
Respons
tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
·
Respon
frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
·
Perubahan
EKG yang mencerminkan aritmia
·
Perubahan
EKG yang mencerminkan iskemia
·
Ketidaknyaman
setelah beraktivitas
·
Dispnea
setelah beraktivitas
·
Menyatakan
merasa letih
·
Faktor yang berhubungan :
·
Tirah
baring
·
Kelemahan
umum
·
Ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
·
Imobilitas
·
Gaya
hidup monoton
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama …. x 24 jam klien dapat melakukan aktivitas secara
normal dengan
Kriteria Hasil :
·
Berpartisipasi
dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
·
Mampu
melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
|
·
Observasi
adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
·
Dorong
anak untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
·
Kaji
adanya factor yang menyebabkan kelelahan
·
Monitor
nutrisi dan sumber energi tangadekuat
·
Monitor
pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
·
Monitor
respon kardivaskuler terhadap aktivitas
·
Monitor
pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
·
Kolaborasikan
dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
·
Bantu
klien/keluarga untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
·
Bantu
untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
·
Bantu
untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
·
Bantu
untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
·
Bantu
untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
·
Bantu
klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
·
Bantu
pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
·
Sediakan
penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
·
Bantu
pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
·
Monitor
respon fisik, emoi, social dan spiritual
|
3
|
·
Ketidak seimbangan Nutrisi :
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b.d Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi
nutrisi
Definisi : Intake nutrisi tidak
cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
·
Kram
abdomen
·
Nyeri
abdomen
·
Menghindari
makan
·
Berat
badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal
·
Kerapuhan
kapiler
·
Diare
·
Kehilangan
rambut berlebihan
·
Bising
usung hiperaktif
·
Kurang
makan
·
Kurang
informasi
·
Kurang
minat pada makanan
·
Penurunan
berat badan dengan asupan makanan adekuat
·
Kesalahan
konsepsi
·
Kesalahan
informasi
·
Membrane
mukosa pucat
·
Ketidakmampuan
memakan makanan
·
Tonus
otot menurun
·
Mengeluh
gangguan sensasi rasa
·
Mengeluh
asupan makanan kurang dari RDA (recommended daily allowance)
·
Cepat
kenyang setelah makan
·
Sariawan
rongga mulut
·
Steatore
·
Kelemahan
otot pengunyah
·
Kelemahan
otot untuk menelan
Faktor yang berhubungan :
·
Faktor
biologis
·
Faktor
ekonomi
·
Ketidakmampuan
untuk mengabsorpsi nutrisi
·
Ketidakmampuan
untuk mencerna makanan
·
Faktor
psikologis
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama …. x 24 jam nutrisi klien dapat terpenuhi dengan
Kriteria Hasil :
·
Adanya
peningkatan berat badan sesuai dengan tujua
·
Berat
badan ideal sesuai dengan tinggi bada
·
Mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
·
Tidak
ada tanda tanda malnutris
·
Tidak
terjadi penurunan berat badan yang berarti
|
·
Kaji
adanya alergi makanan
·
Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
·
Anjurkan
pasien untuk meningkatkan intake Fe
·
Anjurkan
pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
·
Berikan
substansi gula
·
Yakinkan
diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
·
Berikan
makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi.
·
Ajarkan
pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
·
Monitor
jumlah nutrisi dan kandungan kalori
·
Berikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi
·
Kaji
kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
·
BB
pasien dalam batas normal
·
Monitor
adanya penurunan berat badan
·
Monitor
tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
·
Monitor
interaksi anak atau orangtua selama makan
·
Monitor
lingkungan selama makan
·
Jadwalkan
pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
·
Monitor
kulit kering dan perubahan pigmentasi
·
Monitor
turgor kulit
·
Monitor
kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
·
Monitor
mual dan muntah
·
Monitor
kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
·
Monitor
makanan kesukaan
·
Monitor
pertumbuhan dan perkembangan
·
Monitor
pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
·
Monitor
kalori dan intake nuntrisi
·
Catat
adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
·
Catat
jika lidah berwarna magenta, scarlet
|
Daftar Pustaka
Buleche, G.M., Butcher, H.K., & Dochterman, J.C. (Eds.).
(2008). Nursing Interventions Classification (NOC) (5th ed.).
St. Louis: Mosby/Elsevier
Herdman, T. Heather. (2012). Nursing
Diagnosis : Defenitions and Clasification 2012 -2014. Jakarta : EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, E.
(Eds). (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC) (4th ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier
Perawatan anak sakit/ ngastiyah; editor, monica
Ester-Ed.2 – Jakarta: EGC.2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar